"Hei. Kamu kenapa, Nyonya Swan? Apakah kamu merasa terhianati, larena menyandang gelar istri sah dariku?" tatapan sinis mata pria itu membuat Windy tersadar. Astaga! Aku tadi ngapain? Kok bisa-bisanya aku komen tentang pernikahan pria ini? Windy menundukkan kepalanya karena malu. Wajahnya memerah bak tomat matang yang siap makan. "Satu hal yang harus kau ketahui peraturan di sini, Nyonya Swan. Meskipun gelarmu sebagai istri sahku, bukan berarti kau bisa mengatur apa yang bisa dan tidak bisa aku lakukan. Peraturan di buat olehku. Hanya aku yang bisa mengontrol semuanya, jangan besar kepala hanya karena kau adalah istri sah, paham?" Windy merasa terpojok dengan tatapan mata sang suami. Terlebih ketika sang suami menoleh kearahnya. "Oh, ya. Aku ke kamar ini hanya untuk mengatakan bahwa k