Tiba sudah hari pernikahan Hany dan Reyhan. Keduanya saling diam tanpa banyak kata. Sesekali Hany melirik pada Reyhan. Namun, Reyhan tetap acuh. "Ada apa sama, Reyhan? Kenapa berubah jadi dingin begitu?" pikirnya dalam hati. Terkadang Rey akan tersenyum, itupun jika menyambut tamu yang memberi selamat. Pernikahan mereka berlangsung sederhana, karena keduanya tidak ingin ada pesta meriah. Tapi, tetap saja banyak tamu yang datang. Begitupun dengan Tama, dia hadir bersama Dewi. Menatap kesal Hany yang tengah berdiri di samping bosnya. "Inget ya, Mas! Aku nggak akan pernah mau cerai sama kamu! Sekalipun nantinya, pernikahan ini hanya setingan!" bisik Dewi di telinga Tama. "Kalau begitu, aku akan terus memaksa kamu, sampai kamu menandatangani surat cerai itu!" balas Tama. "Dan aku, akan t