“Kau menangis...” gumamnya. Yoshiki tersentak mendengar suara Mika dan ia dengan cepat menyeka air mata itu secepatnya. “Tidak, aku tidak menangis ! Mataku perih karena layarnya terlalu dekat...” balasnya cepat sambil memalingkan wajah. Mika menyeringai dan menggodanya lagi. “Tidak perlu malu, Yoshiki. Semua orang yang menonton film ini juga menangis kok !” Mika menepuk lengan Yoshiki sambil tertawa kecil agar tidak menimbulkan keributan di dalam bioskop. Namun, Yoshiki tidak membalasnya sama sekali atau merespon tindakan Mika. Ia hanya diam saja dan tidak lagi memandang ke layar dimana sang anak berdiri di depan makam ayahnya yang ia gali sendiri di bukit yang tidak pernah didatangi orang. Tanpa berkata apapun, Yoshiki menda