8 - Friendship

1213 Words
            Mika telah diizinkan untuk kembali ke kamarnya dan ia menggunakan kruk untuk membantunya berjalan lebih mudah. Kakinya tidak boleh banyak bergerak karena baru selesai dijahit.             Saat ia keluar dari klinik, ia terkejut melihat Shiori berada tepat di depan pintu seakan hendak membesuknya. Mika hanya memandangnya sekilas sebelum ia mengacuhkannya dan berjalan melewati Shiori. Ia ingin mengemasi barang-barangnya dan meminta untuk dipulangkan segera. Mika khawatir Shiori akan berbuat yang lebih mengerikan lagi padanya karena mengetahui Mika hendak melakukan bunuh diri.             Sesampainya di kamar, Mika mandi terlebih dahulu. Tubuhnya terasa sangat lengket karena terkena air laut semalaman. Saat ia selesai mandi, Mika terkejut melihat Shiori ternyata telah berada di kamar juga. Ia seperti sedang membuntuti gadis itu dan menunggunya selesai.             Mika berusaha untuk tetap tenang walau ia masih ketakutan. Ia segera bergerak ke arah ranselnya dan memasukkan beberapa barang miliknya.             “Kau ingin bunuh diri ?”             Pertanyaan Shiori langsung membuat gerakan Mika berhenti. Mika tidak menjawabnya dan ia tetap mengemasi barang-barangnya.             “Maaf.”             Ucapan Shiori langsung membuat Mika berhenti kembali. Ia tertegun dan Mika akhirnya menoleh memandang Shiori yang menunduk ke arahnya.             “Maaf karena membuatmu ingin bunuh diri.” ucapnya lagi hingga Mika benar-benar meyakinkan dirinya bahwa Shiori yang mengatakan itu.             “Aku juga minta maaf.” ucap Mika akhirnya dan Shiori menengadah bingung menatapnya.             “Maaf karena aku berubah menjadi menyukai Kimura-kun.” kali ini Mika menatap langsung pada mata Shiori.             “Kau pasti kesal padaku karena awalnya aku mengatakan Kimura-kun bukan seperti tipe-ku. Tapi, aku bukan mengatakannya dengan sengaja. Waktu itu aku memang tidak memiliki perasaan apapun padanya.” Mika memberanikan dirinya untuk mengatakannya sesuai dengan usulan Yoshiki.             “Dan aku juga bukan sengaja mendekatinya untuk menggodanya. Kau tahu bukan kalau aku sering mendapat nilai jelek ? Aku bertemu dengan Kimura-kun di perpustakaan dan dia berbaik hati mengajariku tanpa kuminta.” lanjut Mika. Shiori tertegun mendengarnya. “Bahkan waktu itu aku tidak ada pikiran untuk mendekatinya atau apapun dan aku memang benar-benar belajar saat itu.” Mika tidak melepaskan tatapan seriusnya dari Shiori. “Tapi, Kimura-kun sangat baik padaku hingga aku tanpa sadar jatuh cinta padanya. Apa aku salah ? Apa aku tidak boleh menyukainya ?” bibir Mika bergetar hingga Shiori menghela napas. “Maaf... aku tidak tahu apa-apa dan langsung menuduhmu begitu saja.” ucapnya.             Mika menggeleng, “Dan aku benar-benar sedih ketika teman-temanku mulai menjauhiku hanya karena masalah itu. Kalau kalian juga menyukainya, kenapa kita tidak bisa bersaing secara adil ?”             “Bahkan saat Kimura-kun menyelamatkanku pun, dia yang mengatakan padaku untuk tidak berbuat bodoh dan menjelaskan semuanya pada kalian. Karena kalian tidak tahu seberapa tertekannya aku saat kalian terus menerus menghinaku sepertiku.” Mika tanpa sadar menitikkan air mata hingga membuat Shiori benar-benar merasa bersalah.             “Maaf ! Maafkan aku Mika !” Shiori langsung berdiri dan ia menunduk meminta maaf padanya. Mika mengusap air matanya dan tersenyum. “Tidak apa-apa. Aku juga tidak pernah marah pada kalian... karena kalian adalah teman pertamaku di sini...” ucapnya hingga Shiori benar-benar tertegun dan mendekap bibirnya karena tidak menyangka Mika benar-benar seorang gadis yang sangat baik hati.             Mika berdiri dan ia memeluk Shiori yang menangis tanpa disadarinya. Ia kemudian tersenyum pada Shiori yang merasa malu sendiri dengan tindakannya. Mika kemudian meninggalkan tas ranselnya begitu saja karena menurutnya ia sudah tidak perlu lagi meninggalkan karyawisata karena hal ini.                                                                                               ***               Mika tidak lagi diganggu oleh Shiori dan teman-temannya namun mereka juga tidak mengajaknya bicara karena merasa malu dengan sikap mereka. Sementara anak-anak lain yang juga ikut mengucilkannya pun ikut diam setelah mendengar Yoshiki berkata Mika hendak melakukan bunuh diri. Mereka takut disalahkan jika terjadi apa-apa pada gadis itu. Mika pun tidak ingin memperbesar masalah dan ia memilih untuk diam saja. Setidaknya mereka tidak lagi mengganggunya.             Hari kedua karyawisata, semua anak-anak diminta untuk melakukan kegiatan lomba memasak antar kelas. Mika membesarkan bola matanya karena ia paling suka memasak. Hanya saja kakinya yang masih harus menggunakan kruk membuatnya sulit untuk bergerak. Ia pun tidak berbicara dengan teman-teman sekelasnya kecuali para pria yang tidak menjauhinya. Saat rapat per kelas untuk menentukan menu masakan mereka, kelas Mika paling banyak diam karena suasana yang canggung. Hanya para pria yang banyak berkomentar. “Aku tidak bisa memasak. Kalian yang para wanita saja.” ujar Tomoya. “Aku juga tidak bisa memasak. Biasanya ibuku yang menyediakan untukku.” balas Mayu sambil menggeleng.             Hampir seluruh anak kelas Mika tidak ada yang bisa memasak. Mika ingin bersuara tapi ia masih takut.             “Ano....”             Ia akhirnya memberanikan diri untuk berbicara karena anak-anak di kelasnya sekarang saling mendorong satu sama lain untuk tugas memasak. Tidak ada yang mau turun tangan sama sekali.             Ketika Mika bersuara, semua orang langsung terdiam dan memandang ke arahnya. Bukan tatapan benci yang biasa di dapatkannya, tapi tatapan penasaran apa yang hendak dikatakan oleh Mika.             “Kalau... kalian tidak keberatan, aku bersedia memasak. Menunya apa ?” Mika bertanya dengan suara kecil. “Oh Mika ! Kau bisa memasak ?” kaget Shuu yang berada di dekatnya. “Ah, sedikit...” Mika tersenyum kecil hingga mereka semua langsung bernapas lega. “Setidaknya ada yang bisa menolong kita. Baiklah, untuk menu kita apa yang kau sarankan, Mika ?” ketua kelas mereka memandang gadis itu yang tertegun. Ia tidak menyangka tawarannya langsung diterima oleh mereka semua.             “Unagi ? Ini sedang musim panas bukan ? Unagi banyak manfaatnya untuk cuaca seperti ini.” Mika kembali memberanikan diri. Unagi adalah sajian belut di atas nasi yang telah dibumbui dengan saus manis serta asin untuk membuatnya lebih sempurna. “Oh ! Unagi ! Itu enak sekali ! Tapi, bukannya memasaknya cukup susah ?” Shiori akhirnya berbicara dan tidak terlihat kembali memusuhi Mika.             Mika tertegun melihat responnya dan ia langsung menggeleng, “Tidak. Tidak terlalu susah...” gumamnya dengan suara kecil. Ia senang dengan reaksi mereka yang kembali seperti semula. “Oke ! Menu kelas kita adalah Unagi ! Nah, Mika katakan pada kami apa saja yang harus kami lakukan !” sang ketua kelas terlihat sangat bersemangat dan Mika otomatis tersenyum melihatnya.             Mika menginstruksikan pada mereka untuk melakukan beberapa hal seperti memasak nasi dan membersihkan sayuran. Namun, pada saat mereka harus memotong belutnya menjadi fillet, para wanita bergerak mundur semua karena geli melihat bentuk belut yang licin itu. Mika dengan sabar mengajari mereka bagaimana memotong dagingnya menjadi potongan fillet. Para gadis itu bahkan terkagum-kagum melihat Mika yang sangat terampil menggunakan pisaunya.             Di kejauhan, Yoshiki yang sedang membantu kelasnya juga melihat Mika yang sudah mulai tertawa dan ia mengangguk kecil sebelum mengalihkan pandangannya. Setidaknya ia tahu gadis itu tidak lagi dikucilkan di kelasnya.             Semua anak di kelas Mika terkejut dengan hasil masakan Mika yang luar biasa. Mereka bahkan ingin sekali mencicipinya namun ketua kelas mereka melarang karena mereka harus menyajikannya untuk guru terlebih dahulu.             Para guru mulai mendatangi tenda mereka dan mengangguk-angguk melihat masakan mereka yang sangat indah dan menggiurkan. “Wah ! Unagi ini enak sekali ! Siapa yang memasaknya ?” wali kelas mereka benar-benar terkejut dengan rasa masakan mereka.             Semua anak-anak itu langsung menunjuk Mika yang tersipu malu. Wali kelas itu tersenyum melihat Mika dan ia memberikan tanda jempol untuknya. Bahkan guru-guru lain juga berbondong-bondong mendatangi tenda mereka karena aroma masakan yang sangat menggiurkan. “Ya ampun ! Ini benar-benar enak sekali, Mika ! Bagaimana kau bisa melakukannya ???” teman-teman sekelasnya terkejut saat mencicipi masakannya dan Mika hanya bisa tersenyum malu saja. “Oh, kau harus mengajariku cara membuatnya !” kali ini Shiori yang langsung membuat Mika terkejut mendengarnya. Shiori tersenyum padanya hingga membuat Mika benar-benar senang sekali. Ia bahkan mengangguk cepat dan tertawa lebar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD