GT-7

1954 Words
Sekuat tenaga Chantika mendorong riefaldi dan berhasil melepaskan pelukannya. dia memberikan tatapan tajam dan dingin. "Apa yang mau kamu jelaskan saat ini tak akan berguna al, kamu jelas tahu apa yang kamu lakukan itu salah!"  Riefaldi kembali melangkah agar bisa kembali mendekat padanya, namun Chantika semakin melangkah mundur. "Tapi setidaknya dengarkan aku dulu cha!" lirihnya dengan nada memohon "Aku sudah bilang Cukup yah cukup!" "Kamu keras kepala Cha!" Riefaldi tanpa disadar ucapannya kali ini salah, sehingga Chantika bukanya luluh justru semakin terpancing oleh emosinya. Senyum terpaksa muncul di wajahnya, "aku keras kepala? Ya, aku keras kepala! ada masalah dengan itu al?" "s**t! bodoh salah bicara Gue" batin Riefaldi -- meremas rambut, sesekali mengusap wajahnya kasar. "Oke maaf, aku salah! kita bisa bicara baik-baik Cha, aku mohon kasih aku waktu untuk menjelaskan.." "Kamu mau jelaskan apa al? Tak sengaja? Diluar kendali? Atau apa? Hanya satu yang pasti, semua sudah jelas! kamu melanggar batasan sebuah persahabatan, yang selama belasan tahun kita jalani." Riefaldi menyela "bukan seperti itu Cha, kamu harus tahu bahwa yang aku lakuk--" lagi ucapannya terpotong oleh kalimat yang keluar dari bibir manis chantika, dan riefaldi semakin terkejut atas ucapan dingin Chantika "bodoh yah aku, jelas kamu ini Playboy jadi kamu sama ‘kan aku dengan para jajaran wanitamu itu al? Yang dengan mudah kamu cium, habis itu kamu tiduri dan setelah kamu puas dibuang gitu aja?" "oh astaga, aku salah mengira kamu selama ini. Kamu berniat permainkan aku al? Kamu merusak kepercayaan aku, kamu menodai persahabatan kita, kamu melanggar batas yang aku buat selama ini, sudah cukup! aku mohon pergi dari rumahku! aku tak ingin orang rumah dengar keributan kita dan cukup sampai disini" Chantika melangkah meninggalkan riefaldi, dan hal bodoh kembali dilakukan Pria itu. Riefaldi kehabisan akal. dia kembali mengejar Chantika, menarik dengan kencang satu pergelangannya. tangan satunya menarik tengkuk wanita itu, mencium tepat di bibirnya dan melumatnya secara kasar. Chantika membulatkan mata, tak percaya akan tindakan riefaldi ke sekian kali ini, berusaha mendorong riefaldi. Namun gagal karena kalah tenaga kali ini, jelas Pria itu jauh lebih kuat. Tak kehabisan akal, Chantika menginjak kaki riefaldi dengan kuat dan dia harus sangat bersyukur kali ini menggunakan High Heels. mampu membuat riefaldi melepaskan dia "PLAK" sekali lagi tamparan keras mendarat di wajah tampannya.  "Cha deng--" dan ucapannya terpotong lagi "PLAK" sekali lagi menampar riefaldi, bahkan sampai tercetak jelas warna merah membekas di pipipria itu. "Kamu yang dengarkan aku, mulai saat ini kita, semua, persahabatan dan lain halnya SELESAI!" Riefaldi terkejut atas ucapan yang terlontar dari bibir Chantika kali ini, dia tak punya banyak waktu. Sebelum kehilangannya, dia memberanikan diri mengungkapkan isi hatinya "Aku mencintaimu Cha" Chantika terdiam mematung sebentar sebelum akhirnya memaksakan tawa, dengan kesan yang dibuat-buat, "kamu kira aku percaya? b******k Ya kamu, lebih dari itu apa lagi yang pantas untukmu! Cinta apa cinta? Kamu pikir semudah itu aku percaya al?"  "Tapi memang itu kenyataannya Cha, sejak lama rasa itu hadir dalam hati aku, baru berani mengungkapkannya sekarang" Chantika kembali mengangkat tangan tepat di hadapan riefaldi "jangan Macam-macam kamu, pergi dari hadapanku sekarang al! jangan pernah muncul lagi di rumahku ataupun di hadapanku. Aku bukan perempuan di luaran sana yang gampang kamu tipu dengan kata-kata manismu, tindakan kamu beberapa menit lalu menunjukkan sikap aslimu sebagai pria b******k, mungkin aku masih menahan dan mencoba melupakan apa yang kamu lakukan pertama kali. Tapi tidak dengan yang tadi, aku akan coba lupakan dan maafkan semuanya asalkan kita akhiri semua, kamu jangan pernah muncul di hadapanku lagi." Chantika kali ini benar-benar meninggalkan riefaldi yang terlihat kusut dan frustasi. "Aaaarggggggh" teriaknya. Riefaldi mengusap wajah kasar, dia menendangkan sebelah kakinya ke udara. Setelah itu dengan rahang yang mengeras dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam mobil. Dia mencengkeram setir dengan kuat, memutuskan tak pulang malam ini. memilih menghilangkan penat pada hiburan malam langganannya. *** Rasa cinta tak pernah salah, tak mengenal tempat, waktu dan pada siapa dia berlabuh pada akhirnya. Hanya saja sebagian orang ada yang tak siap saat mendengar kenyataan tentang cinta. Pernah dengar cinta datang karena terbiasa, pernah dengar rasa nyaman dapat menimbulkan ikatan tak kasat mata atas nama cinta, dan begitulah cinta sejati pada dua insan manusia. Terkadang tanpa dia sadari, cinta bahkan tak ada dalam rencananya. akan hadir dan apabila waktunya tiba, perlahan dengan cara Tuhan yang tak terencana, maka akan terungkapkan. Cinta.. lima huruf yang menjadi satu untaian kata, terkesan sederhana namun banyak makna. Ada tiga hal manusia dalam hal mencintai, yang pertama ada yang menggenggam dan mendapatkannya. kedua, menyimpannya dan memilih diam untuk selamanya, yang terakhir melupakan dan membuangnya. Jadi, bagian dari manakah cinta yang kalian pilih (?)  Perempuan Itu sejak tadi berbaring diatas Ranjang, terus menyalurkan isi hatinya dengan menumpahkan air mata. beruntung  kamar ini kedap suara, sehingga jeritan, tumpahan rasa kecewa sejak tadi yang tak tertahan tidak terdengar sampai ke penjuru rumah. Chantika kesal, dia tak mempercayai apa yang terjadi. Persahabatan selama belasan tahun ini hancur sudah, dia bukanya tak sadar atas apa yang ada dihati selama ini. dia sendiri berusaha memendam bukan karena egois, dia melakukan ini hanya rasa takut. Ya, dia takut atas apa yang terjadi hari ini sejak lama sudah dia takuti. Awalnya dia tak percaya asumsi banyak orang yang mengatakan 99% persahabatan antara pria dan wanita tak akan murni, karena seiring berjalan waktu, maka salah satunya akan jatuh cinta. persahabatan akan rusak, jika satu dari mereka tidak memiliki perasaan yang sama. Dan setelah belasan tahun ini terjadi pada hari ini. "Kenapa al, Kita harus berakhir seperti ini? mudah sekali kamu bilang cinta. Ya, aku juga mencintaimu sejak dulu. pertama kali kita bertemu, saat kamu menjanjikan kenyamanan pada hidupku." Lirihnya Yah.. Selama belasan tahun ini menutupi rasa dihatinya, bukan tanpa sebab. Dia takut kehilangan riefaldi bila dia mengungkapkan perasaannya dan hari ini dia benar-benar kehilangan pria yang sangat berarti dalam hidupnya, separuh hidupnya. Selama belasan tahun juga dia menahan rasa sesaknya, setiap kali riefaldi selalu berganti kekasih dan mengenalkannya, dia mengelaknya dan berusaha tegar karena dia yakin persahabatannya jauh lebih indah dibandingkan dengan hubungan lebih dari ini atau sesungguhnya Chantika terlalu takut cinta bertepuk