7 - Fira pulang, Leo Menikah

1174 Words
Tiga hari kemudian. "Kamu jadi pulang hari ini?" tanya ayahnya Fira. Kemarin, Fira sempat bilang akan pulang ke rumahnya di kota b. Dia ingin mengambil dokumen penting, seperti kartu keluarga, akte kelahiran kedua anaknya dan termasuk surat nikah untuk keperluan mengurus perpisahannya dengan Leo. "Iya, ayah jadi. Aku titip dulu anak-anak, toh gak akan lama disana juga, cuma ambil dokumen yang dibutuhkan saja ," jawab Fira. "Iya pergilah, kami selalu mendukungmu. Tapi jangan sendirian, biar kakakmu Surya yang mengantar," ujar sang ayah. "Gak usah, kasihan kalau harus ganggu pekerjaan kakak nantinya," ujar Fira merasa tak enak hati. "Tak apa, kakakmu tak akan masalah," sahut Ayahnya. Fira diam, tak mau mendebat ayahnya. "Iya benar apa kata ayahmu itu," timpal ibunya. Fira akhirnya mengangguk setuju. Ibunya menghubungi Surya, tidak lama kemudian Surya datang untuk menjemput Fira. "Maaf ya Kak merepotkan," ujar Fira tak enak hati. "Ish apa-apaan sih kamu, aku ini kan kakak kamu. Kenapa harus bilang begitu, lagian aku ini kan bukan pekerja kantoran, jadi bebas lah. Urusan toko ada yang menghandel," sahut Surya, kakaknya. Fira tersenyum senang, meski masih tetap tak enak hati. Setelah pamit kepada kedua orang tua, dan kedua anaknya, Fira pergi. Naik motor Surya, karena mobil Fira ada di rumahnya di kota B. Saat pergi ke rumah orang tuanya, memang dia kan naik mobil Yudha waktu itu. Sedangkan kakaknya Surya tak punya mobil, dia hanya memiliki motor. Perjalanan naik motor, memakan waktu sekitar dua jam setengahan. Akhirnya mereka sampai di rumah Fira dan Leo. "Fir, kok rame?" tanya Surya, merasa heran. Karena rumah itu tampak ramai, banyak motor di depan rumah. Fira hanya mengedikan bahu saja. Tapi dalam hati, dia tengah menduga sesuatu. "Apa jangan-jangan mereka menikah hari ini ya?" gumamnya dalam hati. Tiba-tiba saja, hatinya berdenyut nyeri. Walau bagaimanapun, dia dan Leo masih suami istri, pernah hidup bersama, bahkan telah mempunyai buah hati. Bukan hanya satu, tapi ada dua. Tiara dan Rayyan. Wajahnya memucat, matanya mulai berair, dan bibirnya bergetar. "Fir, kamu kenapa?" tanya Surya. Fira menggeleng pelan, tak kuasa rasanya untuk sekedar mengeluarkan kata-kata. Dia menghela napas sebanyak mungkin, lalu menghembuskannya sepelan mungkin. Fira berusaha menenangkan diri, menguatkan diri dan tak mau terlihat rapuh juga lemah. Apalagi, di depan Leo dan Mia. "Nyonya!" tiba-tiba saja seseorang menyapa, dan itu adalah satpam rumahnya. "Pak, ada apa ini? Kok rame-rame?" tanya Fira penasaran, hatinya dipenuhi kegalauan. "Ini nyonya, hem anu...." Pak Satpam tampak tak enak hati, sepertinya takut mengatakan sesuatu. "Ada apa Pak?" lanjut Fira bertanya, dia ingin tau yang sebenarnya. "Tuan menikahi Mia hari ini, menikah agama dulu katanya. Dan yang pada datang itu semuanya kerabat Mia," jawab Pak Satpam. Fira tertegun, menahan napas sejenak. Memalingkkan muka ke arah lain, menghembuskan napas kasar. Tapi, syukurlah tak menangis. Dia berhasil menahan diri, dan berhasil mengendalikan emosinya. "Apa! Sialan Si Leo! Padahal kalian kan belum cerai!" Surya mengepalkan tangannya, dia berkata dengan berapi-api. "Sudah lah Kak, jangan buang-buang energi untuk marah-marah. Ayo kita lewat jalan belakang saja menuju ke kamarku," ujar Fira. Dia tak mau bertemu Leo dan Mia saat ini. Surya memasang muka masam. "Kamu tidak mau mengacaukan pernikahan mereka?" tanya Surya. "Apa manfaatnya untukku? Biarlah Tuhan yang membalas mereka," jawab Fira, berusaha berlapang d**a. Meski dalam hatinya, dia menangis menjerit-jerit. Tapi sungguh, Fira bisa menyembunyikan rasa hatinya. Menyembunyikan kesakitannya. "Baiklah kalau begitu," ujar Surya, meski kesal akan keputusan adiknya itu. tapi, dia tetap menghargai keputusan yang diambil Fira. "Mereka melakukan akad di ruangan mana Pak?" tanya Fira, kepada Pak Satpam itu. "Di ruang tamu depan nyonya," jawab satpam. "Baiklah. Kalau begitu jika saja aku lewat belakang, mereka tak akan melihatku," ujar Fira, bergumam pelan. Dia dan Surya pun masuk lewat pintu belakang akhirnya. Di belakang, tampak beberapa orang yang membantu-bantu acara sepertinya. Mereka merasa heran dengan kedatangan Fira. "Kamu siapa ya?" tanya salah satu diantaranya. "Saya Fira istri Mas Leo yang sedang menikah lagi itu, tapi tak lama lagi kami akan pisah," jawab Fira. "Apa!" wanita itu membulatkan mulut, begitupun beberpa orang lainnya. "Yang saya dengar Mas Leo itu udah duda, jadi belum resmi ngeduda ya?" timpal salah satu wanita lainnya "Sudahlah, tak perlu dibahas lagi! Saya kesini mau ambil beberapa dokumen," ujar Fira, tak suka saja menceritakan masalah rumah tangganya kepada orang lain. "Oh iya silahkan," sahut wanita itu. Fira dan Surya melanjutkan masuk ke ruangan dimana kamarnya berada. "Kakak nungguin di sini aja ya," ujar Surya. Dia berdiri di dekat tangga. "Oke," jawab Fira. Dia segera menaiki anak tangga, menuju ke kamarnya berada. Ceklek, Fira membuka pintu kamar. Tatapan matanya menatap lekat ruangan yang merupakan kamarnya dulu, matanya berubah berkaca-kaca. Sedih rasanya melihat kondisi kamarnya saat ini. "Belum sah kita berpisah mas, tapi lihatlah kamar ini sudah menjadi milik Mia!" gumam Fira. Dia melangkahkan kakinya, menutup pintu rapat-rapat. Mengedarkan pandangannya ke seluruh kamar. Cat biru laut kesukaannya sudah lenyap, berganti wallpaper dinding bunga-bunga, dengan warna dominan peach kesukaan Mia. Foto pernikahannya sudah tak ada lagi, fotonya, Tiara dan Rayyan sudah tak ada lagi. Semuanya berganti Foto Mia dan Leo. Dekorasi kamar ini juga sudah berubah semuanya. Dan Fira tau itu, ini semua pekerjaan Mia. Semua dekorasi ini kesukaan Mia. Dia sudah sangat mengenal Mia. Mereka sangat dekat dulu! Ya sampai saat tau kebusukan Mia! Fira duduk di atas tempat tidur, yang sudah di desain untuk pengantin. Indah dan bertaburkan kelopak mawar merah. Fira meneteskan air matanya, sakit hati tentu saja. Di khianati dengan telak dan ditusuk dari belakang! "Kalian keterlaluan!" gumamnya, Fira terisak untuk sesaat. Bagaimanapun dia sakit hati, tak mudah melupakan orang yang pernah ia cintai secepat ini. Tak mudah melupakan rasa sakit hati secepat ini! Hik hik, Fira terisak. Sebagai manusia biasa, ada hawa nafsu kemarahan dalam dirinya. Fira berdiri menatap tempat tidur, yang dulu menjadi tempat terhangatnya, tempat memadu kasih dengan Leo suaminya! Tempat menumpahkan kasih sayangnya! Tapi hari ini menjadi tempat yang mengingatkannya, akan penghianatan Leo dan Mia. Dengan mata yang berderai, dia mencabut sepreinya dan melemparkan semua bantalnya! Merusak semua dekorasi kamar ini! Semuanya menjadi berserakan! Berantakan! Bibirnya tersenyum jahat, merasa puas sudah mengacaukan dan merusak tempat yang akan dijadikan tempat memadu kasih, oleh Leo dan Mia! Tapi, itu hanya khayalan Fira saja! Nyatanya, dia tak melakukan itu! Padahal tangannya sudah terulur untuk menarik seprei. Tapi kewarasan masih melindungi otaknya! "Tidak! Aku tak boleh melakukan ini! Nanti bisa-bisa Mas Leo berpikir, aku masih bucin kepadanya. Mengira, aku masih ingin hidup dengannya!" gumam Fira, pelan. Dengan cepat, dia menuju lemari pakaiannya. Tambah terkejut dia, semua pakaiannya sudah tak ada lagi, berganti dengan pakaian Mia. Fira mendesah kuat! "Keterlaluan kalian!" gerutu Fira. Dia akan menanyakan pakaiannya dikemanakan nanti kepada Leo atau Mia! Fira menuju ke brankas, dimana dia menyimpan semua dokumen, uang tunai, dan perhiasan miliknya. Beruntung, Leo pun tak Fira beri tau pin brankas ini, sehingga semuanya masih aman. Fira mengambil tas ransel yang ada di kamar ini. Memasukan semua dokumen, perhiasan dan uangnya. Lalu mengunci kembali brankas, berdiri dan melangkahkan kakinya hendak keluar dari kamar. Ceklek, pintu dibuka dari luar. Fira terkejut, dia tertegun melihat siapa yang berdiri di ambang pintu kamarnya. Begitupun Dia, yang berdiri dengan wajah memucat dan penuh rasa bersalah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD