When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
"Ibu...! Ibu... Ku mohon buka matamu." Jeritan Angel yang membahana diiringi dengan derai air mata mengisi keheningan. Di pangkuannya dia menangis terisak-isak, sama sekali tidak memperdulikan darah segar yang sudah menempel di bajunya. Sambil terus mengguncang bahu wanita itu, Angel menaruh harapan besar pada Sang Pemilik Hidup untuk kehidupan kedua. Sayangnya, semua itu hanyalah kesia-siaan belaka, saat dirinya menyadari bahwa tubuh itu semakin dingin dan kaku disaat itulah harapannya pupus. Dengan bergetar, Angel menarik tangannya lalu memberi pukulan bertubi-tubi di dadanya. Dia meraung-raung melupakan gejolak emosi dan kemarahan di hatinya. Lelaki yang sedari tadi berdiri menjulang tinggi di hadapan kedua wanita itu, mengulas senyum puas melihat betapa terlukanya Angel. Dia melempar