Salah Paham

1037 Words
Tubuh Nayla bertambah hari bertambah gemuk dan tidak menggairahkan lagi di mata Erick. Sebaliknya Samara wanita yang dulu sia-siakan malah bertambah cantik dan seksi dengan setelan rambut pendeknya. Samara terlihat sangat kesusahan saat ingin mengambil gelas di atas rak piring. Erick langsung mengambilkan gelasnya hingga tubuh mereka saling menempel. "Ini gelasnya" ucap Erick sambil menyerahkan gelas yang dipegangnya pada Samara. "Terima kasih" ucap Samara tanpa mau menatap matanya. "Kamu tambah cantik saja Samara. Apa kamu masih mencintai aku? " tanya Erick sambil meremas b****g bulat Samara dari belakang. "Jangan kurang ajar Erick. Ingat batasanmu. Aku ini mamamu sekarang" peringat Samara sambil menjauh darinya. Tapi Erick malah menarik tangannya dan mencium bibirnya dengan paksa. "Mmpphh mmmphh mpphhh" Samara terus memberontak sampai akhirnya Nayla memergoki mereka berciuman. Dia langsung menjambak rambut Samara dan menampar pipinya dengan keras PLAKKK "Dasar wanita jalang!! beraninya kamu menggoda suamiku!! " seru Nayla. Samara memegang pipinya yang sakit akibat tamparan yang diberikan oleh Nayla. Lucu sekali jika dipikir-pikir. Siapa yang merebut siapa. Apa tidak terbalik tuduhannya itu. "Harusnya kamu bertanya pada suamimu ini Nayla. Dia yang berusaha menggodaku dan mencium bibirku dengan paksa. Kamu harus menjaganya dengan baik dan sebaiknya kamu urus tubuhmu yang gendut itu" sindir Samara lalu pergi meninggalkan mereka. "Apa katamu?! " Nayla ingin mengejar Samara tapi Erick mencegahnya. "Jangan berbuat bodoh Nayla!! apa kamu mau kita diusir dari rumah ini?! menyakiti Samara sama saja kita cari gara-gara dengan papa! " "Kenapa kamu menciumnya?! aku ini istrimu Erick kenapa kamu tidak pernah menghargai aku hah?! dasar pria b******k kamu!! " "Terserah kamu saja aku tidak peduli!! " lagi-lagi Erick meninggalkannya seorang diri di rumah. Nayla tidak terima kalau hanya dia yang menderita. Samara harus merasakan apa yang dia rasakan saat ini. Tiba-tiba saja dia terpikirkan suatu ide untuk membuat hubungan Samara dan papa mertuanya merenggang. *** Walaupun sudah mengungkapkan perasaannya sampai saat ini Axel masih malu saat berdekatan dengan Samara. Dia memiliki hasrat namun dia tidak akan melakukannya jika Samara tidak memintanya. Samara sadar kemana arah mata suaminya itu melihat. Mereka dulunya adalah mertua dan menantu jadi saat mereka sudah menjadi suami istri timbul rasa canggung dalam hubungan meraka. Apalagi tempo hari mereka sempat berciuman setelah Axel mengungkapkan perasaannya kepadanya. Tapi Samara belum bisa membalaskan perasaannya. "Pa apa papa sedang ingin?" tanya Samara blak-blakan. "Apa maksud kamu?ingin apanya? " tanya Axel kebingungan. "Dari tadi papa terus menatapku. Apa papa mau bercinta denganku? " tanya Samara memperjelas ucapannya. Wajah Axel bersemu merah mendengar pertanyaan frontal istrinya. "Papa akan menyentuhmu jika kamu juga mencintai papa." jawab Axel tak ingin memanfaatkan Samara demi kepentingan nafsunya semata. Samara terdiam memikirkan perkataan suaminya. Ada perasaan menyesal karena dia sudah memanfaatkan Axel demi balas dendamnya. "Maafkan aku pa. Tapi aku janji akan berusaha mencintai papa" janji Samara. Axel hanya tersenyum mendengar jawabannya. Dia menuntun Samara untuk duduk di pangkuannya. "Papa tidak sabar menunggu hari dimana kamu membalas perasaan papa. Tapi sebagai gantinya papanya akan mencuri beberapa ciuman darimu seperti ini" Axel mencium bibirnya dengan lembut tanpa sarat akan nafsu sedikitpun. Samara membalas ciumannya sambil mengalungkan tangannya di leher pria itu. Axel menyudahi ciumannya karena dia tidak ingin menyentuh Samara lebih dari ini. Tok tok tok Terdengar suara ketukan pintu di kamar mereka. Axel bangkit dari duduknya dan membuka pintu kamarnya. Ternyata yang mengetuknya adalah Nayla. "Papa tolong aku kepalaku pusing. Sejak pagi aku mual-mual pa" ucap Nayla dengan wajah memucat. "Kamu kenapa Nayla? kamu sakit? " tanya Axel khawatir sambil memegang kening menantunya itu yang sedikit hangat. "Iya pa mas Erick selalu meninggalkan aku. Orang tuaku juga tidak mau mengangkat telepon dariku. Aku tidak tau harus minta tolong pada siapa lagi" ucap Nayla sambil menangis. Axel merasa prihatin dan kasihan dengannya. Dia tidak bisa mengabaikan Nayla begitu saja dan bisa berakibat buruk pada janin yang ada di dalam kandungannya. "Ayo kita ke dokter. Papa akan mengantarkanmu" ajak Axel. "Iya pa" ucap Nayla lalu dengan sengaja terhuyung hingga menabrak d**a Axel. "Maaf pa kepalaku sakit" Nayla memegang kepalanya seolah-olah dia sakit kepala padahal dia hanya berpura-pura. "Dia hanya pura-pura sakit pa kita tidak perlu mempercayainya" ucap Samara curiga. "Nayla benar-benar sakit Samara. Pikirkan bayi di dalam kandungannya. Ayo Nayla kita pergi sekarang" Axel langsung mengangkat tubuh Nayla ala bridal. Nayla tersenyum smirk pada Samara sambil melingkarkan tangannya di leher Axel. Samara hanya menatap nanar kepergian mereka dibalik jendela. Apa langkahnya sudah benar dengan menaruh harapan dan kepercayaannya pada Axel. Dia takut Axel akan mengkhianatinya seperti Erick. Bibirnya keluh untuk mengucapkan jangan pergi. Tapi sekali lagi dia kembali meredam egonya demi anak yang ada di dalam kandungan Nayla. Anak itu akan menjadi anaknya. Itu sudah menjadi harga yang pantas untuk menebus kematian anaknya. *** Axel merasa bersalah karena meninggalkan Samara sendirian dirumah. Saat ini dia sedang menemani Nayla berobat ke dokter. Dokter mengatakan kalau Nayla hanya stres dan kecapekan. Setelah menebus obat mereka akhirnya pulang kerumah. "Terima kasih pa sudah mengantarkan aku berobat ke dokter" ucap Nayla sambil memeluknya di dalam mobil. Axel tidak nyaman saat Nayla memeluknya. Dia mendorong Nayla agar menjauh darinya. "Iya sama-sama" mereka akhirnya pulang kerumah. Sesampai dirumah Axel mencoba memapah tubuh Nayla yang terlihat lemah. Karena kehilangan keseimbangan Axel terjatuh ke sofa dan Nayla menimpa tubuhnya. "Astaga kamu tidak apa-apa kan Nayla? " tanya Axel. Disaat yang sama Samara baru keluar dari kamarnya. Nayla memanfaatkan situasi ini dengan mencium bibirnya Axel. Samara melihat semuanya. Dia melihat Axel berciuman dengan Nayla. Bahkan suaminya itu tidak berusaha untuk mendorong Nayla. Seperti devaju dia pernah merasakan hal ini di malam sebelum dia mengalami kecelakaan. Saat itu Erick mantan suaminya berciuman dengan Nayla di hari ulang tahun pernikahan mereka. "Apa yang kalian lakukan?! " tanya Samara sampai Axel kaget dan sontak mendorong Nayla . "Samara kamu hanya salah paham ini tidak seperti yang kamu bayangkan" Axel berusaha menjelaskan tapi Samara tidak mau mendengarkannya sama sekali. "Kalau begitu kenapa papa tidak mendorongnya? kenapa papa malah diam saja saat Nayla menciummu pa" Samara sangat kecewa lalu masuk ke dalam kamarnya. Axel langsung menyusul istrinya itu dan menjelaskan semuanya. "Maafkan papa Samara tolong maafkan papa" ucap Axel memohon tapi Samara tidak mau mendengarkannya. "Baiklah aku akan memaafkan papa tapi papa harus menyentuhku malam ini" pinta Samara sambil membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya hingga full naked di depan suaminya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD