When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Suara siulan dari bibir seorang terdengar sangat mengerikan. Ke empat lelaki dengan tubuh terantai terkesiap saat melihat pintu terbuka menampakkan sosok berbadan tegap dengan memakai topeng. Kesadaran mereka langsung saja pulih ketika melihat sebuah tikus yang masih hidup di genggaman lelaki itu. Dengan ketukan sepatu yang menggema lelaki bertopeng itu berjalan kemudian duduk di sebuah kursi yang sudah tersedia di hadapan mereka lengkap dengan berbagai benda tajam. Keempat lelaki itu serentak memucat, mereka seperti hewan yang sudah dipersiapkan untuk kurban sembelihan. Ruangan itu begitu kotor, dingin dan mengerikan. Tetesan-tetesan air dari atas seolah terdengar begitu menakutkan. Sekujur tubuh mereka bergetar, sedari tadi usaha untuk melepaskan diri dari besi kuat itu sama sekali tida