sebelah tangan. Tangisnya terhenti saat ponselnya terus bergetar beberapa kali sejak tadi, entah mengapa perasaannya tak enak. Sehingga terpaksa menjawab panggilannya. "Apa lag--" ucapannya terpotong oleh suara orang lain yang tak dia kenali, hatinya terus membisikan hal yang negatif dan mulai gelisah. "Maaf mbak, benar ini dengan Chantika?" "Iya benar, maaf ini siapa? Kenapa ponsel riefaldi ada pada anda?" "Saya Alex, kekasih anda mabuk berat. dia sudah tak sadarkan diri dan terus memanggil nama 'chantika' jadi saya berusaha melihat ke ponselnya yang terus dia genggam dan berusaha menghubungi mbak" Chantika terkejut bukan main, dia bangun. Langsung menyambar Jaket. tak memedulikan yang menggunakan kaos polos kebesaran dan untungnya dia memakai celana Levis selutut, lalu dia menyambar tas dan kunci mobil. Ponsel masih setia bertengger, diimpit telinga dan pundaknya. "Lokasi Kelab dimana yah, mas? saya akan segera ke sana dan tolong jangan ditinggalkan al sampai saya datang" "Kelab butterfly. baik mbak" "Terima kasih, saya kesana sekarang" Untungnya saat ini kedua orang tua Chantika sudah terlelap, sehingga tak perlu mencari alasan, dia terus menyetir. Jalan sudah sangat sepi, karena memang waktu yang menunjukkan pukul jam setengah satu malam. Setelah menempuh waktu 25 menit Chantika memarkirkan mobil tepat di depan Kelab tersebut, dia menarik napas panjang sebelum memutuskan untuk masuk ke tempat terkutuk tersebut. "Untuk pertama kali kaki aku menginjak tempat terkutuk ini dan semua ini karena kamu al" gumam Chantika, sebelum masuk ke gerbang neraka tersebut. Hingar binar lampu warna-warni menyilaukan pandangan, suara dentuman keras musik bersanding dengan teriakan-teriakan manusia yang sedang menari, mengikuti irama hentakan musik keras, mau tak mau harus didengarnya. Baru melangkahkan kaki saja sudah beberapa p****************g menatap dengan pandangan seperti ingin menerjang atau bahkan menelanjangi tubuhnya. Langkahnya terhenti didepan ruang VVIP yang di dapatkan dari informasi Alex tadi. benar saja saat membuka pintu kaca tersebut, wajah kusut dan pakaian acak-acakan menyambutnya, riefaldi tampak sangat kacau. Dihadapnya ada pria dengan tubuh tegap dan wajah yang cukup tampan, yang Chantika yakini umurnya tidak jauh dari riefaldi. Dia tersenyum pada Chantika "Chantika? Syukurlah Anda datang, cepat bawa pulang kekasihmu ini, sebelum ada yang mengambil kesempatan untuk berbuat jahat padanya" Chantika membalas senyumnya, dia mendekati riefaldi yang tak sadarkan diri "ah iya terima kasih banyak Alex, tapi bisa bantu aku untuk memapah tubuh al ke mobilku." Jelas Chantika tak akan mampu memapah tubuh riefaldi sendirian walau dia memiliki tubuh yang besar namun tenaganya tak akan sekuat itu. "tapi bagaimana kamu bisa bersama al, apakah kalian saling mengenal?" Tanya chantika lagi penasaran. "Tentu saja, saya pemilik Kelab ini. Kebetulan riefaldi cukup mengenal saya. Tadi salah satu pelayan kelab yang juga mengenalnya melaporkan pada saya, bahwa riefaldi sempat sedikit mengacau" Persetujuan Alex membuat kelegaan bagi Chantika namun tidak dengan kabar terakhirnya. Kini mobil Chantika sedang dalam perjalanan menuju rumah riefaldi, mobil riefaldi sendiri sengaja ditinggal. mungkin biar riefaldi sendiri yang mengambil besok. Hati Chantika tercubit saat riefaldi selalu Memanggil namanya dengan lirih, saat ini dia masih tak sadar, dia terus saja mengucapkan kata maaf dan menyebut namanya. "Maaf cha...maaf Chantika" Setelah menempuh waktu 35 menit mereka sampai dirumah riefaldi, security rumah membantu Chantika membawa riefaldi naik ke lantai atas yang memang kamar riefaldi terletak disana. Chantika juga baru tahu bahwa kedua orang tua riefaldi sedang ada di Yogyakarta bersama adiknya untuk acara keluarga besar mereka, dan Chantika sendiri tak mengetahui alasan riefaldi yang tak ikut bersama keluarganya. Setelah membaringkan riefaldi di atas ranjangnya, Chantika melepaskan sepatu yang masih melekat dikakinya dan tak lupa dia mengambil kaos yang ada dilemari riefaldi untuk membantunya menggantikan pakaiannya. Setelah selesai Chantika memandangi wajah riefaldi, satu tangan terangkat untuk mulai mengelus wajahnya dari mulai pelipis, alis, hidung, pipi dan berakhir di rahangnya "kamu tahu al melihatmu seperti ini jauh menyakiti hatiku" bisiknya "aku jauh mencintaimu sebelum kamu mengatakan hari ini" entah keberanian dari mana, dia mengecup kening riefaldi agak lama, setelah itu kedua matanya, hidung mancungnya dan berakhir dengan kecupan di bibirnya. menyalurkan semua isi hatinya. Air matanya mengalir begitu saja membasahi pipi, bagai mantra, sentuhan lembut Chantika membuat kesadaran riefaldi terkumpul. mata dia sudah terbuka dan dia menyadari semua yang dilakukan chantika. Chantika terkejut melihat sepasang mata yang memandangi dengan penuh tanda tanya, dia bangkit dari sisi riefaldi hendak berdiri dan meninggalkan riefaldi, tapi tangannya dicekal oleh riefaldi. "Jangan tinggalkan aku Cha, aku mohon percayalah aku mencintaimu" Riefaldi bangun dan menariknya, sehingga masuk dalam pelukannya. "Aku mohon maafkan pria b******k ini, pukul aku maki ataupun bunuh aku sekalian. tapi aku mohon, maafkan aku dan jangan pergi dari hidupku ini" Air mata yang Sudah mengalir sejak tadi, semakin membuatnya terisak dalam dekapan hangat riefaldi. "Aku memaafkanmu al, jangan seperti ini lagi. Kamu menyakitiku, al" dia balas pelukan riefaldi. Dengan wajah didada riefaldi. "Aku mencintaimu Cha, percayalah. Maaf telah membuatmu sakit dan khawatir" kecupan hangat mendarat dipuncak kepala Chantika berulang-ulang, wanita itu mengangguk atas jawaban Riefaldi. Riefaldi melepaskan pelukan mereka, menangkupkan kedua tangan tepat di dua pipi chantika, ibu jari menghapus sisa air mata di wajah cantiknya. Dia memberanikan diri mengecup kening Chantika lama, berpindah pada dua mata Chantika, yang secara refleks terpejam merasakan hangat kecupannya. beralih ke hidung mancung, kedua pipi dan berakhir mengecup bibir ranum Chantika. Hanya kecupan hangat penuh cinta, sama seperti yang Chantika lakukan beberapa menit lalu. Kening mereka menyatu, kedua bola mata mereka saling menyalurkan rasa cinta selama ini yang terpendam. "Jadi kita naik level Cha?" Riefaldi memecah keheningan diantara mereka. Chantika tidak menjawab melainkan tindakan yang dia lakukan membuat riefaldi menegang dan terkejut, kali ini dia bergantian mengecup bibir riefaldi dan setelah itu tersenyum manis, mengangguk malu-malu. Bahagia, hanya kata itu yang mampu gambarkan perasaan kedua insan tersebut. "Aku mencintaimu, sangat sayang" Riefaldi membawa Chantika kembali dalam pelukannya. Chantika tak balas pernyataan Riefaldi, hanya tersenyum mendengar kalimat indah malam ini. Entah sudah keberapa kali di ucapkan Riefaldi. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD