6 - Penyesalan Leo

1355 Words
Saat selesai makan, Leo mulai lagi jurusnya untuk merayu Fira. "Ra, tak maukah kamu memaafkan aku? Aku janji, kali ini akan benar-benar berubah. Aku sangat mencintai kamu,aku dan Mia hanya khilaf saja. Dia tak ada artinya di hatiku. Kamu segalanya, segalanya untukku!" Leo berkata penuh harap, dia menatap lekat Fira. Rayyan hanya menatap kedua orang tuanya penuh keheranan, dia belum cukup mengerti dengan situasi saat ini. "Mas cukup, jangan bicara di depan Rayyan tentang hal ini," ketus Fira. Dia berdiri, membereskan bekas makan, kemudian sengaja langsung mencuci piring aja. Daripada harus melihat suaminya yang hanya membuatnya semakin sakit hati saja. Leo mendesah, tapi dia tak kekurangan cara untuk mengganggu istrinya itu. "Ray, mamamu sedang marah sama ayah. Kamu bujuklah mama untuk pulang ya, kamu juga bujuk mama, katakan hari ini Ray mau jalan-jalan, oke!" bujuk Leo kepada anaknya itu. Rayyan langsung saja mengangguk setuju." Iya ayah, mau bujuk mama. Aku kan mau jalan-jalan juga!" sahut anak itu dengan riangnya. Rayyan tak tau saja, kalau mamanya itu sedang sangat marah kepada ayahnya. Bahkan, bukan cuma marah, melainkan memutuskan untuk berpisah juga. Leo tersenyum senang, merasa yakin akan berhasil kali ini. "Leo!" Yudha memanggilnya. Leo menoleh dengan malasnya. "Ada apa?" tanyanya. Yudha menghampirinya, " Jangan bawa anak kecil dalam masalah ini, jangan kamu rasuki pikirannya dengan hal yang tidak baik," ujar Yudha. Dia memang mendengar apa yang Leo katakan kepada Rayyan tadi. "ini bukan urusanmu Yudha! Rayyan anakku, dan Fira istriku! Kamu hanya orang asing dalam kehidupan kami!" jawab Leo kesal, dia menatap tajam kepada Yudha, tatapan penuh ketidak sukaan. "Iya aku memang orang asing! Tapi, statusku saat ini sebagai pengacaranya Fira. Dia memercayakan padaku untuk...." Yudha tak melanjutkan perkataannya, karena ada Rayyan. "Rayy, om mau bicara dengan ayahmu sebentar, kamu main dulu sama Kak Ara ya?" ujar Yudha lembut. Rayyan menoleh ke arah Leo. Leo mengangguk kecil, sebagai isyarat mengiyakan. Rayyan pun kemudian pergi mencari kakaknya di depan. "Jadi Fira benar-benar mau menggugat cerai aku?" Leo berkata dengan nada marah meski pelan. "Iya, dan aku sudah mempersiapkan segalanya. Inilah alasannya, kenapa aku ada disini saat ini!" jawab Yudha tenang. Leo bungkam, hatinya terasa sangat sakit sekali. tak percaya dan tak rela saja rasanya harus berpisah dengan Fira. Tak pernah sedikitpun terbersit dalam pikirannya, akan berpisah dengan Fira. Wanita baik, setia dan bucin kepadanya selama ini. "Tak mungkin! Dia sangat mencintaiku!" gumamnya yang masih terdengar jelas oleh Yudha. "Fira tak mau mengulangi lagi kebodohannya Leo! Baginya, cukup sekali memberi maaf, dan sekarang gilirannya membuang penyakit yang hanya bisa merusak hatinya!" Yudha tersenyum sinis penuh ejekan. Leo mendelik, menatap sinis ke arah Yudha. "Maksudmu, akulah penyakitnya?" mengepalkan tangannya. Tak suka mendengar perkataan Yudha. "Cerdas! Kamu paham maksudku!" tertawa mengejek. "Kamu lihat saja nanti dengan