7 - Bullying

1067 Words
            Sang guru mendengus kesal dan nampaknya ia menunda ocehannya sampai mereka kembali ke pantai. Yoshiki turun lebih dulu dan membiarkan Mika masih berada di atas batu karang tanpa mempedulikannya. Ia langsung duduk di salah satu tempat yang masih kosong sementara Mika berusaha untuk turun dari sana dengan berjengit karena kakinya yang terluka membuatnya sulit untuk melangkah.             Melihat hal itu, Yoshiki menghela napas lagi sebelum akhirnya ia berdiri dan ikut membantu sang guru menurunkan Mika. Tangannya meraih tangan mungil Mika dan menariknya hingga Mika terkesiap karena Yoshiki dengan mudahnya mengangkat tubuhnya.             Setelah Mika mendarat di perahu itu, Yoshiki cepat-cepat melepaskan tangannya dan segera duduk kembali di tempatnya. Ia bahkan memalingkan wajah tidak ingin melihat gadis itu sama sekali.             Sesampainya di pantai, semua guru terlihat kesal dan marah sekali melihat mereka berdua. Mika sampai harus menunduk meminta maaf berkali-kali pada mereka. “Bagaimana bisa kalian keluar malam-malam dan tidak kembali seperti itu ??!! Jika kami tidak mencari kalian, mungkin kalian masih akan terdampar di sana !” wali kelas Mika memarahi mereka. “Ma... maafkan saya, sensei...” gumam Mika menunduk dan tidak berani mengangkat kepalanya.             “Kau juga, Kimura ! Anak teladan sepertimu bahkan ikut-ikutan mulai melakukan pelanggaran ! Kupikir kau bisa menahan diri ! Tapi, ini benar-benar membuatku kecewa !” kali ini wali kelas Yoshiki juga turut bicara.             Yoshiki hanya menghela napas dan ia menunduk meminta maaf tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia tahu guru-guru mereka sedang dilanda emosi tinggi hingga ucapannya tidak akan berpengaruh pada mereka saat ini.             Para anak murid lainnya bahkan sudah berkerumun penasaran dengan apa yang terjadi hingga saat mereka melihat rambut merah Mika, mereka baru paham dan terkejut melihat Yoshiki berada di sampingnya juga. Shiori dan teman-temannya pun langsung memberikan tatapan menusuk pada gadis itu karena menganggap Mika menggunakan segala cara untuk bisa mendekati Yoshiki.             “Jadi, kenapa kalian bisa sampai di sana ??? Aku tahu karyawisata memang selalu digunakan para murid untuk acara pernyataan cinta. Tapi, kalian tidak perlu melakukannya sampai sejauh itu !” wali kelas Mika kembali memarahinya sambil menunjuk batu karang dimana mereka terdampar tadi.             “Bu... bukan begitu... sensei...!” Mika langsung membesarkan bola matanya dan memandang sang guru yang masih dalam keadaan marah.             “Dia hampir tenggelam dan saya menyelamatkannya, sensei.”             Ucapan Yoshiki membuat semua orang terdiam. Lelaki itu memandang para guru dengan serius. Mereka tertegun seketika dan membentuk 'o' besar dengan mulut mereka.             “Kakinya terluka terkena batu karang dan saya harus membawanya ke batu karang itu kalau tidak kami mungkin bisa jadi sasaran makanan hiu. Kami tidak bisa kembali karena luka Mika masih terus mengeluarkan darah. Itu berbahaya bukan ?” lanjutnya hingga para guru akhirnya mengangguk menyetujui caranya. Yoshiki bahkan menunjuk kaki Mika yang masih dibalut dengan potongan gaun terusan miliknya.             Para guru akhirnya melihat kaki Mika yang dibalut seperti itu dengan noda darah tercetak melebar pada kainnya. Mereka terkejut dan Mika segera dibawa ke klinik terdekat untuk diberi penanganan. “Jadi, kenapa kalian berdua bisa berada di pantai saat badai terjadi ?” wali kelas Yoshiki menatap muridnya itu dengan tajam. Ia tidak berharap mendengar jawaban yang tidak sesuai dengan hatinya.             Yoshiki menghela napas seakan ia malas mengatakan hal ini sebenarnya. Tapi, matanya menangkap kelompok Shiori yang pernah dilihatnya bergaul dengan Mika sebelum akhirnya ia tidak pernah melihat gadis itu bersama mereka lagi. Yoshiki nampaknya paham jika para gadis di kelas Mika yang melakukan pengucilan pada gadis itu.             “Saya keluar ke pantai karena ingin mencari udara segar. Dan saat itu saya melihat Mika di pantai.” Yoshiki sengaja membesarkan suaranya agar anak-anak murid lain yang berkerumun tidak jauh dari mereka itu mendengarnya.             “Dia berjalan ke laut hingga saya terkejut karena Mika terlihat seperti ingin bunuh diri.” Yoshiki sengaja mengatakan itu sambil melihat ke arah Shiori dan kelompoknya. Mereka terkejut mendengarnya. “Bunuh diri ???” para guru pun terkejut mendengarnya.             “Saya tidak tahu alasan Mika ingin bunuh diri seperti itu. Yang jelas saya hanya berusaha menyelamatkan murid sekolah saja. Setelah itu kami terseret badai dan kaki Mika terluka.” Yoshiki menyelesaikan ceritanya dan para guru akhirnya mengangguk-angguk paham. “Sepertinya kita harus menanyai Nakashima alasannya untuk bunuh diri.” gumam salah satu guru dengan khawatir. Guru-guru lain pun mengangguk menyetujuinya.             “Sensei.”             Yoshiki kembali memandang para guru itu hingga mereka semua kembali fokus padanya.             “Saya rasa Mika hendak bunuh diri karena masalah pengucilan. Dia terlihat tertekan dengan hal itu.” ucap Yoshiki tajam dan ia bisa melihat Shiori tersentak mendengarnya.             Para guru pun ikut terkejut mendengarnya, “Pengucilan ???”             Yoshiki tidak mengatakan apapun lagi dan ia langsung berjalan menerobos mereka semua untuk menuju kamarnya. Ia harus segera mandi jika tidak ingin sakit akibat terendam air laut dan air hujan.             Yoshiki bahkan melewati kerumunan murid yang memberinya jalan dan ia sengaja memandang tajam ke arah Shiori yang ketakutan seketika. Yoshiki bahkan bisa melihat tangannya gemetar dan Shiori menunduk tidak berani melihat wajahnya.             Pria itu sebenarnya tidak bermaksud membantu Mika sama sekali. Ia hanya merasa jika pengucilan itu tidak membuatnya senang. Ia bukannya memilih Mika hingga mereka harus melakukan pengucilan padanya. Ia justru menghindari Mika dan menurutnya mereka tak perlu melakukan hal itu padanya. Terkadang Yoshiki merasa sangat sebal dengan tindakan para murid wanita yang menurutnya tidak masuk akal. Menurutnya mereka boleh bersaing hanya saja mereka harus menggunakan cara yang adil dan bukan seperti ini. Rasa keadilan dalam dirinya membuatnya mengatakan semua itu pada guru.             Sementara itu, Mika sedang dirawat di klinik karena kakinya yang terluka harus segera dijahit. Wali kelas Mika segera masuk ke klinik dengan wajah khawatir dan Mika memandangnya bingung. “Nakashima, maafkan sensei karena menuduhmu dan kau juga seharusnya tidak melakukan hal bodoh seperti itu.” ucapnya sambil memegang tangan Mika sebagai rasa simpatinya. “E-eh ? Melakukan apa sensei ?” bingung Mika. Guru wanita itu memandangnya dengan tersenyum sedih. “Kimura telah mengatakan semuanya. Kau berniat bunuh diri karena dikucilkan.” jelas beliau.             Mika langsung membelalak seketika mendengarnya. Ia tidak menyangka jika Yoshiki akan mengatakan hal itu pada para guru. Ia bingung harus mengatakan apa karena wali kelasnya terus memaksanya untuk bicara. “Tidak ada apa-apa, sensei ! Tidak perlu khawatir ! Aku tidak ada masalah sama sekali !” Mika menggeleng-geleng cepat sambil tersenyum berusaha menenangkan sang guru yang terus saja memaksanya untuk bicara. “Kau yakin ?” wanita paruh baya itu memandangnya tajam. Mika segera mengangguk cepat. “Aku hanya terlena sesaat dengan air laut saat itu ! Tidak ada niat bunuh diri, sensei !” Mika terus menggeleng-gelengkan kepalanya.             Wali kelas itu pun menghela napas lega mendengarnya dan ia tersenyum ke arah Mika. “Ingat, kalau kau ada masalah kau bisa menceritakannya padaku.” ujarnya lembut dan ia menepuk lengan Mika pelan lalu bergerak pergi meninggalkan Mika yang masih dirawat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD