Cinta Masa Lalu

1468 Words
Axel memboyong Samara kembali kerumahnya sebagai seorang istri. Nayla terlihat tidak suka saat melihat kedatangannya. Dia takut Erick akan kepincut dengan wanita itu. Apalagi papa mertuanya yang selama ini sering digodanya malah menikahi Samara bekas menantunya sendiri. Dunia benar-benar sudah gila. "Pa kenapa papa membawanya kerumah ini?! " tanya Nayla sambil menatap tajam pada Samara. "Kenapa? Samara adalah istriku. Dia berhak untuk tinggal di sini. Kalau kamu keberatan silahkan angkat kaki dari sini" jawab Axel membuat Nayla makin naik darah sampai urat-urat wajahnya keluar. "Aku mau pindah mas!! aku tidak sudi serumah dengan wanita ini!! " desak Nayla pada suaminya. "Nayla kita mau pindah kemana? kita akan tetap tinggal disini" ucap Erick tidak setuju dengan rencana istrinya. "Aku akan minta pada orang tuaku untuk membelikan kita rumah!! aku tidak sudi satu atap dengan wanita ini!! " Nayla langsung menelpon kedua orang tuanya untuk meminta dibelikan rumah. Erick sudah pusing menghadapi istrinya yang keras kepala dan suka seenaknya. "Halo pa, tolong aku pa aku mau punya rumah sendiri. Papa bisa kan belikan aku rumah hari ini juga" ucap Nayla saat papanya mengangkat teleponnya. "Rumah? kamu tidak salah minta rumah pada papa? papa sudah sangat kecewa sama kamu Nayla. Kamu merebut suami sepupu kamu sendiri. Sekarang kamu urus dirimu sendiri jangan telepon papa lagi" Bara langsung mematikan teleponnya secara sepihak karena tak ingin mendengar suara anaknya lagi. "Papa!! papa!! halo pa!! " Nayla mencoba menelpon papanya lagi tapi teleponnya malah tidak aktif. Matanya berkaca-kaca karena semua keluarganya mengucilkan dirinya dan semua ini gara-gara Samara. "Ini semua gara-gara kamu Samara!! papa dan mamaku membenciku karena kamu!! " Nayla ingin menyerang Samara tapi tangannya malah ditahan oleh Axel. "Hentikan Nayla!! jangan kekanak-kanakan!! kamu hanya numpang dirumah ini jadi ikuti aturanku karena ini adalah rumahku!! kamu bisa kembali kerumah orang tuamu kalau tidak tahan tinggal di sini!! ayo Samara" Axel mengajak Samara menjauh dari Nayla sebelum wanita gila itu kembali menyerang istrinya. "Ahkkk!!! " teriak Nayla sambil menghancurkan sebuah vas bunga yang tak jauh darinya. "Hentikan Nayla!! kamu sudah membuat aku malu! lebih baik aku pergi saja!! " Erick yang sudah tahan dengan perilaku istrinya langsung pergi meninggalkannya. Nayla menangis karena semua orang meninggalkannya. Tidak ada yang benar-benar mencintainya termasuk suaminya sendiri. Sedangkan di dalam kamar Axel memijat kepalanya pening karena mendengar keributan yang baru saja terjadi. Selama ini hidupnya aman dan tenang saja. Tapi sejak ada Nayla menantunya itu dia jadi pusing tujuh keliling. "Samara aku mohon jaga perasaan Nayla. Dia sedang hamil cucuku. Aku tidak ingin cucuku kenapa-napa. Akhir-akhir ini dia sedang stres dan depresi. Aku ingin kamu melupakan dulu dendammu itu demi cucuku" ucap Axel meminta pengertian istrinya. Samara merasa marah dan cemburu karena Axel lebih memikirkan perasaan Nayla daripada perasaannya. Nayla masih beruntung karena masih bisa hamil. Sedangkan dia belum tentu bisa hamil lagi dan calon bayinya mati gara-gara Nayla dan Erick. "Apa papa pernah memikirkan perasaanku? kenapa hanya perasaan Nayla saja yang papa pikirkan? " tanya Samara sambil menahan tangisnya. "Kamu salah paham Samara. Aku juga memikirkan perasaanmu" jawab Axel sambil memegang kedua bahunya namun Samara enggan mendengarnya. "Aku kehilangan anakku dan susah untuk punya anak lagi. Apa papa memikirkan itu? tinggalkan aku sendiri" "Samara.. " "TINGGALKAN AKU SENDIRI!! " teriak Samara sampai Axel tidak bisa berkata apapun lagi. Dia langsung keluar dari kamar meninggalkan Samara seorang diri. *** "Mas ayo kita pindah ke rumahku saja" ajak Nayla tak patah semangat. "Apa pindah kerumahmu? apa kamu mau tidak lihat reaksi keluargamu tempo hari? kalau kamu mau pindah silahkan saja sendiri aku masih ingin tetap tinggal disini" tolak Erick mentah-mentah. "Kenapa? apa kamu mulai tertarik dengan Samara?! " tuduh Nayla. "Kamu bicara apa hah?! pusing kepalaku ini bertengkar terus denganmu setiap hari Nayla!! menyesal aku menikahi wanita seperti kamu. Samara bahkan jauh lebih baik daripada kamu!! dia pintar dalam segala hal bukan hanya cuma ngangkang di kasur doang!! " sindir Erick lalu kembali pergi meninggalkannya. Nayla menangis sendirian di kamarnya. Dia mencoba menelpon mamanya tapi teleponnya tidak diangkat. Kenapa semua orang pergi. Pada siapa dia harus berkeluh kesah. Tok tok tok "Nayla apa kamu ada di dalam? " tanya Axel dari luar kamarnya. Nayla langsung menghapus air matanya dan membuka pintunya. "Papa ada apa? " tanya Nayla dengan mata yang sembab. "Kamu menangis? papa tidak sengaja mendengar keributan yang terjadi. Apa Erick berbuat kasar padamu? " tanya Axel lagi. "Tidak pa. Hanya ada kesalahpahaman saja" jawab Nayla sambil menunduk sedih. "Ini papa berikan rujak. Kamu bilang kamu ngidam rujak kan. Jaga kesehatan dan jangan banyak pikiran. " Axel memberikan sebuah kantung yang berisi rujak yang Nayla inginkan. Erick saja tidak seperhatian ini padanya. Mata Nayla berkaca-kaca sambil menerima rujak itu. "Terima kasih ya pa" ucap Nayla tersentuh dengan kebaikan papa mertuanya. Andai saja waktu bisa diputar mungkin dia lebih memilih Axel dibandingkan Erick. Diam-diam Samara melihatnya. Dia tidak suka Axel menaruh perhatian pada Nayla. Sama seperti yang dilakukan oleh mantan suaminya. "Papa apa papa tidak membelikan sesuatu untukku? " tanya Samara saat suaminya itu masuk ke dalam kamar. "Tidak.Apa ada yang kamu butuhkan? " tanya Axel. Samara hanya menggeleng dia kemudian meraih tas nya dan ingin keluar dari rumah. "Kamu mau kemana? " tanya Axel sambil menahan tangannya. "Aku ingin membeli sesuatu untuk diriku sendiri. Percuma punya suami tapi malah perhatian dengan menantunya saja tapi tidak dengan istrinya" sindir Samara lalu melenggang pergi dari hadapan Axel. "Samara jangan pergi aku minta maaf" ucap Axel merasa bersalah sambil menyusul istrinya. Bukan maksudnya untuk berlaku demikian. Dia hanya kasihan dengan Nayla karena selalu diabaikan oleh Erick padahal menantunya itu sedang hamil. Samara langsung masuk ke dalam mobilnya. Axel juga ikut masuk dan duduk di sampingnya. "Kenapa papa masuk? keluar pa aku ingin pergi sendiri" usir Samara. "Kamu tidak akan kemana-mana tanpa papa. Apa yang kamu inginkan. Papa akan membelikan apapun yang kamu ya. Jangan pergi dalam keadaan marah" "Aku mau papa cuma perhatian sama aku!! papa gak boleh terlalu dekat sama Nayla!! " seru Samara sambil menahan air matanya. "Kamu cemburu? " tanya Axel tersenyum saat mendengar perkataannya. Kenapa dia tidak sadar kalau Samara sedang cemburu. Hatinya berbunga-bunga melihat kecemburuan istrinya. "Kenapa papa tersenyum? aku sedang marah loh" Samara kesal sekali dan ingin turun dari mobilnya tapi Axel langsung menarik tangannya dan mencium bibirnya. Samara sangat terkejut saat Axel menciumnya. Awalnya dia hanya diam saja kemudian dia memejamkan matanya dan ikut membalas ciumannya. Cukup lama mereka berpagutan. Samara memukul d**a suaminya karena hampir kehilangan banyak oksigen. Axel mengerti dan melepaskan pagutan mereka. "Aku hanya mencintai kamu Samara. Selama ini aku memendam perasaan padamu jauh sebelum kamu menikah dengan anakku" ucap Axel sambil mengenang masa lalunya. Dimana dia bertemu dengan Samara untuk pertama kalinya. Flashback On Axel mengalami kecelakaan mobil sampai mobilnya hancur tak berbentuk. Dia tidak bisa keluar dari mobilnya karena terjepit oleh mobilnya sendiri. Kepala dan wajahnya bersimbah darah diakibatkan hantaman yang sangat kuat di kepalanya. "Tolong aku... tolong..." ucapnya lirih namun tidak ada pertolongan sama sekali. Sampai akhirnya ada seorang gadis yang mengenakan baju SMA datang untuk menolongnya. "Astaghfirullah!! ayo om aku bantu om untuk keluar!! " Samara yang masih remaja langsung menarik tubuh Axel dengan sekuat tenaga keluar dari mobil itu. Setelah berhasil Samara dibantu oleh orang-orang yang baru datang untuk menarik tubuh Axel menjauh dari mobilnya. BUMMM Mobil itu langsung meledak hingga terbakar habis. Kalau saja Samara tidak menolongnya mungkin dia sudah mati. Axel tidak mengingat apapun lagi karena dia langsung pingsan setelah mobilnya meledak. Setelah sadar Axel mencari gadis yang sudah menolong dan menyelamatkan nyawanya. Ternyata gadis itu adalah Samara. Axel ingin berterima kasih pada gadis itu tapi sayang dia kehilangan jejaknya karena Samara menghilang entah kemana. Bertahun-tahun sudah sampai akhirnya anaknya membawa seorang wanita yang selama ini dia cari. "Papa perkenalkan ini Samara calon istriku" ucap Erick memperkenalkan Samara padanya. Hatinya langsung hancur karena diam-diam dia menyimpan rasa pada wanita itu. Flashback Off "Jadi pria yang aku tolong saat kecelakaan waktu itu adalah papa? kenapa papa tidak pernah bilang? " tanya Samara. "Tidak ada gunanya juga papa membicarakannya. Rasanya sakit saat membiarkan kamu menikah dengan anak tiriku sendiri" jawab Axel sambil merengkuh Samara ke dalam pelukannya. "Tapi sekarang papa sudah memilikimu. Jangan pernah berpikir jika papa pilih kasih atau tidak sayang padamu. Kamu sudah memenuhi seluruh hatiku Samara. Papa sangat mencintaimu lebih dari yang kau tau" ungkap Axel. Samara membalas pelukan suaminya sambil menitikkan air matanya. Apakah dia bisa mempercayai seseorang setelah dikhianati oleh mantan suami dan sepupunya sendiri. "Apakah aku bisa percaya padamu pa? " tanya Samara sambil menatap wajah suaminya. "Tentu saja sayang kamu bisa bersandar dan berkeluh kesah padaku" jawab Axel tanpa keraguan di matanya. Samara tersenyum saat mendengar jawabannya. Mungkin satu kali ini saja dia mencoba untuk mempercayai seseorang. Samara mencium bibir Axel tanpa diminta. Diam-diam Nayla memperhatikan mereka yang sedang berciuman dari atas balkon. "Tidak... papa Axel hanya milikku!! Samara tidak boleh mendapatkannya!! " batinnya marah sambil terus menatap keduanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD