GT-6

3097 Words
Jam menunjukkan hampir pukul tujuh malam. Pantulan cermin itu menunjukkan kecantikan alami seorang perempuan yang sedang bersiap, dia tak lain adalah Chantika. Malam ini Chantika menggunakan Lace Neck Brocade Dress dan hells berwarna hitam, make up tipis menghias wajah manisnya dan rambutnya dibiarkan terurai indah. "dek, kamu udah siap? Riefaldi sudah menunggu di bawah!" wanita paruh baya namun tetap terlihat cantik di umurnya, masuk ke dalam kamar putri bungsunya. "Iya mah, ini juga sudah siap kok." Jawab sang putri bungsu "Wah putri kecil mamah sudah dewasa sekarang" mamah memandang takjub sang putri bungsu. "terima kasih mah, tapi aku bukan putri kecil mamah! Tidak lihat, aku sudah sedewasa ini bahkan tubuhku ini bukan kecil mah tapi plus besar malah." Chantika merajuk seperti biasanya, jika sang mamah masih menunjukkan sikap yang menganggap dia seperti anak kecil. Bukan hanya mamah, papah dan kedua kakaknya pun melakukan hal sama. Menganggap dia masih putri kecil bungsu keluarga ini. "Ya sudah jangan ngambek, cepat gak enak sama al. Dia sudah tunggu kamu dari sekitar 15 menit lalu" Al adalah panggilan untuk Riefaldi dari keluarga Chantika, keluarganya memang mengikuti dia yang sering memanggil nama sahabatnya itu dengan panggilan 'al' dibanding nama lengkap lainnya. mamah keluar dari kamar anak bungsunya setelah berhasil menggodanya, beberapa menit kemudian Chantika keluar kamar menuju ruang tamu, di sana tampak Riefaldi sedang menemani sang papa main catur. memang papa selalu saja menyempatkan diri mengajak sahabatnya main catur jika ke rumahnya. bagi papa yang dapat menandingi dia main catur hanya Riefaldi, jadi setiap ada kesempatan mereka selalu sibuk dan fokus pada papan berwarna hitam putih tersebut. Riefaldi masih tidak menyadari jika dia telah berdiri tepat di sampingnya, tidak dengan papa yang mengalihkan pandangan dari papan catur ke arah putrinya. "Dek tumben cantik sekali kamu" nada meledek dari papa terdengar sudah biasa bagi Chantika. Chantika mendengus "apa sih Pa, aku ini putri kandung papa bukan? Kok papa selalu bilang aku cantik kalau aku berpenampilan kayak begini, tapi kalau hari biasa papa selalu bilang.. 'dek coba kamu perhatian penampilan kamu itu, biar ada yang tertarik. Supaya papa cepat dapat mantu yang bisa diajak main catur'..." Chantika sengaja menirukan nada suara papa, yang biasa dilontarkan kala melihat Chantika berpenampilan biasa. Lain hal dengan Riefaldi yang tersenyum melihat interaksi putri dan ayah tersebut. Riefaldi tersenyum setelah terpaku beberapa detik, karena terkesima dengan penampilan sahabatnya itu, benar kata om Yudhi kalau putrinya ini berbeda dari biasanya. Riefaldi mengakui, bahwa malam ini sahabatnya benar-benar cantik dan manis dengan penampilan pas dan sederhana tapi sangat memukau. "om, kan udah ada saya yang temani main catur." Kali ini Riefaldi gabung dalam pembicaraan ke dua orang tersebut. "iya, tapi gak setiap hari, cuman pas kamu kesini saja. itu pun kalau Chantika enggak ganggu. Dia selalu ajak kamu pergi" "Bukan udah ada ka Yudha dan ka Gadih om?" Riefaldi tersenyum "ah mereka mah payah, baru selangkah aja udah kalah" papa Yudhi terkekeh membayangkan kedua anak laki-lakinya, selalu kalah setiap menandinginya main catur. "al kamu nikahi putri saya saja jadi dengan begitu kamu jadi mantu saya dan saya bisa main catur tiap waktu, sepuasnya." Sambungnya, sontak ucapan yang dilontarkan terakhirnya membuat Chantika melotot namun tidak dengan Riefaldi yang tersenyum mendengarnya. "PAPA apaan sih! Kalau ngomong Ya seenaknya aja!" Chantika Mengubah wajahnya semakin menekuk, karena kesal dengan sang papa. "al yuk jalan sekarang, semakin lama disini yang ada kita Gak jadi ke pesta malah kamu makin ditahan main catur sama papa." Chantika bangkit dari duduknya melangkah ke hadapan sang papa untuk salim. Riefaldi ikut bangkit dan ikut bersalaman "om aku ijin bawa Chantika malam ini." Ijinnya "hati-hati al bawa mobilnya dan pulang jangan malam-malam" orang tua itu memperingati. "oke om, oh iya om tawaran tadi boleh juga!" Riefaldi mengedipkan sebelah matanya, menanggapi pernyataan om Yudhi Sontak bisikan Riefaldi membuat papa Chantika mengacungkan dua jempol, pertanda setuju. Untung percakapan singkat mereka tidak didengar Chantika, dia sudah melangkah ke halaman rumah. namun mamah Tamara yang datang membawa secangkir teh untuk sang suami, tersenyum mendengar interaksi beda generasi tersebut. "Mamah dengar loh pah" "Mereka itu cocok mah, papa berharap Chantika berjodoh dengan Riefaldi. Kita sudah cukup lama mengenalnya, selama ini dia mampu menjaga tanggung jawabnya. terutama kepercayaan kita yang mengizinkan mereka dekat. Papa yakin Riefaldi pria baik." Mamah Tamara tersenyum mendengar harapan suaminya ini, dia pun berharap yang terbaik untuk pendamping sang putri satu satunya kelak. *** Suasana dalam mobil Sedan sport Mercedes-Benz putih tampak sepi, suasana seperti ini sebenarnya bukan suasana yang mereka ingini. "Cha" "Al" Keduanya tertawa ketika mereka sama-sama membuka suara "kamu lebih dulu" Riefaldi memberi kesempatan sahabatnya terlebih dulu "Tadi ucapan papa jangan di dengar, papa suka begitu. Kamu kan tahu sendiri, sikap papa yang asal ceplos kalau ngegodain anaknya." Chantika mengutarakan rasa tak enak hatinya atas celetukan sang papa. "kalau serius juga aku siap" celetuk Riefaldi tanpa sadar. "ah kamu sama aja kayak papa suka bercanda!" Chantika memutar bola matanya malas mendengar celetukan yang terdengar bercanda olehnya. Chantika tidak tahu saja sejujurnya itu hal terjujur dari hati Ralgastian. "kalau aku serius Bagaimana?" Lanjut Riefaldi lagi "Ya.. enggak gimana-gimana!! Udah ah Gak usah merusak suasana deh!!" Chantika sangat kenal sahabatnya ini. mana Riefaldi yang sedang serius dan tidak, dan kali ini dia merasakan aura keseriusan dari sahabatnya ini. Riefaldi mengangkat sebelah tangan dan menarik tangan Chantika untuk digenggam. Chantika tersentak kaget saat mendapatkan sentuhan mendadak ditangannya, mampu membuatnya mengalihkan pandangan yang sedang memandang ke luar kaca mobil, tepat di sampingnya langsung ke wajah sahabatnya. Posisi mereka saat ini sedang berhenti di lampu merah, sehingga Riefaldi bisa menatap balik sahabatnya. "kenapa kita gak mencoba hubungan yang lebih dari sekedar sahabat, Cha?" tanyanya lagi "Al kamu mabuk yah?" Chantika menarik tangannya, dia langsung menangkup rahang Riefaldi. Wajah keduanya saat ini sangat dekat, Chantika bermaksud memeriksa. Apakah benar Riefaldi mabuk, karena omongan yang melantur ini. Dia mengendus dengan hidungnya, mencari-cari apakah ada bau minuman tersebut. namun hal yang diakukan, tanpa dia sadari justru membuat detak jantung mereka berdetak lebih cepat. Riefaldi melepaskan sabuk pengaman yang membelit tubuhnya dengan cepat. Satu tangannya menarik pinggang Chantika dan satunya memegang tengkuk wajah Chantika. dengan ibu jari yang mengelus pipi mulusnya. Chantika melepaskan tangan yang tadi menangkup rahang riefaldi, mencoba untuk menjauh. namun, gagal karena pria itu sudah menahannya. Keduanya terpaku saling memandang tepat pada bola mata masing-masing. Perlahan riefaldi mengikis jarak diantara mereka. "apa dimata aku ini, terlihat aku bercanda, Cha?" Suara lembut riefaldi membuatnya terpaku, sampai dia terkejut saat riefaldi menempelkan bibirnya di bibir Chantika. Awalnya hanya menempel sampai riefaldi melumat bibir manis Chantika. "ini salah jelas salah!" Batinya bersuara, Dia berusaha mendorong riefaldi agar melepas ciuman di bibirnya. namun entah dorongan apa yang membuat riefaldi seberani ini, dia menahan kepala Chantika semakin erat agar tak berontak "eugh" desah Chantika saat riefaldi memperdalam lumatan, menggigit bibir bawah Chantika agar membuka bibirnya. Chantika tampak kaku dalam ciuman mereka, sebab ini adalah First Kiss-nya. ditambah dia masih terkejut atas apa yang dilakukan Riefaldi, lain hal riefaldi yang tersenyum disela ciumannya. "Tin....Tin" Suara klakson dari mobil dibelakang mereka terdengar jelas, ternyata lampu lalu lintas dihadapnya sudah berubah warna hijau. Riefaldi harus menyudahi cumbuan dengan sangat tak rela, setelah mendengar klakson dari arah belakang mobil mereka. "s**t!" maki riefaldi. Dia mengakhiri lumatannya. Ibu jari mengusap bibir Chantika yang sedikit bengkak, akibat ulahnya. Sementara Wanita itu hanya memandang kosong pada wajah sahabatnya, langsung mengalihkan pandangan kembali keluar kaca di sampingnya. "Ini salah, ada apa dengan riefaldi. Aku harus bicarakan ini, tapi kenapa jantungku berdetak tak karuan. Ayolah jantung bekerja samalah" batin Chantika. Sementara itu riefaldi menyadari raut wajah Chantika yang masih terkejut, mencoba memahami apa yang terjadi. tanpa mereka sadari, sejak hal itu terjadi maka situasi hubungan mereka akan banyak berubah tak lagi sama. Akhirnya mereka sampai di salah satu hotel bintang lima yang menjadi tempat berlangsungnya acara. "Cha, soal tad--" ucapannya terhenti, karena Chantika yang memilih langsung keluar dari mobil "BRUK" menutup pintu mobilnya agak kencang "Bodoh...bodoh... jelas dia marah sama lu al!" rancau riefaldi sebelum dia langsung menyusulnya. "Cha tunggu!!" Riefaldi mencekal salah satu tangan Chantika, berhasil membuat dia menghentikan langkahnya. Tapi cekalan terlepas begitu saja, saat Chantika menyentaknya dengan kasar "Cukup al! aku masih menghargai kamu. Jadi, jangan paksa aku untuk berdebat dengan kamu di kondisi ramai seperti ini!" Chantika menatap tajam tepat pada bola mata riefaldi, yang memancarkan rasa penyesalan dan rasa bersalahnya. Suasana pesta yang diadakan disalah satu hotel mewah di Jakarta dengan nuansa elegan menyambut pasangan dingin tersebut, Chantika terpaksa memasang senyum saat riefaldi mengenalkan ke kolega bisnisnya yang mengadakan pesta. Setelah memberikan selamatnya, kini mereka sedang duduk di salah satu meja yang disediakan ruangan tersebut. Keduanya masih saling diam. Sampai ke tiga pria tampan yakni Yoga, Irfan dan Dony yang kebetulan diundang juga ke pesta ini datang menghampiri mereka. Yoga tampak terpaku melihat penampilan wanita idaman yang sangat manis dan cantik malam ini. Yoga yang melihat bangku kosong di samping Chantika, dia mengambil kesempatan duduk tepat di sampingnya. Awalnya Chantika terkejut, setelah tahu yoga yang duduk di sampingnya, dia tersenyum sebagai tanda menyapa. Beda hal, wajah tak suka terlihat dari riefaldi. "Hai Cha, selalu cantik seperti biasa." Goda yoga saat melihat Chantika tersenyum ramah padanya. "Terima kasih" hanya itu tanggapan dari Chantika seperti biasa, sangat tahu jika teman dari sahabatnya ini menaruh ketertarikan padanya sejak mereka kenal, Chantika malas menanggapi, karena memang dia tak memiliki perasaan sebaliknya pada yoga. Chantika masih berusaha terlihat seperti biasa saja agar tak menaruh curiga pada orang di sekitarnya, padahal dalam hatinya dia sudah sangat kesal dengan kejadian tadi. Kini Banyak hal yang menjadi pertanyaan dalam benaknya. "kalian udah lama?" Irfan yang sepertinya mengerti perubahan raut wajah riefaldi mencoba mengalihkan pertanyaan. "sekitar setengah jam yang lalu." Kali ini Chantika yang menjawab "Cha, benar kata yoga kamu cantik dan Hm.. Sexy, malam ini" kali ini pandangan tak suka dari riefaldi, mengarah pada Dony yang sedang tersenyum menggoda Chantika. Menambahi bumbu kekesalan yang sudah dilakukan Yoga sebelumnya. "tiap hari juga cantik. Kalian aja yang baru sadar!" suara dingin riefaldi menyahuti temannya itu Chantika yang mendengarnya hanya memutar bola mata dengan malas, dia mengambil jus buah yang ada di hadapannya dan meneguk dengan rakus. "biasa aja kali al. lo lagi kenapa sih, itu muka ditekuk amat?" Kali ini Irfan mengejek riefaldi. Riefaldi mendengus tak suka dan makin tak suka setelah mendengar... "Cha turun yuk?" kali ini riefaldi benar-benar dikejutkan oleh ajakan yoga pada Chantika. Karena tak enak hati, selalu bersikap menghindar dari yoga. Chantika kali ini ingin menghindari riefaldi juga, maka mengiyakan ajakan yoga. "boleh" Riefaldi membulatkan bola matanya dan rahangnya mengeras mendengar persetujuan Chantika. "YES" Seru yoga dengan senyum semeringah. Yoga bangkit dari duduknya terbungkuk sedikit, mengulurkan tangan kanan dan Chantika menerimanya. Mereka berdua melangkah menuju lautan manusia yang sedang asyik berdansa dan bergabung diantara mereka. Yoga menaruh kedua tangannya di kedua sisi pinggangnya. Sementara dia menaruh tangannya di kedua sisi pundak tegap yoga. Disela-sela mereka dansa, Yoga tak pernah melepaskan pandangan matanya pada wajah Chantika. Lain hal Chantika yang bersikap biasa saja. "Cha, kamu benar-benar cantik malam ini" Chantika tersenyum mendengar pujian lagi darinya. "Terima kasih sekali lagi, Yoga" "Boleh aku tanya sesuatu Cha?" Chantika langsung menatap mata yoga, mencoba mencari apa yang ingin ditanyakannya. "Silakan, aku akan jawab pertanyaan kamu. tapi selama itu pertanyaan yang tak sulit Ya?" Yoga terkekeh, "Tentu aku tak suka sesuatu yang sulit kok Cha" yoga mengedipkan sebelah mata, Chantika tertawa pelan. "Lalu apa yang ingin kamu tanyakan?" Yoga mendekatkan wajahnya ke telinga Chantika, karena alunan musik yang agak kencang. mereka harus bicara sangat dekat seperti ini. "Bisakah aku mencoba mengenal kamu lebih dekat, Cha?" Seketika Chantika membulatkan matanya, dia mencerna apa yang dilontarkan dari yoga. Tanpa dia ketahui, Yoga tersenyum mengejek saat pandangannya tak sengaja melihat wajah riefaldi, yang menyiratkan ketidak sukaannya dengan jelas ke arah mereka. benar, sebelum Chantika menjawab riefaldi tampak bangun dari posisi duduknya dan melangkah ke arah mereka. *** Mereka terlihat sangat intim, hal itu tak luput dari pandangan arah meja ke tiga pria tampan berbalut Tuxedo malam ini. Irfan dan Dony saling pandang setelah melihat rahang Riefaldi mengeras, serta tanpa sadar telah mengepalkan tangan, setelah melihat posisi yoga dan Chantika saat ini. terlihat yoga semakin mengikis jarak mereka. "Mereka serasi Sekali!" Kali ini Irfan mengeluarkan suaranya, bermaksud untuk tahu reaksi sahabatnya ini. Dony mengangguki ucapan Irfan dan ucapannya kali ini semakin membuat riefaldi mengeraskan rahangnya "Iya serasi banget, gue jadi terbayang kalau mereka jadi pasangan, terus nikah. anaknya pasti cantik dan ganteng" "Pasangan, nikah, anak!! Gue yang pastikan tak akan pernah terjadi!" Celetuk dingin Riefaldi sontak membuat Irfan dan Dony tertawa terbahak-bahak. Para tamu di pesta juga jadi tertarik melihat ke arah meja mereka, karena suara tawa pria-pria tampan tersebut. Riefaldi dibuat tercengang melihat kedua temanya itu tertawa, rahang yang tadi mengeras perlahan mengendur, sebelah alisnya naik saat tak mengerti apa yang lucu dari ucapannya. "kenapa ketawa?" Tanyanya tak suka "lo tuh munafik sumpah, pria paling munafik yang pernah gue temui!" ceplos Irfan dan Dony menambahi "Bodoh pula" Rahang riefaldi kembali mengeras, mendengar makian dari ke dua temanya itu. "maksud kalian apa?" "tanya sama hati lo sendiri, sahabat katanya? Tapi liat Chantika di pepet sama teman sendiri sedikit aja, langsung kebakaran jenggot! kayak kehilangan setengah saham sama orang lain aja!" Lanjut Irfan "Ungkapkan kalau suka apa susahnya, biasanya juga gampang buat Playboy kayak lo mah!" Celetuk Dony seperti biasa asal dan kena dihati riefaldi. "kalian kenapa bisa berasumsi kayak gitu?" tanya penasaran Riefaldi dia melipatkan kedua tangannya di d**a bidangnya sambil menatap tajam temannya, berusaha terlihat biasa namun tak bisa. "hanya pria yang tahu isi hati pria lainnya Bro!" Dony Berganti membalas tatapan riefaldi. "cuman lo Gak peka saja. Merasa nyaman atas apa yang di jalin tapi hati tak bisa di bohongi, kala lo liat dia sama orang lain! Lo selama ini nyaman jadi sahabat, tapi tanpa lo sadari dia udah ada dalam hidup lo, bahkan hati lo selama ini, Apa namanya kalau bukan cinta?" lanjutnya "saran gue aja sih ini mah, gue liat keseriusan dari yoga. Bahkan dia udah gak menjalin hubungan dengan wanita mana pun. Setelah dia mengungkapkan sama lo, soal dia tertarik pada Chantika waktu itu. Jadi gue yakin dia bakal melakukan apa pun untuk mendapatkan hati Chantika jadi sebelum ter--" Ucapan Irfan terhenti oleh riefaldi yang langsung berdiri dari duduknya dan mengucapkan sesuatu yang membuat kedua sahabatnya tersenyum bahagia. "gak akan gue biarkan terjadi! She is mine!" nada serius keluar dari bibir riefaldi. Langkahnya menuntun ke lantai dansa, tepatnya kearah sahabatnya. Mungkin sebentar lagi akan dia dapatkan untuk menjalin hubungan lebih dengannya. Riefaldi menarik pinggang Chantika dengan kuat, sehingga melepaskan pegangan tangan yoga di pinggang wanita itu, Yoga tampak ingin protes tapi gagal karena ucapan riefaldi "Sori Bro, ini sudah malam. karena gue sudah berjanji gak akan pulang malam, kita akan balik" Setelah mengatakan itu riefaldi mengarahkan langkahnya keluar dari pesta, tangannya masih nyaman merangkul pinggang Chantika dengan posesif. Seakan ingin menunjukkan pada semua orang disana, Chantika adalah wanitanya. Selama perjalanan suasana berubah menjadi sangat hening, biasanya selalu ada perbincangan diantara kedua sahabat itu. namun kali ini Chantika lebih memilih diam dan memandang ke mana pun asal tak memandang wajah riefaldi. Setelah 45 menit mobil riefaldi terparkir di halaman rumah keluarga Wijana, Chantika berniat keluar dari dalam mobil. "terima kasih atas ajakan pestanya, kamu hati-hati." Chantika berusaha tersenyum dan berniat membuka pintu mobil. Tapi Riefaldi mencegahnya. "Cha.."panggilnya Chantika memandang tak percaya akan tindakan riefaldi, dia mengira pria itu sudah paham. Bahwa saat ini, dia tak ingin sedikit pun berbincang dengannya atau menahan waktu lebih lama bersama. Bukan karena benci atas tindakan riefaldi yang melewati batas hari ini, Chantika tak ingin semakin Membuat keruh hubungan mereka, bahkan Chantika tak tahu akan masih sama atau tidak setelah kejadian hari ini. "apa lagi al??" "a-aku minta maaf soal tadi" Riefaldi melepaskan cekalannya, menatap Chantika dengan tatapan penyesalan yang lebih tersirat rasa takut kehilangan. "Sudah al, aku malas membahasnya untuk saat ini.. Selamat malam" Chantika berniat untuk kembali membuka pintu mobil dan bergegas pergi. namun sekali lagi, harus terhenti karena ucapan riefaldi selanjutnya. "Aku serius atas apa yang kita bicarakan tadi." Ungkap riefaldi sambil menatap tepat pada manik mata indah Chantika dengan serius. Tak ada jawaban dari Chantika, dia mencerna apa maksud tujuan dari ucapan riefaldi. Dia menunjukkan Tatapan terkejut dan ekspresi muka yang justru membuat jantung riefaldi semakin tak karuan. Pandangan riefaldi malah turun pada bibir ranum manis Chantika, menjadi candunya setelah apa yang mereka lakukan beberapa jam lalu. "s**t! Gue kecanduan bibir manisnya, Gue harus merasakan lagi. Sekarang!" batin seorang pria normal mengambil alih pikiran riefaldi saat ini. Secara tiba-tiba riefaldi menangkup tengkuk Chantika, langsung menarik wanita itu mendekat. Chantika tak dapat menghindar karena terkejut lagi, Bibir dingin terasa di permukaan bibirnya, lumatan lembut dilakukan perlahan oleh riefaldi. dia tahu Chantika tak berpengalaman seperti dirinya, sehingga dia ingin perlahan menikmati walau hati menginginkan lebih dari sekedar lumatan. "eugggh" gumam Chantika disela lumatan riefaldi Chantika yang tersadar bahwa riefaldi melakukannya lagi, dia segera bergerak memukul d**a riefaldi dengan kedua tangannya. Tapi tangan riefaldi langsung mencekalnya dan menggenggamnya kuat. Chantika enggan membuka bibirnya. sehingga Riefaldi sengaja menggigit sedikit bibir bawahnya untuk bisa mengekspos lebih dalam bibirnya. Perlahan hati Chantika mengambil alih kesadarannya dan membuatnya membalas ciumannya. Chantika semakin hanyut di bawah kesadarnya dengan memejamkan mata dan kedua tangan yang awalnya digenggam riefaldi, ia lepaskan dan kini tangannya berpindah memeluk leher riefaldi. riefaldi yang tahu jika ciuman dibalas oleh Chantika walau dengan kaku, justru membuat dia senang bukan main. "Cha. Manis..canduku." ucapannya disela ciuman panas kedua mereka. Riefaldi yang menyadari napas mereka hampir habis, dengan tak rela menyudahi ciumannya. kedua kening mereka menyatu dengan jarak sangat dekat, dengan napas masih terengah-engah, sangat terasa di permukaan wajah mereka. Tangan riefaldi masih menangkup tengkuk Chantika, tangan Chantika yang turun mencengkeram kerah tuxedo-nya. Perlahan kesadaran Chantika kembali dan ia membuka kedua matanya tepat saat itu.. "PLAK" tamparan keras mendarat mulus di sisi kanan pipi riefaldi. Riefaldi terkejut atas apa yang didapatkan, dia mengira Chantika dengan sadar membalas ciumannya, namun tanpa diduga kini menatap penuh kecewa dan yang paling membuatnya sakit. perlahan air mata meleleh di kedua bola mata indah itu. "Cha..aku.. ma--" ucapan riefaldi terhenti ketika Chantika mengangkat sebelah tangannya tepat di hadapan riefaldi "CUKUP al...Cukup!" Chantika bergegas keluar dari mobil tanpa mau mendengarkan penjelasan. riefaldi tak menyerah, dia langsung bergegas keluar. Mengejar sebelum sampai pintu utama rumahnya, dia menarik tangan Chantika sehingga masuk ke dalam pelukannya. "Cha.. Aku mohon dengarkan penjelasanku!" Pelukan riefaldi semakin erat seiring dengan Chantika terus memberontak. Chantika tak menjawab, dia memilih diam. hal ini yang paling ditakutkan riefaldi. Dia sangat tahu sikap Chantika saat ini, yang memilih untuk diam. Berarti menandakan dia sangat kecewa dan marah. "Cha, aku minta maaf. sungguh bicaralah" Dengan sekuat tenaga Chantika mendorong riefaldi hingga berhasil melepaskan pelukan, dia memberikan tatapan tajam dan dingin. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD