Kyomi duduk dengan tenang di kursi meja makan, mata kedua orang tuanya menatap pada Kyomi. Rahadian dan Megi melihat putri mereka yang katanya diantar jemput oleh Bara tadi pagi membuat mereka terkejut tidak menyangka kalau Bara akan menjemput Kyomi dan mengantar Kyomi ke kampus. Juga Kyomi mau saja menerima itu semua itu. Sungguh perkembangan luar biasa sekali, dan pastinya Kyomi mau menikah dengan Bara bukan?
“Jadi? Kamu sudah mau menerima Bara?” tanya Megi menatap pada putrinya yang menatap pada Megi dengan tatapan cemberutnya.
“Bukannya Mama dan Papa nggak izinin Kyomi buat nolak pernikahan itu?” tanya Kyomi membuat mulut Megi terbungkam.
Benar. mereka tidak mengizinkan Kyomi menolak pernikahan itu, mereka yakin kalau Bara itu laki-laki yang sanga cocok untuk Kyomi. Yang pastinya mampu untuk membuat Kyomi bahagia.
“Kamu memang nggak boleh nolak perjodohan itu, kamu harus yakin kalau Bara itu mampu membuat kamu bahagia. Hanya dia yang terbaik untuk kamu,” ucap Rahadian lembut.
Kyomi memutar bola matanya malas. Kenapa hidupnya selalu diatur? Sampai ke jodoh juga dirinya diatur. Padahal Kyomi mau senang-senang dan tidak mau diatur oleh ayah dan ibunya. Dia mau mencari jodohnya sendiri.
“Kenapa hidup Kyomi selalu diatur oleh Mama dan Papa? Sampai ke jodoh! Kyomi mau cari sendiri. Ya. Kyomi akui kalau Om Bara itu sangat baik sekali, dia memberikan Kyomi uang jajan dan tidak pernah macam-macam. Tapi dia itu sudah tua? Sepuluh tahun! Bukan jarak umur yang mudah untuk menerima Om Bara,” mata Kyomi menatap kedua orang tuanya dengan tatapan sendunya. Oh! Dia hanya akting saja. Dia mau melihat apakah kedua orang tuanya ini masih memaksakan kehendak mereka pada Kyomi yang baik hati ini dan juga suka menabung segala printilan dari para suaminya.
“Kamu jangan ngeluh kayak gitu Kyomi soal umur. Lagian umur itu hanya angka. Tidak penting, yang terpenting itu adalah orangnya yang baik. Kamu tahu kalau Bara itu membantu Papa dengan baik. Kamu nggak mau kita hidup sengsara di jalanan? Papa akui kalau kehidupan kita sekarang itu nggak berduit banget. Tapi kita hidup dengan layak dan kerjaan Papa juga bisa diandalkan. Kalau semuanya diambil sama Tante kamu, kita mau makan apa?” tanya Rahadian pada putrinya.
Kyomi mendengar apa yang dikatakan oleh ayahnya terdiam. Kyomi juga nggak mau untuk hidup susah.
“Kamu terima Bara dengan baik ya. Dia itu lelaki baik, cuman para mantan istrinya saja tidak tahu diri. Mereka selingkuh di belakang Bara. Sampai Bara tahu itu. Ini harapan terakhir Bara soal pernikahan, kalau pernikahan kamu dan Bara gagal. Maka dia tidak akan pernah menikah lagi, dia akan sendiri selama sisa hidupnya. Mungkin dia akan mengadopsi anak,” ucap Rahadian.
Sudut hati Kyomi kok merasa iba sama Om Bara. Kyomi tidak pernah menjalin hubungan dengan siapapun dulunya. Dia itu jomlo dari lahir, tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta pada seseorang dan seperti apa itu. Kecuali dia yang mencintai para idol yang dianggap olehnya sebagai suaminya.
“Kamu kalau sudah menikah dengan Bara. Papa harap kamu itu bisa menjadi istri yang baik, jangan pernah sekali-kali memikirkan kalau kamu mau selingkuh dari Bara.” Ucap Rahadian menatap putrinya yang balik menatap padanya.
“Tapi, Om Bara itu yang jadi selingkuhan. Gimana dong?” tanya Kyomi dengan wajah imutnya.
“Maksud kamu apa? Kamu punya pacar sekarang? Putuskan! Papa nggak mau kamu pacaran sama pria nggak jelas diluaran sana. Kamu itu sudah dijodohkan sama Bara. Kenapa masih milih buat jadiian Bara selingkuhan dan tidak memutuskan hubungan kamu dengan pria itu!” ucap Rahadian menatap tegas pada putrinya.
“Enggak bisa dong Pa! ini pacar pertama Kyomi. Mas Jaehyun, Mas Johnny, Mas Yuta, dan Mas Doyoung bakalan sedih kalau Kyomi putusin. Orang yang nafkahin mereka berkurang satu. Apalagi Kyomi mau jadi sugar baby-nya Om Bara. Tadi Om Bara kasih duit lima juta. Ups~!” Kyomi menutup mulutnya tidak sengaja mengatakan hal itu pada orang tuanya.
Rahadian dan Megi berdecak pelan dan menggeleng. “Kamu bener-bener. Kamu anak siapa sebenarnya?” tanya Rahadian pada Kyomi.
“Anak Mama dan Papa-lah! Memangnya anak siapa lagi? Nggak mungkin Kyomi itu anaknya Pak Iwan tetangga kita yang suka ngupil dan garut p****t itu!” ucap Kyomi masih sempat-sempatnya menghina tetangganya. Kalau di dengar oleh Pak Iwan pasti marah pada Kyomi.
“Kamu ini! Pak Iwan itu RT di sini. Kalau dia dengar apa yang kamu bilang, dia pasti marah sama kamu.” Ucap Rahadian.
“Kyomi nggak takut. Jadi, jangan larang Kyomi buat jadikan Om Bara itu selingkuhan. Om Bara itu orang baru dalam hidup Kyomi. Sedangkan para suami Kyomi yang di Korea Selatan sana, adalah orang lama yang telah menempati hati Kyomi yang lemah lembut dan rapuh ini,” ucap Kyomi dramatis.
“Itu anak kamu sayang?” tanya Rahadian pada Megi—istrinya.
Megi yang mendengar pertanyaan suaminya menggeleng pelan. “Dia anak tetangga kayaknya. Aku nggak punya anak gila kayak gini. Aku khawatir kalau dia bakalan masuk ke rumah sakit jiwa sebentar lagi,” ucap Megi mengedik penuh ketakutan.
Kyomi mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya cemberut. “Mama ih! Kenapa kejam banget sama Kyomi? Kyomi bukan orang gila ya! Kyomi itu hanya mau mengagumi yang namanya ciptaan Tuhan yang gantengnya membuat jantung Kyomi seperti yupi. Ini Kyomi nggak bisa mengelakkan yang namanya cowok-cowok ganteng kayak mereka. Om Bara juga ganteng. Duitnya juga ganteng. Kyomi mau nikah sama Om Bara. Bilang sama Om Bara kalau nikahnya, undang NCT. Biar nanti sekalian Kyomi tarik tangan Mas Jaehyun, Mas Yuta, Mas Doyoung, Mas Johnny, atau kedua puluh orang itu langsung deh ke atas altar! Jadinya Kyomi punya banyak suami. Dan banyak yang nafkahin!” ucap Kyomi terkikik geli.
Rahadian dan Megi mengedik ngeri mendengar itu, keduanya saling melihat lagi. Takut kalau Kyomi sekarang itu kerasukan setan yang ada di ruang makan itu, melihat Kyomi yang tertawa dan sambil melihat handphone.
“Anak kamu udah parah rusak LCD-nya Pa.”
“Itu anak kamu juga Ma. Papa nggak kuat lihat kegilaan anak Papa sekarang. Papa mau tidur aja.” Ucap Rahadian beranjak dari ruang makan menuju ke kamarnya yang diikuti oleh Megi.
Meninggalkan Kyomi sendirian yang masih tertawa menakutkan membayangkan hal yang membuat dia terlarut dalam khayalannya yang tidak akan pernah kesampaian itu.