Bab 6 Dan bertemu lagi

1008 Words
"Tapi bener ya pak alamatnya disini?" tanya Qiran pada bapak tukang ojek yang mengantarnya itu. "Benar mbak...memang disini...tapi...sepertinya rumah ini sudah lama kosong mbak..." ucap pak tukang ojek itu lagi. Dan Qiran hanya mendengus kesal pada dirinya sendiri, ia tidak tahu tempat mana lagi yang harus ia tuju lagi selain alamat itu, ia tidak tahu tempat lain dan juga tidak punya kenalan lain disana. "Akh sudah pak tidak apa - apa kok, saya disini saja pak...makasih ya pak..." ucap Qiran sembari memberikan upah pak tukang ojek, lalu saat bapak itu sudah akan naik keatas motornya, ia berbalik dan turun kembali. "Ada apa lagi ya pak?" tanya Qiran yang merasa heran dan hanya menatap kearah bapak tersebut. "Oh ya mbak...jika mbak nya malam ini tidak ada tempat tinggal...mbak bisa menghubungi nomor ini, ini saudara saya mbak...yang punya tempat kost, tapi ya...kosnya tidak bagus...tapi murah lumayan murah..." ucap bapak tukang ojek sembari memberikan lembaran kartu nama keponakannya pada Qiran, dan Qiran hanya bisa menerimanya lembaran itu tanpa berpikir macam - macam, ia hanya tahu bahwa saat ia selalu punya niatan baik ia percaya pasti tuhan pun akan mengirimkan orang - orang baik padanya. Lalu pak tukang ojek pun berpamitan pergi dari sana. Tinggalah Qiran yang berada di sana sendirian. Hingga hari sudah mulai gelap, waktu berjalan begitu cepat, Qiran masih terduduk di depan emperan rumah kosong tersebut dengan wajah pilu dan mata sendu, ia ingin menngis namun ia tahan, ia ingin berteriak namun disana bukan rumahnya, jelas semua orang akan menganggapnya gila, atau bahkan akan mengusirnya, Qiran menghela nafasnya dalam dalam, menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi usang yang berada disana, setelah sebelumnya tadi ia bersihkan, matanya menatap koper yang ia bawa, begitu berat, ia teringat dari tadi membawanya dan hampir mematahkan tangannya saking beratnya, ia pun tidak bisa begitu saja untuk pulang, ia tidak ada wajah lagi untuk menampakkan wajahnya di kampungnya, ia terlanjur berapi - rapi mengibarkan bendera bahwa ia akan pergi ke Kota dan mencapai kesuksesan. "Hausnya...." Ucap Qiran sembari mengelus tenggorokanya yang ia rasa sudah kering sedari ia berada di dalam bus tadi, namun tidak ia hiraukan, ia ingin sekali segera bertemu dengan alamat yang sedang ia cari tersebut, namun nyatanya setelah sampai tempat tujuan malah rumah itu kosong tanpa penghuni. Bayangannya sudah berkelana kemana - mana saat ia akan menuju ke alamat tersebut, namun lagi - lagi nyatanya...hanya kesendirian yang selalu berpihak padanya, dan seolah - oleh takdir hidup dengan kesunyian dan kesepian sudah memutuskan untuk berteman dengannya, seolah kemana pun ia pergi tidak ada kehangatan yang ia dapatkan. Qiran pun memutuskan untuk menarik kopernya menuju ke jalan besar, setengah jam dari tempatnya sekarang untuk berjalan, ia pun sekuat tenaga menuju ke tepian jalan raya, dan berniat mencari tempat kost - kosan. Ia lupa pada kertas alamat yang pak tukang ojek tadi berikan padanya yang hanya ada di dalam kantongnya. Meskipun wajahnya sudah tampak kelelahan, namun ia tetap terus berusaha mencari tempat berteduh, hari yang tadinya ia rasa panas terik, berubah menjadi hujan, badannya lagi - lagi tertimpa air yang jatuh dari langit itu. Ia berusaha sekuat tenaganya untuk mencoba bertahan, namun apalah dayanya, perut kosong dan kehausan, di tambah kelelahan yang luar biasa, membuat nafasnya seakan tersengal - sengal, matanya tiba - tiba gelap seketika. "Brugh." Qiran ambruk di tepian jalan hampir separuh jalan, membuat mobil yang melintas di dekatnya tiba - tiba berhenti mendadak. "Ada apa?" Tanya Daniel tiba - tiba saat pak supir yang menyupirinya menghentikan mobil tersebut secara mendadak. "Anu, itu, anu pak..." Ucap pak supir yang tergagap karena beberapa orang sudah datang ke arahnya. Menyerbu mobil yang di kendarai keduanya. Sontak Daniel pun begitu terkejut saat melihat beberapa orang datang menghampiri kearahnya. "Hei ada apa?" sentak Daniel pada pak supirnya saat ia merasa ada yang tidak beres. "Anu bos...anu..." ucap pak supirnya yang masih sedikit takut disana, ia tidak takut pada orang - orang tersebut, melainkan takut pada bosnya tersebut. "Ona anu, ona anu! mau ngomong apaan?!" Tanya Daniel dengan sentakannya. Namun sebelum pak supirnya menjawabnya, beberapa orang sudah mengetuk - ngetuk beberapa kali kaca jendela mobil Daniel disana. "Loh loh loh...ini ada apa pak? kamu nabrak orang?" ucap Daniel yang begitu terkejut saat itu, ia hanya bertanya kebenarannya pada pak supirnya. Namun lagi - lagi karena panik, pak supir belum bisa menjawabnya karena gagap. "Keluar pak! keluar!" ucap orang dengan teriakannya di luar mobil, dan masih ada beberapa lagi yang mengetok - ngetok sembari berteriak pula, terpaksa Daniel pun akan keluar dari dalam mobilnya namun pak supirnya segera melarangnya. "Bos di dalam saja...saya yakin tidak menabrak gadis itu bos...sungguh...ia pingsan sendiri bos tadi...saya hanya kaget makanya sontak mengehentikan mobil dengan mendadak." Ucap pak supir yang menjelaskan pada bosnya yang benar demikian kenyataannya. "Tidak apa - apa pak...kalau saya tidak keluar malah akan menjadi salah paham saja ini nanti." Ucap Daniel pada pak supirnya yang lalu memutuskan untuk membuka pintu mobilnya lalu keluar dari dalam mobil, ia sudah di sambut dengan beberapa orang yang sudah menunggunya disana. "Masih hidup pak...anda bawa saja pak langsung ke rumah sakit saja...cepat pak..." usul seseorang disana agar Daniel terhindar dari amukan masa, dan saat itu Daniel pun tahu niat baik orang tersebut, hingga ia memutuskan untuk membawa Qiran masuk kedalam mobilnya, tanpa pikir panjang Danel segera mengangkat tubuh kurus tersebut masuk kedalam mobilnya, dan di susul seseorang dan pak supirnya yang membantu memasukkan koper dan tas Qiran disana. "Jalan!" ucap Daniel pada pak supirnya, ia merasa marah pada dirinya sendiri yang se enaknya menyentuh wanita jalanan yang tidak ia tahu asal usulnya, ia geram, ia marah, namun itu semua tidak ada gunanya lagi, karena sudah terlanjur. "Gila! aku pasti sudah gila! sejak kapan aku takut dengan orang lain?! hingga menurut saja saat disuruh mengangkat wanita ini." Ucap Daniel dalam hatinya. Aura membunuh sudah pak supirnya rasakan saat bosnya itu menyuruhnya untuk menjalankan mobilnya. "Bos...ini di bawa kemana?" tanya pak supirnya yang sudah sedikit gelisah. "Cari klinik sana..." ucap Daniel dengan ketus tanpa ekspresi, membuat pak supirnya tidak berani untuk membantahnya. Akhirnya pak supir pun segera mencari klinik rawat inap yang bosnya sebutkan tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD