“Xinxin?” Rafael menatap Chen penuh keseriusan dengan jarak yang benar-benar dekat, mereka sampai bisa merasakan hangat napas dari hidung satu sama lain. Kedua tangan Rafael masih merengkuh kedua lengan Chen. Rafael dapati, Chen yang langsung kebingungan, menerka-nerka sambil terus menatapnya penuh tanya. Chen jelas tidak menyukai tanggapan Rafael, Rafael tahu itu. “Pah ...?” “Kamu sadar, kamu selalu jadi begini, kasar bahkan bar-bar, hanya karena Xinxin?” Rafael menggeleng. “Jika seseorang hanya berdampak buruk padamu, lupakan! Karena Papah enggak mau punya anak kasar yang hanya memperkeruh keadaan!” “Pah?” Chen menatap tak mengerti kepergian punggung Rafael yang kian jauh meninggalkannya. Rafael melangkah menuju tempat duduk yang bersanding dengan meja kerja luas di depan sana. Raf