“Kimura-kun ! Apa yang mau kau lakukan ???” kagetnya sambil mempertahankan bajunya yang ditarik oleh Yoshiki. Pria itu berdecak kembali.
Tanpa mengatakan apa-apa, Yoshiki merobek ujung rok Mika hingga gadis itu menjerit ketakutan. Yoshiki mengacuhkannya dan ia menggunakan potongan kain itu untuk membalut luka Mika. Ditariknya kaki Mika untuk mendekat hingga gadis itu masih terlonjak ketakutan.
Saat Yoshiki mulai membalut luka Mika, gadis itu baru paham dan wajahnya memerah malu karena berpikir bahwa lelaki itu hendak berbuat hal yang tidak pantas. Yoshiki menaikkan sebelah alisnya dan memandang Mika sinis.
“Kau pikir aku tertarik padamu, huh ??? Kalau kau mau lukamu terus terbuka ya silahkan saja.” ujarnya dan setelah ia selesai membalut luka Mika, Yoshiki segera kembali ke tempatnya lagi.
Yoshiki menyandarkan tubuhnya ke dinding gua sambil meluruskan kakinya. Mika kemudian meringkuk tidak jauh di sampingnya dengan menggigil. Yoshiki sebenarnya juga kedinginan dan nampaknya ia tidak memiliki cara lain.
“Kemarilah. Kita perlu menghangatkan diri satu sama lainnya. Ingat, aku tidak ada maksud lain dan jangan salah paham !” Yoshiki menekankan hal itu hingga Mika tertegun mendengarnya. Gadis itu mengangguk karena ia sendiri juga mengetahui jika Yoshiki memang tidak memiliki perasaan padanya.
Mika bergerak mendekat ke arahnya dan Yoshiki melebarkan lengannya hingga gadis itu bisa masuk di antaranya. Yoshiki menggosok-gosok lengan Mika berkali-kali untuk menghangatkannya dan setidaknya itu juga membuatnya hangat sedikit.
Malam semakin larut dan hujan akhirnya berhenti hingga badai pun mereda. Bulan mulai menampakkan dirinya hingga malam itu tidak terlalu gelap lagi. Yoshiki telah berusaha memejamkan matanya untuk tidur namun rasa dingin membuatnya agak kesulitan untuk tertidur.
“Kimura-kun…” panggil Mika pelan.
Yoshiki tidak menjawab tapi ia mendengarkan. Mika mengira pria itu telah tertidur dan ia menghela napas panjang.
“Terima kasih telah menyelamatkanku…” gumamnya lagi yang bisa terdengar oleh Yoshiki yang tidak tertidur sama sekali.
“Terima kasih karena menyelamatkanku dari maut dan juga menyelamatkanku dari pikiran bodoh…” suara Mika semakin mengecil hingga Yoshiki harus menajamkan pendengarannya.
“Aku benar-benar lelah… lelah dengan apa yang mereka katakan… lelah dengan tatapan mereka yang menusuk… apa salahku…? Apa hanya karena aku juga berubah menjadi menyukaimu mereka menjadi marah padaku…? Aku juga tidak mengharapkan semuanya terjadi seperti ini… tapi, kau muncul tiba-tiba dan mengubah segalanya…” kali ini Mika telah terisak hingga Yoshiki tertegun mendengarnya.
“Aku ingin menghentikan semuanya… ingin berhenti menyukaimu… tapi, aku tidak bisa…” suaranya mencicit karena ia berusaha menghilangkan rasa tangisnya. Yoshiki bisa merasakan tubuh Mika bergetar dan ia sedikit kasihan padanya.
“Kenapa kau tidak bilang saja pada mereka ?”
Respon Yoshiki langsung membuat Mika terkejut karena ia mengira lelaki itu sudah tertidur namun ternyata Yoshiki mendengar semua curahan hatinya dari tadi.
“Kau hanya diam saja jadi mereka bisa terus menyerangmu. Bicaralah pada mereka apa isi hatimu. Katakan pada mereka untuk bersaing dengan adil.” Yoshiki sudah mengetahui masalah gadis itu setelah mendengarnya bercerita demikian. Ia sepertinya menyadari jika Mika nampaknya dikucilkan di kelasnya.
Mika tidak mengatakan apa-apa dan tetap berusaha menghilangkan rasa tangisnya. Ia bahkan menggigit bagian bawah bibirnya untuk membuatnya tidak bersuara. Mika hanya mengangguk mendengar Yoshiki yang mau mendengarkan ceritanya.
“Yah, walaupun aku tidak yakin aku tertarik pada kalian…” gumam Yoshiki kemudian setelah menyadari ucapannya yang terlalu percaya diri diperebutkan oleh semua wanita.
“Kimura-kun…” panggil Mika lagi hingga Yoshiki langsung terdiam.
Mika menegakkan tubuhnya dan berbalik memandang Yoshiki langsung pada matanya.
“Izinkan aku untuk mengatakan hal ini sekali lagi…” Mika menarik napas dalam-dalam untuk mengatur perasaannya.
“Aku mencintaimu…”
Mika memandang Yoshiki tepat pada matanya hingga membuat lelaki itu terdiam memandang iris hijau itu. Mika tersenyum dan membuat Yoshiki tersadar kembali. Ia hendak mengatakan penolakan pada gadis itu namun Mika langsung menyelanya.
“Aku tidak memintamu untuk menjawabnya. Aku hanya ingin mengatakannya saja. Tidak ada maksud lain.” lanjut Mika hingga membuat Yoshiki menaikkan alisnya dengan bingung apa yang diinginkan gadis itu. Karena selama ini para gadis yang menyatakan cinta padanya meminta jawabannya untuk menjadikan mereka kekasih Yoshiki.
“Aku tidak berniat meminta jawabanmu untuk menjadikanku kekasihmu atau semacam itu. Aku hanya ingin mengutarakan perasaanku kali ini. Terima kasih sudah mendengarkan.” Mika tersenyum lagi padanya dan ia langsung berbalik memunggungi Yoshiki yang kebingungan melihat tingkahnya.
***
Pagi harinya Mika mengernyit lebih dulu dan ia menggeliat bangun. Dilihatnya ia masih berada di pelukan Yoshiki dan ia terkejut seketika. Jantungnya berdegup kencang dan wajahnya mulai memerah. Mika tahu Yoshiki tidak bermaksud apa-apa tapi tetap saja berada sedekat itu dengan orang yang disukainya membuat Mika tidak bisa menghentikan debaran jantungnya.
Yoshiki masih tertidur dan Mika bergerak perlahan keluar dari lengannya. Ia berusaha sepelan mungkin agar tidak membangunkan lelaki itu yang nampaknya kelelahan. Mika beringsut menuju mulut gua dan melihat matahari telah terbit.
Laut telah berubah menjadi tenang dan Mika mengawasi daerah sekitar batu karang mereka. Air laut yang jernih membuatnya bisa melihat beberapa ikan kecil berenang kesana kemari.
Samar-samar, Mika mendengar suara teriakan dan ia mengernyit ke arah pantai yang tidak jauh dari mereka. Ada beberapa orang yang sedang berlalu lalang di pantai sambil berteriak.
“Kimura!!!”
“Nakashima !!!”
Mata Mika membesar mendengar panggilan itu. Ia tidak bisa melihat jelas siapa yang sedang berteriak memanggil mereka namun ia yakin itu pasti guru-guru yang sedang mencari mereka.
Mika langsung berbalik cepat ke arah Yoshiki yang tidak terbangun sama sekali. Ia segera mengguncang tubuh Yoshiki dengan terburu-buru.
“Kimura-kun ! Mereka mencari kita ! Para guru sedang berteriak memanggil kita !” matanya membesar penuh dengan pengharapan.
Yoshiki berusaha untuk sadar dan ia menggeliat dengan sebal karena dibangunkan. Rasanya ia belum lama tidur dan Mika sudah sibuk mengguncangnya.
“Terus kenapa kau tidak membalas panggilan mereka ???” gumamnya dalam keadaan mengantuk dan setelah beberapa saat ia akhirnya sadar. Yoshiki berdecak tidak sabaran melihat betapa bodohnya gadis itu dalam situasi seperti ini.
Mika tersentak seakan baru sadar mengenai hal itu dan ia kembali berbalik memandang para guru yang berteriak memanggil mereka.
“Kami di sini !!! Tolong !!! Selamatkan kami !!!” Mika berteriak sekuat yang ia bisa sambil melambai-lambaikan tangannya berharap mereka mendengar dan melihatnya.
Yoshiki bergabung dengannya beberapa detik kemudian. Ia juga ikut melambaikan tangan dan berteriak hingga akhirnya para guru berhenti berteriak memanggil nama mereka dan mengernyit menyadari suara mereka.
Mika dan Yoshiki bisa melihat para guru menunjuk-nunjuk ke arah batu karang dimana mereka sekarang berpijak dan beberapa di antara mereka langsung berlari mencari perahu untuk menyelamatkan mereka.
Mika menghela napas lega saat melihat perahu mulai bergerak ke arah mereka. Yoshiki hanya berkacak pinggang sambil melihat sekeliling mereka. Ia tidak lagi bicara pada gadis itu dan tetap memaku pandangannya ke arah perahu yang semakin dekat ke arah mereka.
Salah satu guru pria yang ikut dengan petugas perahu pun mengerutkan kening memandang mereka dengan gusar. Saat perahu menepi, suaranya terlebih dahulu berkumandang.
“Kimura ! Nakashima !!! Apa yang kalian lakukan ??!! Apa kalian tahu kami mencari kalian semalaman ??!!” marahnya dan mereka bisa melihat kantung mata sang guru yang mulai muncul karena tidak tidur semalaman.
“Maafkan kami, sensei !” Yoshiki dan Mika sama-sama menunduk meminta maaf.