Bab 5 Selamat tinggal rumah nenek

1090 Words
Qiran masih betah didalam selimutnya, menikmti tidurnya yang baru beberapa jam saja, setelah semalaman ia tidak bisa memejamkan matanya karena kepikiran yang tidak - tidak. "Astaga! apa aku kesiangan lagi?" Ucap Qiran sembari langsung terduduk di atas ranjangnya meski ia masih mengantuk, ia teringat pagi itu akan melakukan perjalanan panjang menuju ke Kota. Lalu ia pun segera bangun dan merapikan semuanya, barulah bergegas ke kamar mandi dan menyelesaikan aktivitas mandinya, usai dengan semuanya, Qiran segera membawa tas koper yang semalam sudah ia siapkan, menyeret koper usangnya secara perlahan keluar dari dalam rumah. Tidak lupa ia pun mengunci rapat pintu rumahnya, hingga beberapa langkah dari depan rumah, Qiran berhenti, berbalik dan menoleh menatap rumah reyot milik neneknya itu sekali lagi. Qiran memutuskan untuk meninggalkan rumah tersebut. Rumah yang meninggalkan sejuta kenangan dirinya dan sang nenek sedari kecil hingga ia dewasa. Meski hatinya begitu berat, ia tak punya pilihan lain selain meninggalkanya. "Selamat tinggal rumah nenek, selamat tinggal nenek! Selamat tinggal kakek, dan semua kenangan, semoga secepatnya kita bertemu lagi." Ucap Qiran dalam hatinya dengan kedua mata yang berkaca - kaca dan sesekali ia seka. Tak lupa saat itu Qiran membawa serta gelang peninggalan sang kakek, karena memang ia ke Kota hanya untuk mencari tahu suatu rahasia yang tersembunyi yang ada di balik gelang nya tersebut. Dengan tangan yang menyeret koper usang yang berisi hanya beberapa pakaian dan barang - barang yang sekiranya ia butuhkan. Qiran berjalan menyusuri jalan, karena memang ia tidak punya kendaraan untuk mengantarnya ke kota selain angkot dan tukang ojek di ujung jalan kampungnya. Tidak satu dua warga yang berbisik bisik, menyaksikan Qiran menyeret koper di tanganya, ada pula yang langsung menjudge bahwa Qiran akan mencari kerjaan yang tidak layak di luar kampungnya, atau ke Kota. "Hei...mau kemana kamu? enak nikah aja ada yang ngurusin, kenapa susah payah sampai akan ke luar kota untuk cari kerjaan?" Ucap salah satu ibu ibu yang sedang berkerumun, mengerumuni tukang sayuran pagi itu. "Mau ke makam kakek dan nenek bu...mau berpamitan." Ucap Qiran sembari menyunggingkan senyumanya, ia membalas senyuman atas perkataan ibu itu yang ia lontarkan. Qiran sengaja berbuat seramah mungkin pada semuanya, karena memang ia sadar, bahwa ia bukanlah siapa siapa, ia hanya seorang diri di dunia, tidak ada harta atau jabatan apapun yang bisa ia banggakan, dan yang lebih lagi, tak ada seorang pun kini yang akan membelanya jika mendapat cemoohan dari orang orang sekitar. Qiran sadar. Kenapa tidak hanya satu dua ibu ibu yang suka nyinyir dan menyindirnya, apa lagi yang menyuruhnya untuk segera menikah, karena para suami suami dari mereka suka menggoda Qiran dan bahkan ada yang menawarinya untuk menjadi istri keduanya jika ia mau, dan itu pun terjadi setelah kepergian sang nenek. Qiran cukup menahan hati dan perasaanya jika mendapati hal yang demikian, ia hanya membalasnya seramah mungkin agar tidak ada yang salah paham denganya, dan tidak ada yang memusuhinya tentunya. Namun tak jarang banyak yang iba padanya, kasihan padanya dan suka membantunya, membeli semua daganganya dan membagikanya pada anak anak yang tengah bermain main atau yang mau. Qiran masuk kedalam area makam dengan meninggalkan koper yang ia bawa di luar gapura masuk makam. Ia hanya membawa tas tanganya saja untuk singgah ke makam kakek neneknya, ia bermaksud akan berpamitan pada kakek neneknya. "Kakek...nenek...mungkin dalam waktu yang sangat lama...ada kalau satu bulan, dua bulan, akh mungkin satu tahun. Qiran belum bisa ke makam nenek dan kakek dulu, Qiran akan ke kota nek, kek...akan mencari alamat yang ada di ukiran gelang yang kakek tinggalkan untuk Qiran, jika kalian merindukanku, kalian bisa muncul dalam mimpiku kek, nek...Qiran sayang kalian. Yaudah...Qiran pamit dulu ya nek kek...sampai jumpa lagi." Ucap Qiran sembari beranjak pergi dari area makam. "Qiran!" Ucap seorang lelaki yang tengah menyetop Qiran, ia adalah Erik, putera dari kepala desa, yang kebetulan memyukai Qiran, disana Erik berusaha menghentikan Qiran agar tidak pergi dari Desa, namun apa yang Erik lakukan tidak membuahkan hasil, sampai ia menawarkan bantuan akan megantar Qiran menuju ke jalan besar, hingga sampai ke terminal bus, daripada ia akan naik angkot untuk menuju kesana. Namun Qiran kukuh tidak mau merepotkan lelaki baik itu yang hanya lebih tua dua tahun darinya saja, Qiran tahu kedua orang tuanya sangatlah membenci Qiran, jangankan untuk berboncengan, jika tahu Erik dan Qiran hanya mengobrol saja, bisa bisa uang saku Erik di sita oleh mama papa nya. Begitulah Qiran selalu menjaga dirinya, membuatnya selalu jauh dari orang - orang, memagari dirinya hingga rapat, Qiran memilih untuk hidup damai, selamat, karena Qiran sadar ia tidak memiliki siapa siapa lagi di dunia. Hingga setengah jam sudah Qiran menunggu angkot tiba, akhirnya yang di tunggu tunggu pun datang, segera Qiran naik kedalam dengan berdesakan menuju ke terminal bus, hampir satu jam lamanya, Qiran akhirnya sampai di terminal bus, ia tidak tahu bus mana yang akan membawanya menuju ke kota yang di tuju, dan setelah ia bertanya tanya, akhirnya ia tahu bus mana yang menuju ke kota yang ia tuju, untungnya bus itu sudah akan berangkat karena penumpangnya hampir penuh, di dalam bus, Qiran tidak berdesak desakan seperti tadi di dalam angkot, namun makin lama makin penuh, penuh dan penuh, sampai Qiran berhenti tepat di Kota dan jalan yang di tuju, Qiran turun disana, cukup lama perjalananya, menempuh waktu dua jam lebih. Qiran tidak tahu arah saat itu, namun yang Qiran tahu itu adalah tepat jalan masuk desa yang Qiran tuju. "Pak numpang tanya...apakah jalan ini disini? bisakah mengantarkan saya ke alamat ini pak?" Ucap tanya Qiran pada tukang ojek di pangkalan ojek, sembari menunjukan secarik kertas yang alamatnya sudah ia tulis disana, lalu pak tukang ojek pun melihat lembaran kertas yang Qiran tunjukan, dimana kemarin malam Qiran menyalin alamat dari gelang yang ia bawa di selembar kertas. "Iya mbak...ini di jalan yang benar, dan gang nya ini harusnya limaratus meteran dari sini mbak...mari saya antar." Ucap pak tukang ojek yang menawari. "Mahal tidak pak?" Tanya Qiran yang khawatir pak tukang ojek mematok mahal harga ojeknya. "Tidak kok mbak...lima belas ribu saja, mbak saya antar tepat di depan rumah di alamat ini mbak..." Ucap pak tukang ojek yang lalu di angguki Qiran, Qiranpun menurut, ia pun lalu naik keatas motor dan dengan segera pak tukang ojek membawa Qiran ke alamat tersebut. Hanya sepuluh menit saja Qiran dan pak tukang ojek akhirnya sampai di tempat yang di tuju, setelah pak tukang ojek membantu Qiran dengan bertanya tanya pada orang terdekat. "Itu mbak rumahnya...tapi...mbak yakin? sepertinya itu rumah kosong mbak...tidak ada siapa siapa di dalam sana." Ucap pak supir yang membantu Qiran menurunkan koper yang di bawanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD