13- Pernyataan Yudha

1237 Words
"Ra aku merasa gak nyaman nih," Yudha melirik Bagas yang anteng dan malah ketawa-ketawa main dengan Rayyan dan Tiara. "Ya mau bagaimana agi, dianya gak mau pergi!" sahut Fira pelan, membuat mereka seperti sedang berbisik-bisik. "Apa kalian sedang membicarakan aku?" Bagas menoleh dengan tatapan penuh curiga. "Iya!' sebelum Fira menjawab, Yudha sudah duluan menyahuti. "Hemm." Fira berdehem,dia tak menyangka kalau Yudha sejujur itu. "Kenapa? Apa yang kalian bicarakan?" Bagas bertanya dengan mata menatap Fira. Fira jadi heran, kok Bagas seperti yang sedang cemburu kepadanya saja. "Kami sedang berpikir, kalau kamu sepertinya sengaja ingin menguping pembicaraan kami," ujar Yudha menjawab dengan santai. Lagi-lagi Fira heran dengan jawaban Yudha. "Ck, ck. Ya sudah saya keluar!" Bagas berdiri dengan kesal, lalu keluar dari ruangan itu. "Om!" terdengar suara Rayyan dan Tiara memekik. "Om mau keluar dulu sebentar ya, nnti kita main lagi oke!" sahut Bagas. Meski agak kesal, tapi akhirnya. Rayyan dan Tiara melanjutkan main berdua saja. Yudha mulai membahas masalah perpisahan Fira dengan Leo. Barulah setelah beberapa saat, dia mengatakan sesuatu. "Ra, kenapa aku merasa kamu sedang menjauhiku ya?" tanya Yudha. "Emm, men menjauhi? Menjauhi bagaimana? Hahaha,nggaklah. Ya biasa aja, kamu jangan berpikir aneh-aneh deh," ujar Fira, dia tertawa kecil sambil memalingkan wajah sekilas. "Tapi aku merasa kamu berbeda, seperti selalu menjaga jarak denganku." Yudha menatap Fira. "Hemm, begini ya Mas Yudha. Aku ini sebentar lag berstatus Janda, jadi aku berusaha tak dekat-dekat dengan lelaki manapun. Bukan berarti, aku benci. Melainkan, aku hanya sedang menjaga diriku sendiri, termasuk dari omongan tetangga." Fira berkata lembut, berusaha menjelaskannya. Yudha terdiam sejenak. "Apa aku masih punya kesempatan setelah masa iddahmu habis?" tanya Yudha penuh harap, tangannya sampai berkeringat, dia sedang mengumpulkan kekuatan untuk menghadapi jawaban Fira. "Hah!" Fira terkejut mendengar perkataan Yudha. "Mas Yudha! Untuk saat ini aku tak memikirkan hal itu, kepalaku masih mumet boro-boro mikirin pernikahan kedua," ujar Fira, dia mengembuskan napas kesal. Tak suka mendengar pernyataan Yudha. "Maafkan aku Ra, jika menyakiti hatimu, tapi hatiku selalu terbuka untukmu sampai saat ini. Mungkin inilah sebabnya Tuhan masih belum memberikan kembali aku jodoh," ujar Yudha. Fira diam, dia menundukkan wajah menatap lantai. "Setidaknya, aku bisa mengeluarkan unek-unekku sekarang. Aku tak memaksamu menerimaku, bagiku kebahagiaanmu adalah yang utama. Dengan siapapun kamu menikah lagi nantinya, tapi jika itu adalah aku, maka aku akan sangat bahagia," lanjut Yudha. Fira masih diam tak berkata-kata. "Aku pamit dulu ya, semoga semuanya lancar dan Leo tak mempersulitnya," ujar Yudha. Lalu melangkahkan kaki, keluar dari ruang tamu. Menemui orang tua Fira yang ternyata sedang berbincang dengan Bagas di teras. Sementara, Fira masih duduk di tempatnya semula tanpa mengatakan apapun. "Saya pamit dulu, ayah dan ibu," ujar Yudha, itu memang panggilannya untuk orang tua Fira sejak lama. Maklum, dia pernah dekat dan hampir bertunangan dengan Fira, namun gagal. Karena Fira mencintai Leo. "Kok sebentar mampirnya?" Ibunya Fira berdiri menerima uluran tangan Yudha yang mencium punggung tangannya. Begitupun, Ayah Fira yang ikut berdiri. Lain halnya dengan Bagas, dia senang dengan kepulangan Yudha. "Om pasti banyak kerjaaan jadi pulang duluan," sahut Bagas. "Gas, panggil aku kakak saja. Rasanya aku belum setua itu juga," sahut Yudha cepat, tak mau dipanggil om oleh Bagas. Serasa tua aja gitu. "Hehehe, emang udah tua kan?" Bagas terkekeh, apalagi saat melihat ekspresi kesal Yudha. "Hahaha, kamu ini Gas. Lihatlah Yudha ganteng gini, baik pula. Bahkan tante berharap punya mantu kayak Yudha," timpal ibunya Fira tiba-tiba menyahuti. Yudha terkejut mendengar perkataan ibunya Fira, tapi hatinya berbunga-bunga. Sepertinya restu sudah dikantonginya. Yudha tersenyum tipis. Bagas bertanya dengan nada penasaran. "Memangnya tante punya anak gadislain? Yang kayak Mbak Fira gitu? Mau dong, kenalin sama aku, hehehe." Bagas cengengesan. Ibunya Fira langsung menggeplak lengan Bagas pelan. "Ish kamu ini Gas, geleng-geleng kepala pelan. Sementara Ayah Fira hanya tersenyum. Yudha pun pulang. Di ruangan dimana Fira masih duduk termenung memikirkan perkataan Yudha. "Mam," sapa Tiara. Fira menoleh, "Iya apa sayang?" tanya Fira dengan seulas senyuman lembut, dia memberi isyarat dengan tangannya, agar Tiara dan Rayyan menghampiri. Kedua anaknya itu pun menghampiri Fira, dan duduk di sisi kiri dan kanan Fira. "Aku sayang mama," ujar Rayyan mengeratkan pelukkan. "Aku juga sayang mama," ujar Tiara tak mau kalah. Fira tersenyum lembut, memeluk kedua anaknya, dan mengecup puncak kepala mereka satu persatu. "Mama juga sayang kalian," ujarnya dengan tetesan air mata. Dia merasa kalau dirinya sangatlah cengeng, gampang sekali meneteskan air mata untuk berbagai alasan. "Mas Leo," gumamnya dalam hati. Dia sampai benci kepada dirinya sendiri, karena masih saja mengingat pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya itu. Fira tak menyadari seseorang yang memerhatikannya dari ambang pintu ruang tamu, Bagas, dia adalah Bagas. Dia menatap Fira dengan heran dan penuh rasa penasaran. "Suaminya kemana? Apa gak ikut kesini? Ah mungkin sedang sibuk bekerja," gumam Bagas. "Kamu sedang apa?" Ibu Fira tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya, dan menepuk bahu Bagas pelan. Tentu saja, Bagas terperanjat kaget karenanya. "Tante ngagetin aja!" Bagas mengelus d**a. "Habis kamu ngeliatin Fira segitunya! Fira itu akan menikah dengan Yudha di masa depan, jadi kamu jangan liatin dia terus," sahut Ibunya Fira. "Hah! Bukankah Mbak Fira punya suami?" raut keheranan tampak jelas dari wajah Bagas. "Sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya!" ketus Ibunya Fira, yang membuat Bagas terkejut bercampur senang. "Mbak Fira mau cerai?" tanyanya sedikit berbisik, agar Fira tak mendengar. Sementara matanya menatap lekat ke arah Fira yang sedang memeluk kedua anaknya. "Iya," jawab Ibunya Fira. Dengan bibir yang tersenyum tipis, yang nyaris tak terlihat oleh Ibunya Fira, Bagas mengajak Ibunya Fira ke ruangan depan. "Tante, aku ingin bicara serius," ujarnya. Dengan heran, Ibunya Fira mengikuti langkah Bagas. Ya si Bagas seperti di rumahnya sendiri saja! Ayah Fira, saat ini sedang tidak ada, baru saja pamit ke pergi ke toko Surya kakaknya Fira, katanya ada sedikit keperluan. Ibu Fira dan Bagas duduk berdua di ruang depan. "Kamu mau ngomong apa?" Ibu Fira mulai bertanya. "Apa benar Mbak Fira mau cerai?" tanya Bagas ingin lebih meyakinkan. "Benar, memangnya kenapa?" tanya Ibunya Fira, dengan tatapan penuh selidik. Dalam hati jadi menduga sesuatu. "Izinkan saya mengejar Mbak Fira kalau begitu," ujar Bagas penuh semangat dan penuh harap. "Kamu ini masih kecil juga!Kamu nggak cocok sama Fira yang sudah punya dua anak. Yudha lebih cocok, dia itu duda." jawab Ibunya Fira. "Ayolah tante, yang sportif. Masalah usia bukan halangan, yang penting saling cinta." Bagas berkata penuh penekanan, dia harus mendapat restu mertua barulah nanti mengejar Fira. "Tidak, tidak! Maaf ya, kamu ini ganteng, masih muda pula. Saya tidak yakin kamu serius sama anak saya! Sedangkan Yudha sudah mapan, matang dan Fira juga kenal dia sejak lama, jadi sudahlah kamu cari wanita lainnya yang seusia dengan kamu!" ujar ibunya Fira Serius. "Masalah mapan, itu bisa di usahakan tante. Masalah usia bukan hal yang besar. Memangnya berapa usia Mbak Fira sekarang?" Bagas tak semudah itu menyerah. "Ck ck, kamu ini ngeyel ya. Fira sudah hampir tiga puluh tahun. Dia juga seorang wanita mandiri, biasa kerja keras. Sedangkan kamu kerja apa saya gak tau!" Ibunya Fira menatap bagas meneliti. Bagas garuk-garuk kepala sambil nyengir, "Saya kerja apa ya? Hehehe, nganggur!" ujar Bagas. "Nganggur! Mana mau saya punya mantu pengangguran! Ganteng itu gak cukup! Hidup ini butuh uang Bagas! Kerja! Kerja!" Ibu Fira mendelikkan mata, malas. "Tenang saja tante, meski saya gak punya kerjaan tetap. Tapi saya masih ngehasilin duit kok," sahut Bagas terkekeh. "Nggak kerja dapat duit? Ngapain? Ngepet?" sinis Ibu Fira. "Hahaha, tante bisa aja," ujar Bagas, bukannya sakit hati. Dia malah tertawa renyah. "Mbak Fira tunggu aku! Aku akan mengejarmu!" gumamnya dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD