Semenjak pengakuan Mika, Yoshiki berubah menjadi sangat dingin, lebih dingin dari biasanya. Ia berubah menjadi sosok yang sangat ketus dalam berbicara dan terang-terangan mengatakan ketidaksukaannya terhadap sesuatu. Entah kenapa setelah Mika mengatakan perasaannya, Yoshiki benar-benar terlihat sangat kecewa dan ia menghindari wanita manapun. Ia tidak ingin tindakannya kembali disalahpahami oleh para wanita.
Mika menatap sosok Yoshiki dari kejauhan dan ia bisa melihat raut wajah itu selalu mengeras. Gadis itu menjadi sangat sedih dan ia tidak ingin senyum itu hilang dari wajah Yoshiki. Gadis itu kembali mendatangi perpustakaan untuk menjumpainya. Tangannya gemetar saat melihat Yoshiki berdiri membaca buku dengan ekspresi dingin.
Gadis itu hendak mendekatinya tapi ekor mata Yoshiki lebih cepat menangkap warna merah rambutnya dan ia langsung menghela napas dengan sebal sambil menutup bukunya. Yoshiki langsung berjalan keluar dari perpustakaan. Ia menghindari gadis itu.
Mika masih pantang menyerah. Ia tetap berusaha mendekati Yoshiki lagi dengan sering mengunjungi perpustakaan. Kali ini Yoshiki duduk membaca dengan tenang dan Mika perlahan-lahan duduk di depannya.
“Kimura-kun...”
Baru saja Mika menegurnya pelan, Yoshiki langsung menutup bukunya dengan kasar dan ia menatap mata Mika dengan dingin sekali.
“Berhenti mendekatiku. Kau menyebalkan !” tegasnya dan ia langsung pergi dari perpustakaan kembali.
Hatinya benar-benar sangat terluka saat melihat Mika dan ia tidak tahu kenapa ia jadi begitu membenci gadis itu.
Mika terdiam dengan raut wajah yang hampir menangis kembali. Tanpa disadarinya, tindakannya diketahui oleh teman-temannya. Mereka melihat gadis itu menghampiri Yoshiki beberapa kali dan mereka mulai menjauhinya.
“Shiori, ayo ke kantin.” ajak Mika dengan tersenyum. Tapi, senyumnya langsung menghilang saat melihat tatapan sinis dari teman-temannya.
“Bukannya kau mau ke perpustakaan ? Kau mau mendekati Kimura-kun, bukan ?” kata Shiori menatapnya tajam.
“Kau bilang Kimura-kun bukan tipemu, tapi ternyata kau diam-diam mendekatinya juga. Dasar mengerikan !” balas yang lainnya dan mereka langsung meninggalkan Mika yang terkejut.
Mika benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Ia benar-benar ingin menangis saat ini. Tapi, saat melihat Yoshiki, ia ingin memperbaiki kesalahannya dan memulai semuanya dengan baik kembali.
Aku tidak boleh menyerah ! batin Mika dalam hati dan ia berusaha untuk tetap ceria di sekolah.
Matanya kembali menemukan Yoshiki sedang melintas di halaman sekolah. Tanpa sadar, Mika langsung melambai dengan riang dan menegurnya.
“Kimura-kun !” sapa Mika.
Yoshiki memberengut saat melihat Mika menegurnya. Ia langsung membuang muka dan mengacuhkannya kembali.
***
Karyawisata dimulai dan sekolah mereka selalu mengadakan karyawisata bersama tanpa mempedulikan tingkat kelas yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar semua siswa bisa menjadi lebih akrab walaupun berbeda tingkatan dan jurusan. Pilihan sekolah mereka untuk karyawisata tahun ini adalah Okinawa. Semua anak murid terlihat sangat antusias untuk mengikuti karyawisata ini. Mika sebenarnya sangat tidak berselera untuk mengikuti karyawisata karena sekarang teman-teman wanita sekelasnya menjauhinya semenjak mengetahui ia menyukai Yoshiki.
Ia tidak menyangkal tentang hal itu dan ia juga tidak bisa menjelaskan pada mereka karena mereka bahkan tidak mau mendengarnya bicara lagi. Mika lebih banyak berdiam diri sekarang. Ia ingin tidak ikut pada acara karyawisata namun semua murid diwajibkan untuk ikut serta setiap tahunnya untuk menambah nilai praktek mereka.
Mika memasukkan beberapa pakaian dan kebutuhannya untuk karyawisata yang diselenggarakan selama tiga hari di sebuah resort pantai Okinawa. Satu-satunya yang menjadi penyemangat dirinya adalah Yoshiki yang juga terpaksa ikut dalam acara ini walaupun ia sendiri juga malas mengikutinya setiap tahun.
Kenapa Yoshiki tidak tertarik untuk mengikuti karyawisata ? Karena ia muak dengan pernyataan cinta setiap wanita yang selalu datang padanya setiap kali karyawisata. Mereka nampaknya memanfaatkan kesempatan itu untuk menyatakan cinta pada senior-senior yang mereka sukai. Yoshiki bahkan mencari cara untuk menolak menemui mereka sama sekali namun setiap kali ia keluar dari kamar, selalu ada saja wanita yang menghadangnya dengan pernyataan cinta ataupun surat cinta.
Yoshiki sendiri tidak paham kenapa para wanita begitu mengidolakannya. Ia bahkan tidak bersikap ramah pada mereka namun mereka tetap saja tidak jera mendekatinya.
Pagi hari semua murid-murid berkumpul di depan sekolah dengan enam bus besar telah menunggu mereka. Masing-masing wali kelas sibuk memeriksa apakah muridnya hadir atau tidak. Mika berdiri memegang tasnya dan hanya menunggu hingga waktunya mereka untuk naik ke bus. Tidak ada yang menghampirinya selain anak laki-laki yang masih suka mendekatinya. Ia berusaha tersenyum walaupun hatinya tidak ingin melakukannya apalagi para wanita sekarang sering melemparkan tatapan sinis ke arahnya. Melihat para pria yang suka mengakrabkan diri padanya pun mereka sebenarnya iri pada Mika namun menjadikan gadis itu sebagai korban pengucilan. Beberapa anak wanita yang tidak bermasalah dengan Mika pun menjauhinya hanya karena mereka takut dijadikan korban pengucilan juga oleh teman-teman wanita lainnya.
Tatapan suram Mika berubah saat melihat seorang pria dengan ketampanannya masuk ke halaman sekolah. Ia tidak perlu menunggunya karena teriakan para wanita sudah menandakan bahwa Yoshiki telah hadir di sana. Semangat Mika yang tadinya menurun langsung melonjak saat melihat pria itu dan ia tanpa sadar tersenyum melihatnya dari kejauhan.
Yoshiki menjadi sumber penyemangat Mika dalam menghadapi pengucilan yang terjadi padanya. Hanya dengan melihatnya saja, Mika bisa melupakan kenangan terburuknya.
Bus mereka mulai berangkat menuju Okinawa yang berjarak empat jam dari sekolah mereka. Semuanya terlihat sangat antusias melihat lautan yang terhampar luas di depan mereka. Bahkan Mika pun terlihat sangat senang dengan laut itu. Ia sangat menyukai pantai dan karyawisata ini menjadi hiburan baginya.
Wali kelas kembali mengumpulkan semua anak-anak kelas mereka untuk membagi kamar mereka masing-masing. Ini yang dicemaskan oleh Mika karena ia tahu ia harus sekamar dengan lima anak perempuan dari kelasnya. Ia hanya banyak berdoa agar mereka tidak melakukan hal mengerikan padanya.
Lebih sialnya lagi Mika harus satu kamar dengan Shiori dan teman-temannya dulu. Mereka dengan terang-terangan melemparkan tatapan tidak suka ke arahnya dan bahkan sengaja melempar beberapa sampah ke arah ranjang Mika.
Mika hanya diam saja dan membereskan semua sampah itu sebelum meletakkan barang-barangnya. Ia berusaha untuk menahan kesedihannya apalagi mendengar mereka terus saja menjelek-jelekkannya di kamar. Rasanya semua itu seperti siksaan bagi Mika.
“Teman-teman, anak yang tidak tahu malu itu sekarang satu kamar dengan kita. Aku rasanya ingin muntah melihatnya !” suara Shiori tidak diperkecil sama sekali saat mengatakan hal itu.
“Betul sekali ! Aku juga rasanya ingin muntah. Apa kita lebih baik muntah di kasurnya saja ? Biar dia sekalian tidur di luar ! Aku bahkan tidak bisa membayangkan harus tidur di dekatnya ! Hiiii !” Hana bergidik mengejeknya hingga hati Mika terasa sakit mendengarnya.
Mika keluar dari kamar untuk menghindari mereka yang terus menerus menyerangnya. Hari sudah mulai larut dan para anak murid telah berkumpul di ruang makan untuk makan malam bersama. Mika melarikan diri dari acara makan malam itu karena saat ini ia bahkan tidak merasa lapar sama sekali. Gadis itu malah duduk di pantai sambil memandangi laut yang berubah menjadi gelap dan deburan ombak yang lembut. Ia duduk memeluk kedua lututnya dengan tatapan jauh seakan berharap acara karyawisata ini segera berakhir.