GT-5

1710 Words
Sudah dua minggu dari pertemuan singkat Riefaldi dan Chantika saat itu yang berakhir dengan pria itu yang merajuk, mereka belum bertemu lagi. Saat ini ada dua sosok perempuan yang sedang mengobrol di sebuah Cafe, salah satunya sedang sibuk dengan beberapa lembar sketsa diatas meja dan laptop yang tak luput dari pandangannya. Chantika tampak cantik dengan Ruffle Floral Print Dress model atasan sabrina, rambutnya dibiarkan terurai indah dan tampak berbeda dengan polesan make up tipis alaminya. Dihadapnya duduk perempuan yang tak lain sepupunya, Raina Aprilian Wijana yang sedang sibuk dengan ponsel miliknya. "Jadi Ka, kapan berangkat ke Paris? Sungguh aku terkejut dan sangat senang ketika mamah bilang kakak juga akan melanjutkan S2 di paris, yang artinya kita satu negara." Senyum bahagia tak luput dari wajah April, sepupunya. setelah tahu kakak sepupunya akan menemaninya, yang juga sedang kuliah S1-nya di salah satu universitas di Paris juga. Chantika sambil mengalihkan pandangan dari laptop menatap sepupunya yang sedang tersenyum dihadapnya "pertengahan tahun ini aku berangkatnya, kamu nggak keberatan kalau aku jadi tinggal di apartemenmu?" "Yah jelaslah aku gak Keberatan kalau satu apartemen sama kakak, lagian kan lumayan ada yang masak tiap hari, apa lagi masakan kakak selalu enak!" April menaik turunkan alisnya dan tertawa menyampaikan isi kepalanya, bermaksud meledek kakak sepupunya. "Rugi banyak itu mah aku, udah kuliah eh harus mengurusi bayi besar kayak kamu. Lagian kamu ini 'kan perempuan sudah dewasa, masa sampai saat ini takut sama minyak!" Berganti Chantika yang meledek April. April menghentikan senyumnya ketika mendapatkan sindiran kakak sepupunya, Chantika yang melihat April Memajukan bibir tanda merajuk, membuatnya tak mampu menahan tawa. Disaat Chantika masih asyik menertawakan sepupunya, sosok cantik dan Sexy melambaikan tangan ke arahnya. Chantika mengalihkan pandangan ke arah pintu masuk, disana berdiri sosok perempuan dengan rambut coklat sebahu, tubuh rampingnya berbalut Dress diatas lutut berwarna Pink dengan Stiletto hitam. Wajahnya juga cantik dengan hidung mancung dan bibir tipis serta bola mata coklatnya. Chantika yang melihat perempuan yang bernama 'Linta Meylena purba' melambaikan tangan dan tersenyum. Chantika dan Linta bertemu saat mereka menjalin kerja sama, Linta sendiri merupakan senior desainer dengan jam terbang yang lebih tinggi darinya. Linta perempuan yang sangat ramah, tak membedakan orang tersebut junior atau senior dalam dunia kerja. sehingga memudahkan untuk mereka menjadi teman dekat. Selain dikantor mereka juga sering jalan bareng dan makan diluar. Seperti saat ini, mereka Janji jam 7 malam di Cafe ini untuk membahas proyek desain untuk musim lebaran yang akan diluncurkan. "Hei cha maaf yah aku telat, tadi mobilku sedikit ada masalah sehingga aku harus ke bengkel dulu." Sapa Linta begitu sampai di hadapan Chantika. "iya mbak Gak pa-pa, lagian aku Nggak sendiri kok" saut Chantika dengan senyum yang menunjukkan lesung pipinya, Linta langsung duduk di samping Chantika. Linta melirik ke hadapan Chantika ada orang lain di meja ini. "Oh Iya mbak ini sepupuku, kenalkan April." Linta mengulurkan tangannya sambil mengenalkan diri, begitu pula dengan April. Chantika memang menyebut nama Linta dengan tambahan 'mbak' karena perbedaan umur linta yang terpaut tiga tahun darinya. Sebagai orang Indonesia baginya walau hanya terpaut tak jauh, tetap kesopanan selalu diajarkan orang tuanya "kalian udah pesan makan?" tanya linta "sudah, mbak pesan aja. Lagian makanan kita juga belum datang." Linta memesan makanan. Sambil menunggu pesanan mereka datang. Chantika dan Linta memulai pembahasan pekerjaan mereka, sementara April menyibukkan diri dengan telepon genggamnya. Mereka menghabiskan waktu cukup lama, hingga dua jam berlalu akhirnya meeting dadakan Chantika dan linta selesai. April sendiri sudah ijin pulang Lebih dulu setelah makan