mata kepalamu sendiri, aku dan Fira tak akan berpisah sampai kapan pun! Fira terlalu bucin untuk benar-benar meninggalkan aku!" ucap Leo menggebu-gebu, rasanya sampai ingin menonjok Yudha saja, kalau tak ingat ini di rumah mertuanya. Ditambah lagi, dia bukan tipe pria tukang berkelahi. Leo tipe pria tenang dan santai, juga mata keranjang. "Baiklah kita lihat saja nanti!" ujar Yudha setengah berbisik sambil berlalu meninggalkan Leo dengan senyuman tipisnya. Sementara Leo, menatapnya penuh kesal. Otaknya tengah berpikir keras, memikirkan cara untuk membujuk kembali Fira pulang dan memaafkannya. Fira yang selesai mencuci piring, segera keluar dari dapur. Begitu terkejut, karena ternyata Leo sudah berdiri tegak di luar pintu dapur. "Sedang apa kamu disini mas? Pulanglah, wanitamu yang lainnya pasti sedang menunggumu saat ini!" ketus Fira. Dia melangkahkan kakinya melewati Leo. Mendengar perkataan Fira, Leo merasa kesal dan sangat marah sekali. Dia langsung menarik pinggang Fira, menyentaknya ke dadanya dan memeluknya erat. "Apa-apaan kamu mas!" pekik Fira, dia berusaha melepaskan diri dari pelukkan Leo. "Kamu masih istriku! Kalau kamu lupa Fir!" Leo malah sengaja mengeratkan pelukkan. Fira jadi gusar, apa katanya memang benar! "Kamu benar mas! Kalau begitu talak aku sekarang juga! Aku sudah tak sanggup menghadapi sikap tak setiamu itu!" Fira berusaha melepaskan diri dari pelukkannya, namun gagal. Karena Leo malah makin menekannya, bahkan dia langsung memagut bibir Fira degan rakus dan gairah yang meledak. Fira tak sanggup melawan, dia kalah tenaga. "Sayang, ayo aku mau! Layani aku, kamu masih istriku saat ini" bisik Leo dengan suara parau dan penuh gairah. Fira bungkam, tak mau tentu saja. Tapi, takut dosa juga dia. walau bagaimanapun, dia masih istrinya. Beruntung, ibunya datang membuat Leo melepaskan Fira. "Kalian sedang apa?" ketus Mama Fira. "Bagaimana kalau Tiara atau Rayyan melihatnya!" lanjut mamanya. Leo mendesah sambil melepaskan pelukkannya. Sementara Fira bergegas pergi dari sana dan masuk ke kamarnya. Dia mengunci diri disana. "Kamu jangan macam-macam Leo! Bersiaplah untuk persidangan, karena Fira sudah memutuskan untuk pisah sama kamu!" Mama Fira masih berkata dengan ketus dan dingin. "Maafkan saya mam, saya salah. Tapi, saya akan berusaha menjadi suami yang baik untuk ke depannya," ujar Leo penuh sesal. "Hehehe, perkataan kamu itu sungguh membuatku ingin tertawa saja Leo!" geleng-geleng kepala sambil berlalu, meninggalkan Leo yang kesal mendengar perkataan mertuanya itu. Yudha pamit pulang untuk mengurus segalanya. Sedangkan Leo, terpaksa pulang karena Fira tak mau menemuinya lagi. Dia terus mengunci diri di dalam kamar. Membuat mama Fira marah pada Leo, dan menyuruhnya pulang. Leo pulang dengan dongkol, memikul kegagalan membawa istrinya pulang. Rumah Leo "Tuan Leo!" Mia menyambutnya dengan senyuman. Leo tak menanggapinya, dia langsung masuk ke kamar dengan cemberut. Merebahkan diri di atas tempat tidur, menatap langit-langit kamar. Terbayang, Fira yang selalu menyambutnya dengan ceria. Tersenyum lebar, mendukungnya saat dia terpuruk, bahkan bangkrut. Bahkan, saat ini usaha yang dia jalani ini adalah modal dari Fira. Fira yang lebih tahu tentang urusan bisnis saat ini, dibanding dirinya. tanpa Fira, entahlah dia akan mampu mengelola semua ruko, toko online, grosir dan lainnya. Leo jadi pusing akhirnya. Dia memejamkan mata, dan berusaha untuk tidur saja. Karena kebetulan waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam. Saat sedang berusaha untuk tidur, terdengar suara pintu dibuka dari luar, Leo membuka mata karena kaget, dia segera bangkit dan duduk. Matanya tertuju ke arah pintu. Ternyata, Mia lah yang membuka pintu. "Kenapa tidak mengetuk pintu dulu!" Leo berkata dengan tajam dan nada tinggi. "Apa aku sebagai calon istrimu perlu izin untuk masuk kemari?" tanya Mia santai. "Senang sekali kamu!" ketus Leo, dia merasa Mia semakin berani saja. "Tentu saja, aku senang. Karena aku mencintaimu sejak lama Tuan. Itulah sebabnya, aku mau merelakan kehormatanku untukmu! Aku rela mengkhianati Nyonya Fira yang sudah sangat baik kepadaku! Itu karena aku cinta sama kamu Tuan Leo!" ujar Mia berapi-api. Leo terpana mendengar jawaban Mia, tak menyangka Mia bisa mencintainya dengan serius. Padahal selama ini, dia tak pernah berniat serius. "Jangan-jangan kamu sengaja agar hamil?" Leo jadi curiga. "Iya, aku sengaja! Mana mau aku jadi simpananmu terus! Aku mau punya status! Aku ingin berumah tangga! Dan itu denganmu Tuan!" sahut Mia, membuat Leo semakin terpana saja mendengarnya. Ternyata, Mia tak sepolos yang ia duga! Ternyata dia licik juga! Pikirnya. "Satu lagi, kita akan menikah tiga hari lagi. Bapak dan Kak Rizky sudah mengurus semuanya, ya meski kita nikah siri dulu saja Tuan!" ujar Mia, membuat Leo makin sakit kepala saja. "Secepat ini!" Leo tercengang, tak percaya rasanya dia akan benar-benar menikahi Mia. "Tentu saja, apa kamu ingin menunggu perutku membesar dulu!" ketus Mia. Leo diam tak berkata-kata, dia membaringkan kembali tubuhnya dan memejamkan mata. Kesalahan fatal untuk kedua kalinya sudah dia buat, dan dia tak bisa merubah segalanya sekarang. Mia mendekatinya, duduk di sisi tempat tidur dimana Leo berbaring. Tepat di sampingnya. Leo menyadari keberadaan Mia, tapi dia diam saja tak merespon meski hanya untuk membuka mata saja. Penyesalan memenuhi hatinya. Mengingat awal penghianatan itu, yang hanya membuatnya harus terpaksa berpisah dengan wanita yang setia mendampinginya selama ini. "Kalau kamu mau, aku bisa memberimu ketenangan saat ini. Seperti yang sering kita lakukan," ujar Mia lembut dan sedikit berbisik. "Keluar! Aku tak mau menambah dosaku! Nanti kalau kamu sudah halal, aku baru akan melakukannya!" sahut Leo dingin, tanpa membuka mata. Masih dengan posisi yang sama. Mia terperanjat kaget mendengar perkataan Leo yang membentaknya. Dia tak pernah melihat dan mendengar Leo seperti ini. Dimatanya, Leo sangat lembut dan ramah. Matanya berkaca-kaca, lalu Mia segera pergi keluar dari kamar Tuannya itu. Dia begitu dongkol dengan sikap Leo yang dianggap kasar padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD