GT-4

2541 Words
Setelah kejadian itu Riefaldi sendiri tampak tertutup, dia terlihat jarang bersama seorang perempuan kecuali Chantika. Mereka fokus untuk menyusun skripsi, memang masih semester tujuh namun karena kecerdasan mereka. kedua sahabat itu, sedang di sibukkan dengan mengejar kelulusannya. Mereka juga jarang bertemu karena fokus pada skripsi masing-masing hanya sesekali. Perjuangan mereka berbuah hasil, hanya dalam waktu 3,5 tahun mereka lulus kuliah. Selang dua bulan dari acara wisuda mereka, Riefaldi mulai membantu kedua orang tuanya untuk mengurus perusahaannya, sebelum dia benar-benar di serahkan tanggung jawab sepenuhnya. Jadi kedua orang tuanya memutuskan Riefaldi memulai dari sekarang dengan membantu dan mempelajari secara langsung. Sementara itu, Chantika sedang merencanakan untuk merintis butiknya sendiri dan untuk saat ini, dia sudah menandatangani kerja sama dengan desainer ternama Indonesia untuk merancang beberapa pakaian muslim, karena sebentar lagi memasuki bulan Ramadhan. Sehingga model busana yang akan segera diluncurkan cenderung pada pakaian muslim. “ah.. akhirnya kita ketemu juga setelah dua bulan lamanya” “ada apa sih al, kok tumben banget kamu mengajak ketemuan dadakan seperti ini?” “kenapa sih ketus amat itu suara, lagian udah gitu, itu muka perasaan makin asem aja tuh! dikirain dua bulan tidak ketemu, kamu berubah jadi anggun dan cantik.” ledek Riefaldi dengan menaik turunkan alisnya dan senyum sok menawan. Chantika mencebikkan bibirnya, tampak kesal dengan perkataan sahabatnya itu “tidak usah rese deh al, udah lama enggak ketemu, bukanya berubah jadi manis sama sahabatmu! ini malah makin ngeselin Ya kamu!” Riefaldi tertawa melihat Chantika memajukan bibirnya tanda merajuk, Riefaldi sangat merindukan ekspresi wajah kesal sabatnya ini “Hahah... Sori habisnya kamu kok Judes gitu” Riefaldi Menyengir tanpa bersalah menampakkan gigi putih rapinya “Ya sudah cepat pesan makanan, aku tidak bisa lama ketemu kamu. Aku Udah ada janji sama desainer, Brand baju ternama yang kerja sama denganku, lagian nih yah aku mau persiapkan segala berkas untuk beasiswa S2 di universitas paris impianku itu” Chantika memberikan senyum manisnya lebih lebar dari biasanya. Terlihat keterkejutan dari wajah Riefaldi, dia memandang Chantika penuh selidik. “kamu mau lanjuti S2 di paris? Ko baru kasih tahu aku?" “kamu lupa al? ini mimpiku sejak dulu. lagian aku baru mau kasih tahu kamu, tadinya malah kalau Sudah mau jalan. tapi berhubung ketemu kamu sekarang, ya sudah aku kasih tahu sekarang aja!” tanpa Chantika sadari raut wajah Riefaldi mengeras tanda marah atas apa yang baru dia dengar. “katanya sahabat tapi begitu, terserah kamu saja lah hidup-hidup kamu!” Entah mengapa Riefaldi tampak kesel dan marah. Dia bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Chantika. Jelas hal itu membuat wanita itu terkejut luar biasa oleh perubahan sahabatnya itu. Chantika yang baru sadar setelah beberapa detik dari keterkejutannya, langsung bangkit dari duduknya dan mengejar sahabatnya itu. “Al apaan sih kamu ngambek segala! Katanya mau makan siang sama aku, tapi ko pergi gitu aja?” Chantika berusaha mengejar sahabatnya yang ada dua langkah didepanya, dia mempercepat langkahnya dan menarik tangan sahabatnya itu hingga keduanya berhenti. “siapa yang mengambek, aku udah Nggak nafsu buat makan! Udah kenyang mendadak, lagian kamu sibuk 'kan? Aku juga sibuk mau balik kantor” Riefaldi melepaskan cekalan tangan Chantika ditangannya pergi berlalu begitu saja, meninggalkan Chantika lagi. Wanita itu hanya memandangi  punggung kokoh itu dengan pandangan bingung atas sikap sahabatnya, dia berbalik ke lobi depan mal untuk memanggil taksi dan pergi ke tempat selanjutnya, untuk bertemu dengan desainer yang bekerja sama dengannya. Karena tidak fokus berjalan, dia menabrak sesuatu yang keras tapi bukan tembok melainkan d**a tegap seseorang yang pasti milik pria. melirikkan matanya, Chantika melihat pria yang cukup dikenal. tak lain teman dari Riefaldi yang pernah dia kenalkan, sudah beberapa kali mereka bertemu. “maaf... Ya ampun Yoga, Sori aku tadi melamun jadi sedikit tidak fokus” Chantika merasa tak enak hati. “Eh Chantika, tidak masalah tenang saja aku juga salah tidak lihat-lihat juga. Apa ada yang sakit?” tanya yoga khawatir “Alhamdulillah tidak ada, maaf Ya sekali lagi. Ya sudah aku duluan yah lagi buru-buru” pamit Chantika “tunggu Cha” yoga mencekal pergelangan tangan Chantika. “yah ada apa, yoga?” tanya Chantika dengan memandang tangan yang dicekal yoga, tampak tak Nyaman di perlihatkan Chantika. Bukan tanpa alasan, memang untuk kontak fisik dengan lawan jenis. Selain dengan Riefaldi, dia tidak nyaman walau menurut banyak orang, ini masih terbilang kontak fisik yang wajar. “oh sori” yoga melepaskan cekalannya. “kamu sendirian?” “Iya” jawab singkat Chantika “tumben tidak sama Riefaldi? Kamu mau kemana buru-buru? Biar aku antar.” “tadi sih iya sama al, tapi sekarang dia udah balik duluan, katanya mau balik ke kantornya” jawab Chantika namun tidak mengiyakan pertanyaan dan ajakan selanjutnya dari yoga Yoga Ber’oh panjang lalu melanjutkan kalimatnya "Ya sudah, kamu sekarang mau ke mana? Biar aku antar” kekeh yoga yang tampak tak patah menyerah, mengutarakan niat baiknya untuk mengantar Chantika. “ada kerjaan, terima kasih sebelumnya. aku sudah ditunggu taksi di depan.” Jawab Chantika berbohong “Baiklah tapi lain kali jangan tolak Ya” yoga hanya mampu menyengir atas penolakan Chantika, yang dia dapatkan bukan hanya kali ini. Chantika selalu menolak niat baiknya, Yoga bahkan berusaha memberi kode, akan ketertarikannya pada sahabat dari temanya ini. Tiap kali berusaha mendekati, Chantika pasti punya seribu alasan untuk menolaknya. Demgan menunjukkan senyum manis yang melihatkan kedua lesung di pipi bulatnya, Chantika pamit "Ya sudah, aku duluan yah Yoga" Yoga melambaikan sebelah tangan, memandang lirih wanita yang beberapa tahun belakangan ini menarik hatinya. Yoga sendiri bukan pria baik-baik, dia pria yang dengan mudahnya berganti kekasih, dia juga termaksud pria yang menjalani hidup bebas. Perempuan cantik dan Sexy sudah banyak dia kencani, dengan tampang yang sangat tampan, setara dengan Riefaldi. memudahkan dia menarik perhatian setiap perempuan yang melihatnya, Entah mengapa, ada sesuatu pada diri Chantika yang selama ini tak dia lihat pada jajaran perempuan yang sudah dia jelajahi. Baginya Chantika perempuan sederhana, sangat cocok menjadi pendamping hidup bagi pria mana pun, sederhana dan tampak sempurna begitulah Chantika baginya. *** Special Riefaldi Kesal , kecewa itu yang dia rasa saat ini. Bagaimana tidak Chantika tidak pernah bercerita akan melanjutkan S2 di paris secepat ini. Aku bukan tidak tahu atas cita-citanya dan bakat selama ini miliknya. Bahkan sekolah di paris adalah tujuan hidupnya. S1-nya memang dia tidak diizinkan orang tuanya untuk di negara tersebut, bukan tanpa alasan orang tuanya saat itu merasa Chantika masih labil. Takut jika ikut pergaulan bebas di negara tersebut, maka dari itu, orang tua Chantika yang terkenal cukup tegas itu bersikeras melarang anaknya untuk sekolah di luar negeri. namun mengizinkan jika mau S2 di luar negeri. Aku bahkan jauh lebih yakin bahkan jika S1-nya pun Chantika di luar negeri, dia tetap akan bisa jaga diri. karena aku percaya Chantika, wanita yang beda dari perempuan yang bebas. Dia tidak tertarik dengan dunia bebas dan dia punya prinsip yang kuat. Aku bingung dengan perasaanku selama ini, aku sangat nyaman bahkan lebih dari itu saat dia ada disamping-Ku, entah bagaimana nanti jika kami harus berjauhan. Ketika aku sedang melamunkan Chantika pintu ruangan kerjaku diketuk, ada yang meminta ijin. “masuk” ijinku “Hei Bro Sori, ganggu lagi sibuk Gak?” ternyata tamu itu adalah shabat-shabatku lainya yaitu yoga Pramudya, Dony sandi Agastya dan Irfan Ardyaksa. Aku mendengus melihat mereka “Ya elah pakai basa-basi segala biasanya juga main masuk aja” ucapku pada ketiga trio m***m di hadapanku ini. Mereka langsung duduk di sofa yang ada di ruanganku ini. Aku pun menghampiri mereka duduk di sofa single menghadap mereka, tak lupa aku telepon sekretarisku untuk membawakan kopi dan camilan untuk mereka. “gini sob kita mengantar yoga nih katanya ada yang mau di bicarakan sama lu” saut Irfan dan Dony mengangguki “pasti sangat penting sampai kalian rela antar dia kesini” jawabku dengan menunjuk tepat ke muka yoga. “jadi ada apa Nggak? Langsung aja Nggak usah bertele-tele!” hardikku pada yoga karena rasa penasaran yang sudah naik ke ubun-ubun. “ini soal Chantika” yoga tampak serius saat menyebutkan Chantika, yoga menatap tepat ke wajah Riefaldi mencari tahu bagaimana reaksi sahabatnya ini. Sementara itu Irfan dan Dony hanya menyimak obrolan yang baru dimulai ini. “Chantika???” reaksi Riefaldi sangat terkejut saat yoga membawa nama sahabatnya itu, bahkan Riefaldi yang sebelumnya duduk santai dengan menumpukan kaki kirinya ke kaki sebelahnya langsung menurunkan kaki dengan tatapan tajam dan terkejut menatap balik yoga. “Sabar kali Al, Dengar Yoga dulu kenapa! jangan dipotong!” tanggap Irfan “Iya lebay banget tuh muka, kaya dengar kabar pacar lu jalan Sama cowok lain aja!” ledek Dony menambahkannya dengan terkekeh menahan geli melihat ekspresi Riefaldi Riefaldi menyenderkan kembali tubuhnya ke sofa mencoba untuk sesantai sebelumnya. “oke silakan lanjuti ,Gue janji Nggak akan potong” “gue tertarik, bukan tapi udah suka Chantika sejak pertama kali lu kenali ke kita waktu itu.” Pernyataan yoga kali ini justru membuat hati Riefaldi sesak tetapi Riefaldi mencoba untuk tidak menunjukkan rasa terkejutnya lagi, dia hanya menaikkan sebelah alisnya. Yoga pun melanjutkan pernyataan tujuannya ke Riefaldi. “gue udah lama berusaha mendekati dia, bahkan gue sering chat dia namun tanggapan sahabat lu itu dingin sama gue. Tapi gue makin penasaran, jadi Gue mau minta bantuan lu buat deketin gue sama dia.” Lanjut yoga. Riefaldi tidak langsung menjawab dia hanya diam mencerna apa yang disampaikan yoga, sementara ke dua temannya yang lain Dony dan Iran saling pandang menyadari ekspresi tidak suka Riefaldi terhadap apa yang diakui yoga lewat  pernyataannya. Bukan tanpa sebab Irfan dan Dony menyadari perubahan ekspresi Riefaldi pada dasarnya mereka berdua dari dulu menaruh rasa curiga bahwa ada sesuatu pada diri Riefaldi tentang Chantika yang menjurus ke arah perasaan lebih dari sekedar persahabatan namun mereka tidak saling menyadari. “Bagaimana menurut lu, Al?” tanya Yoga lagi yang tak sabar menunggu Riefaldi mengeluarkan pendapat. Suasana di ruangan itu tampak berubah jadi panas bagi ke empat sahabat tersebut, sebelum sempat Riefaldi menjawab sekretarisnya yang bernama alin datang membawa pesanan bosnya. “Hai alin tambah cantik aja” goda jahil Irfan “Pak Irfan bisa saja.” Jawab alin dengan senyum tulus, alin hanya menanggapi santai godaan dari sahabat bosnya itu karena memang pasalnya sudah terbiasa dengan sikap jahil mereka. “ ada lagi pak?” lanjut alin bertanya pada bosnya setelah meletakan empat gelas kopi beserta camilan yang dipesan bosnya itu. “tidak cukup lin, terima kasih dan kamu bisa kembali bekerja” jawab Riefaldi Setelah alin undur keluar ruangan suasana menjadi tegang kembali “gue Nggak bisa bantu” jawaban Riefaldi sontak bergantian membuat yoga terkejut namun tidak dengan dua temannya yang lain yang tampak sudah menebak tanggapan apa yang akan diberikan Riefaldi “kenapa? Lu suka juga sama Chantika atau... ah Gue tahu kalian bukan sahabat atau udah pa..” hardik Dony mewakili keterkejutan yoga, namun ucapannya langsung dibantah oleh Riefaldi yang mengerti arah pertanyaan dari sahabatnya satu ini yang suka ceplas-ceplos kalau bicara. “bukan gitu, kalian tau hubungan Gue sepeti apa sama Chantika. Jangan NGARANG!” alibi Riefaldi dengan menekan kata akhir dikalimatnya dengan sedikit suara yang naik satu oktaf. “lalu?” kali ini Irfan yang menanggapi, sementara itu yoga masih dengan wajah menunggu alasan Riefaldi yang menolak untuk membantunya. “banyak alasan kenapa Gue Nggak bisa bantu lu yoga untuk kali ini, bukan seperti apa yang kalian pikirkan. Tapi Gue punya alasan lain." Riefaldi kali ini menurunkan lagi suara dalam mode biasa namun tatapan terlihat menerawang jauh memikirkan Chantika, dia menutupi perasaan yang memberontak tak suka atas pernyataan dan tujuan Yoga. “Ya udah kasih alasannya sama Gue biar Nggak ada salah paham diantara kita” langsung yoga yang menanggapi Riefaldi. Suasana ruangan ber-Ac itu justru tampak semakin panas, ketiga pria menunggu alasan apa yang akan diberikan Riefaldi dengan sedikit ke tidak sabaran karena rasa sangat penasaran. Sedangkan si pelaku pembuat penasaran masih menatap mereka bergantian dengan ekspresi menerawang jauh. Sebelum memulai Riefaldi menarik napas cukup dalam, menghembuskan secara kasar. “Gue dekat sama dia bukan hanya setahun dua tahun tapi belasan tahun, kita bersahabat sangat dekat dan kalian tahu itu. Apa yang terjadi sama Chantika selama ini Gue tahu, apa prinsipnya, bagaimana sikap dan sifatnya, Gue tahu semuanya tanpa kecuali” Riefaldi tersenyum membayangkan wajah Chantika dan setiap momen bersamanya selama ini. Senyumnya tak luput dari perhatian ke tiga pria dihadapnya itu. “Chantika selama ini membangun tembok besar untuk prinsip dalam hidupnya, dia bahkan belum pernah menjalin hubungan dalam level pacaran dengan pria mana pun. Hubungan dengan pria selama ini yang Gue tahu paling jauh ya sama Gue” lanjut Riefaldi dengan senyum makin mengembang “kenapa bisa gitu?" Tanya Irfan langsung, setelah Riefaldi berhenti sejenak sebelum melanjut-kan omongannya. Sementara itu Yoga dan Dony mengangguki, tanda persetujuan atas pertanyaan yang diwakili oleh Irfan. “bukan karena minder atas tubuhnya yang montok itu 'kan?” celetukan kali ini dari Dony, langsung mendapati tatapan tajam dari Riefaldi dan yoga bersamaan. Dony yang ditatap begitu langsung dibuat merinding bukan main. “bukan jelas bukan!! Chantika justru perempuan yang memiliki cukup percaya diri, kalian tahu dia terlahir di keluarga yang cukup memiliki etika yang baik, keluarga baik-baik namun berbeda dari keluarga kaya lainya. Yang modern dalam membebaskan anak-anaknya tapi tidak dengan keluarga Wijana. Bukan berarti keluarganya kolot, menganut istilah ketinggalan jaman. keluarganya modern kok, lagi pula Chantika anak perempuan satu-satunya dengan dua kakak laki-laki yang menjaganya 24 jam asal kalian tahu.” Jawab Riefaldi sambil mengangkat cangkir kopi lalu menyesapnya, tampak dia kehausan setelah bicara panjang lebar. “cuman itu alasan lu gak mau bantu gue? Kalau gitu gue bisa berusaha buat Dekat keluarganya.” Yoga menanggapi pernyataan sahabatnya. “yakin lo? Dengan kelakuan lu selama ini bisa diterima sama keluarganya?” Tanggapan Riefaldi kali ini dengan senyum mengejeknya. “kenapa Enggak? Gue akan berubah buat Chantika! Lagi kelakuan gue sama lu kan sama, kalau lu aja bisa diterima jadi sahabatnya Chantika berarti gue juga ada kesempatan itu dong” balas Yoga kali ini, menaikkan satu alisnya dan terkekeh bergantian meledek Riefaldi “mampus lu Al, alasan lu Nggak mempan!” Dony meledek Riefaldi yang menunjukkan wajah kesal Riefaldi tidak menanggapi sahabatnya itu tapi melanjutkan alasannya “Ckck percaya diri silakan saja. Lagian gue belum selesai bicara jangan dipotong dulu makanya” Ketiga temanya hanya menganggukkan kepala tanda setuju untuk Riefaldi lanjut bicara. “Chantika punya prinsip dan cita-cita yang tinggi, sehingga baginya tidak ada waktu untuk pacaran kaya kita-kita... bukan hanya satu dua pria yang pernah mendekatinya, tapi dia tolak dengan alasan prinsip ‘punya pacar hanya buang-buang waktu dan akan menghambat waktu Gue mengejar cita cita setinggi angkasa’. Bahkan sebentar lagi dia lanjut S2 di paris melanjutkan sekolah desainernya , dapat beasiswa. Hebatkan dia” kali ini Riefaldi tersenyum lagi dengan rasa bangga terhadap sahabat cantiknya itu, melupakan rasa kecewa yang sebelumnya pada Chantika. “dia memang hebat, langka. perempuan kayak dia makanya Gue suka dan cuman pria bodoh yang tidak tertarik padanya” Yoga kembali menanggapi dengan senyum manisnya juga, ucapan sedikit menyindir Riefaldi yang memang bodoh. Baginya jelas ada perempuan seperti itu dihadapnya malah sibuk mencari perempuan lain di luaran sana. dari tanggapan yoga tampak banyak membuat tamparan keras tak kasat mata pada hati Riefaldi yang langsung mendadak pucat dan menunjukkan ekspresi tak biasa di wajahnya. Irfan dan Dony saling pandang lagi melihat perubahan kilat di wajah Riefaldi. Bersambung...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD