When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Terimakasih tuan William." Angel tidak lagi memiliki sikap canggung, hubungan yang sudah sekian lama terjalin di antara mereka membuatnya mengenal sosok lelaki yang dicintainya dengan sangat baik. Wajah Angel tidak seperti biasanya yang selalu di penuhi semburat merah ketika melontarkan kata-kata manis. William terkekeh kecil lalu menggerakkan tangannya untuk mengusap penuh kasih rambut Angel. "Aku bukan tuan mu nona, aku kekasihmu. Jangan mengungkit kejadian lama yang sudah kita lalui, aku tidak ingin marah padamu." Perkataan William membawa ingatan Angel terbang melayang pada peristiwa pertama saat mereka bertemu di kafe Bento. Hari itu William amat sangat murka ketika dirinya menyebutkan kata tuan seolah menegaskan derajatnya yang tidak sepadan dengan lelaki itu. "Cukup khayal