selesai. "Cha, yakin Nggak mau ikut ke kelab?" tanya linta memecahkan keheningan di dalam mobil. Setelah meeting di Cafe, selesai tepat jam sembilan malam. Kini mobil Chantika sedang melaju menuju tujuan linta, salah satu Kelab malam di Jakarta. linta tidak bawa mobil sehingga, Chantika menawarkan diri untuk mengantarkan linta pulang. Linta mencoba mengajak Chantika untuk ikut ke kelab malam, "ngak ah mbak, aku Gak suka ke tempat begituan. Lagian kalau aku ketahuan sama keluargaku bisa habis aku" Chantika menolak lagi ajakan linta setelah linta mencoba merayu-nya lagi untuk ke sekian kalinya. Linta menghela napas, memang linta bukan perempuan yang hobi ke Kelab malam, hanya sesekali kalau ada acara pesta dari teman-temanya. "aku juga malas ke Kelab kalau bukan karena ada acara ulang tahun temanku, Cha." Chantika hanya menyengir mendengar helaan napas linta, setelah setengah jam mereka sampai di depan Kelab malam tujuan linta, Dia membuka pintu untuk keluar dari mobil Chantika. "terima kasih yah cha, kamu hati-hati dijalan oke" linta mengacak puncak kepala Chantika dengan gemas layaknya seorang kakak pada adiknya. Mobil Chantika mulai melaju meninggalkan tempat tersebut. Setalah menempuh waktu kurang lebih 45 menit Chantika sampai dirumahnya, bergegas membersihkan diri dan memakai baju tidur dengan bahan satin. Baru saja Chantika membaringkan diri di Queen size Bed-nya, lagu Love is You dari ten2five mengalun indah dari atas meja samping tempat tidurnya. Setelah menggeser tombol hijau, muncul wajah sang pengganggu. "assalamualaikum" ucap salam dari sang penelepon yang tak lain Riefaldi. Chantika langsung menjawabnya, ia membaringkan tubuhnya mencari posisi nyaman. "lagi dikamar yah? udah mau tidur jam segini cha? "Tanyanya dengan senyum yang sulit diartikan "Iya, namanya juga udah mengantuk al! mau jam berapa juga kalau udah mengantuk kenapa enggak buat tidur?" nada ketus seperti biasa mengalun dari bibirnya "itu baju tidurnya tipis amat" goda Riefaldi, Chantika langsung tersadar. Dia langsung mengambil posisi duduk dan menyambar selimut yang ada di Bed nya langsung menutupi tubuhnya agar Riefaldi tidak menggodanya lagi. Chantika memasang wajah merajuknya "sial yah kamu, Ngeselin tau Gak!!! Aku matiin ajalah nih video call-nya" sontak setelah berhasil membuat Chantika memasang ekspresi yang selalu dia rindukan Riefaldi tertawa terbahak-bahak. ketika melihat bibir Chantika maju beberapa centi karena berhasil dibuat kesal oleh ulah sahabatnya itu, Riefaldi menetralkan tawanya "jangan dong cha, lagi kamu sengajakan mau godain aku?" alis Riefaldi naik turun sambil terus menyengir menggoda Chantika. "your dream!!! Yaudah bye" niat Chantika ingin memutuskan panggilan dengan sahabatnya itu harus dibatalkan ketika Riefaldi berteriak. "TUNGGU.. yah Cha kok marah sih, iya deh maaf oke, " saut Riefaldi dengan memasang wajah sok lugunya meminta maaf ke sahabatnya itu "Hm" Gumam Chantika "besok kamu ada acara Gak?" tanya to the point Riefaldi tak menanggapi gumaman Chantika "kamu tanyanya ambigu deh al, Gak jelas!" saut Chantika memutar bola mata malas "ambigu sih Cha? Kamu kenapa sih lagi PMS?" Riefaldi kebingungan melihat sikap Chantika saat ini. "yah ambigu lah pertanyaan kamu Gak jelas, kamu tanyanya besok ada acara tapi besoknya kamu gak diperjelas pagi ‘kah siang ‘kah atau malam. kan jadwal aku ga kaya pekerja normal al, jadi tiap waktu berbeda juga kegiatan aku." Jawab panjang lebar Chantika. Sebagai desainer baru yang sedang menjalin kerja sama dengan salah satu Brand baju yang terkenal di Indonesia, namun sistem kerjanya Gak selalu pergi ke kantor, hanya jika ada meeting atau mempresentasikan hasil rancangannya. Urusan sketsa dia bisa mengirim lewat email. Jadi kerjanya, dia habiskan mengerjakan sketsa di mana saja. Asalkan tempatnya mampu membuat mood jadi bagus serta menginspirasi. Karena kontrak kerja samanya saat inilah yang mendukung sekaligus menguntungkan untuk mengambil langkah melanjutkan S2-nya di Paris. Sambil fokus kuliah di sana dia masih tetap bisa bekerja. Riefaldi menghela nafasnya secara kasar "Astagfirullah aku kira mah apa, maksud aku besok malam kamu ada acara gak? Aku di undang salah satu kolega bisnis perusahaan jadi aku minta temani kamu." "Nah begitukan jelas. Heheh" Chantika terkekeh sendiri "aku kosong besok malam" lanjutnya lagi. Dalam layar terlihat wajah semeringah Riefaldi "oke aku jemput besok jam tujuh malam" "ada tema khusus gak pestanya? Tanya lanjut Chantika Riefaldi tersenyum miring ada maksud jahil dari senyumnya kali ini, menaikkan sebelah alisnya "enggak, kamu bebas mau pakai bikini juga, Gak masalah" kali ini Riefaldi menjawab Chantika dengan candanya, Ya begitulah sikap pria tampan satu ini yang suka menggoda sahabatnya dan karena godaannya sering membuat Chantika kesal justru jadi hiburan tersendiri baginya. wajah kesal Chantika menjadi obatnya saat dia lelah, karena beban dari pekerjaan yang mulai semakin kesini semakin terasa. Begitulah risikonya menjadi salah satu penerus dari pengusaha kaya, walau terlihat enak bagi banyak orang yang menilai hanya dari luar tapi tidak bagi yang menjalaninya. Justru memulai usaha itu jauh lebih mudah, dibandingkan dengan harus mempertahankan. Itulah prinsip para penerus perusahaan, bagi Riefaldi sendiri beban tersendiri memikul apa yang sudah dibangun oleh para tertua keluarganya. Chantika memutar bola matanya keatas menandakan dia sangat malas menanggapi godaan dari pria dilayar itu "itu mah maunya kamu aja! Dasar mesum." Chantika Mengubah posisi yang tadi terduduk menjadi berbaring lagi diatas kasur sambil terus tersambung dengan Riefaldi, selimut yang awalnya menutupi tubuh sampai ke atas dadanya, tanpa dia sadari telah merosot dan gaun tidurnya agak memperlihatkan belahan dadanya yang memang tidak terbungkus Bra, karena kebiasaan Chantika, untuk alasan kesehatan jadi terbiasa tidur tanpa menggunakan Bra. Riefaldi susah payah menelan ludahnya, jakunnya naik turun bukan tanpa sebab karena tubuh berisi Chantika yang membuatnya memiliki bagian-bagian tertentu yang lebih berisi dari perempuan ramping lainya. Inilah terkadang tanpa sadar yang harus disyukuri Chantika, karena dia tak perlu repot-repot melakukan tambal sana sini dan mengeluarkan uang banyak untuk biaya operasi. "Cha.. Chantika kamu Sudah mengantuk yah?" Tanya Riefaldi berusaha mengalihkan pandangan dari sesuatu yang tampak menggiurkan dihadapnya. Walau hanya atasnya saja sebagai pria normal dia sudah membayangkan apa yang ada di dalamnya. "Hm" Gumam Chantika yang sudah mulai mau memejamkan mata sambil menggeliatkah tubuhnya sehingga selimutnya makin turun ke bawah. Sementara itu di balik layarnya Riefaldi takut dosa karena mulai membayangkan yang iya-iya tentang sesuatu yang ada pada sahabatnya, dia tak mau kehilangan akal, akan berakibat pada dirinya yang tidak bisa tidur. Akhirnya, dia mengakhiri panggilan videonya secara sepihak. Aebelumnya dia mengucapkan selamat malam pada sahabatnya itu, walau Chantika hanya menanggapi dengan anggukan kepala karena matanya yang tampak sudah mulai sayu. *** Sementara ditempat lain.. Diatas king size bed di sebuah ruangan bernuansa maskulin seseorang pria terlihat gelisah, dia terus bolak-balikan posisi tidurnya, dari miring ke kanan sampai miring lagi ke kiri. Bahkan jam menunjukkan, hari semakin pagi bahkan telah berganti hari. Riefaldi dari beberapa jam lalu sudah mencoba untuk mengistirahatkan tubuhnya. Namun justru makin membuatnya semakin gelisah, semenjak mengakhiri panggilan dengan Chantika, dia mengira akan bisa langsung menyusul sahabatnya itu ke dunia mimpi dan ternyata sulit. "ah sial Chantika kamu harus tanggung jawab!!!" nada Frustasi terdengar dari suaranya. Riefaldi bangkit dari tidurnya dan berlalu masuk ke kamar mandi "sepertinya tak ada cara lain selain mandi air dingin malam ini" sambung dia lagi. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD