When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Di detik selanjutnya tawa dengan suara mengerikan berderai semakin menambah nuansa ketakutan dalam diri Angel. Layaknya patung tanpa raga, dia terdiam dengan tatapan kosong. Butuh waktu lama hingga kemudian kegelapan merenggutnya dengan paksa. Dan sebelum Angel benar-benar bertemu dalam mimpi telinganya sempat mendengar ketika bibirnya mengumandangkan sebuah pesan singkat penuh ketulusan. "Liam... aku mencintaimu." Kedua mata Angel langsung terbuka, sorot matanya dipenuhi oleh ketakutan yang sangat. Nafasnya bahkan memburu seolah tak mengenal ritme teratur. Angel melihat ke seluruh penjuru arah dengan ekor matanya. Yang menjadi penyimpul baginya adalah saat matanya mengenali ruangan itu dan menghantarkan kesadarannya bahwa semua yang baru saja dilaluinya adalah mimpi belaka. Hanya mimpi,