11 - Ada Apa dengan Fira

1054 Words
"Mam tolong buang dulu pemikiran tentang pernikahanku, bahkan aku dengan Mas Leo masih belum berpisah," ujar Fira setelah beberapa saat terdiam. "Iya maafkan mam Fir, mama cuma mau kamu bahagia itu saja," ujar mamanya lembut. "Tapi tolong jangan katakan apapun lagi tentang hal ini, apalagi kepada Mas Yudha, aku bisa malu." Fira kembali berujar. Ting tong,terdengar suara bel pintu berbunyi. "Biar aku yang buka mam," lalu Fira menuju pintu utama. Ternyata sudah dibuka ayahnya. Dan itu adalah Yudha, dia tersenyum lembut ke arah Fira.Tak tau kenapa, tapi Fira merasa kikuk hari ini. Dia merasa sangat aneh sekali melihat gerak-gerik Yudha. "Ah ini pasti gara-gara mama yang ngomong kayak gitu tadi," gumam Fira dalam hati. "Apa kabar Fir?" Yudha mengulurkan tangan. Fira tersenyum kikuk, tanpa menjabat tangan Yudha, dia menjawab. "Baik," tersenyum tipis seperlunya. Yudha mendesah, tangannya yang sudah menggantung di udara, segera ia turunkan. Rasanya sangat kecewa sekali. "Ayo Yudh, masuk!" itu suara ayah Fira. "Iya terimakasih, ayah." Yudha melirik Fira yang hanya mengangguk pelan sambil masuk ke rumah duluan. Yudha duduk dengan ayah Fira, mereka membicarakan sesuatu yang serius. Tentang perpisahan fira dengan Leo. Sementara Fira memilih untuk mengurus Rayyan dulu, karena anak itu baru saja bangun. "Mas Yudha ngapain jam seginiudah ke rumah? Harusnya, di datang agak siangan kalau ada urusannya dengan perpisahanku dengan Mas Leo." Fira bergumam dalam hati, tidak tu kenapa tapi kedatangan Yudha jadi membuatnya tak nyaman. Ya mungkin, ini gara-gara ibunya yang tadi yang mengatakan hal aneh-aneh. "Fir, sarapan sudah siap. Ayo sarapan dulu, ajak anak-anak juga,"ujar ibunya memanggil.Keplanya nongol sedikit dari pintu. "Iya mama!" sahut Fira, kebetulan dia baru selesai mengurus Rayyan. Sedangkan Tiara, dia sudah dari tadi duduk di samping Yudha di kursi yang ada di meja makan. "Aku duluan ya mama, mau ketemu Om Yudha dulu!" tidak tau kenapa, tapi anak itu begitu girang ingin ketemu Mas Yudha, sejak mendengar kedatangannya tadi, dia terus saja berceloteh ingin cepat bertemu dia. Fira hanya mengangguk mengiyakan, dan mengikutinya dari belakang. Saat masuk ke ruang makan, matanya tanpa sengaja bertemu dengan tatapan Yudha, dia kembali merasa aneh dan kikuk sendiri, hingga tanpa sengaja tersandung gamis rumahannya dan tersungkur jatuh. "Aduh!" pekiknya, antara sakit dan juga malu rasanya. Semua yang ada di ruang makan terkejut, panik dan replexs berteriak, antara kasihan,terkejut bercampur ingin tertawa. Tapi masa iya tertawa, ya akhirnya semua berusaha menahan tawa. "Fira kamu gak apa-apa?" Yudha tanpasadar menghampirinya, dan mengulurkan tangn hendak membantunya. Fira menggeleng pelan dengan pippi memerah, karena malu luar biasa. Dia tidak menerima uluran tangn Yudha, tetapi lebih memilih berdiri sendiri dengan raut datar untuk menyembunyikan rasa malunya. Padahal dalam hati, dia sudah berteriak heboh. "Kenapa bisa jatuh segala sih! Ini sungguh memalukan! Sangat memalukan sekali!" Yudha merasa kecewa, lagi-lagi Fira tak mau menerima jabatan tangannya. Kenapa? Dia merasa Fira sedang berusaha menjauhinya? Tpi salahnya dimana? Merasa bingung juga akhirnya, tapi dia berusaha mengendalikan emosinya, dan tak s-ampaimemperlihatkan rasa kecewanya. Meski, sebenarnya dia gagal. Karena, Fira sudah menyadari hal itu. "Maafkan aku Mas Yudha, aku gak mau mama terus saja menjodoh-jodohkan kita. Aku belum siap membin rumah tangga kembali, dengan siapapu itu." Fira bergumam dalam hati, segera duduk di samping Rayyan putranya. Sedangkan Yudha mengikutinya dengan langkah gontai, merasa diabaikan. Sarapan berlangsung dengan tenang, tak ada yang bersuara sedikit pun. Ayah Fira pamit pergi ke toko. Fira duduk berhadapan dengn Yudha membicarakan masalah perpisahan, sekalian meminta semua dokumen yang dibutuhkan. Setelah itu, Yudha pamit. Dia tak mau membuat Fira tak nyaman dengan kehadirannya. Dia merasa, Fira tak ingin dirinya dekat-dekat dengannya. Fira menatapkepergian Yudha dari balik tirai jendela kaca depan rumah. "Kamu kenapa sedingin itu kepada Yudha? Apa karena perktaan mama tadi?" mamanya bertanya. Fira tersentak, sedikit terkejut. Karen, tiba-tiba saja ibuny ibunya sudah berada di sampingnya. "Aku hanya tak ingin memberi Mas Yudha harapan, dia orang baik. Sejakdulu sering membantuku. Aku sebenarnya tau perasaannya kepadaku sejak lama, tapi tak pernah berpikir kalau akan bertahan sampai sekarang," jawab Fira. Ibunya diam, mendesah dan berusaha memahami maksud anaknya itu. Mereka duduk di ruang keluarga, disana ada Tiara dan Rayyan yang sedang nonton TV. "Mam,sekolahku bagaimana?" tanya Tiara. Dia sudah tidak sekolah semenjak pertengkaran kedua orang tuanya itu. "Sekolahmu akan pindah kesini, mama sedang mengurus kepindahanmu. Mulai senin depan, kamu sudah masuk sekolah baru," jawab Fira dengn mata berkaca-kaca. Wajah Tiara yang mirip dengan Leo, sungguh membuatnya terbayang wajah suaminya itu. Tiara termenung sejenak. Sebenarnya, dia tak suka pindah sekolah. Harus mencari teman baru, menyesuaikn diri dengan orang-orang baru, itu pasti tak mudah baginya. "Maafkan mama ya Ra, tapi ini harus. Mama dan ayah akan berpisah, kami tak bisa bersama lagi. Kamu sangat tau hal itu," ujar Fira lembut. Pindah duduk di samping Tiara, membawanya ke dalam pelukkan dan mengusap lembut punggungnya. Air mata Tiara menetes, sebenarnya dia tak mau ada perpisahan diantara kedua orang tuanya. Namun, Tiara tak pernah mengatakan apapun. Memilih diam dan tak banyak bicara, menahan kesedihannya di dalam hati. Tiara tak mau menambah kesedihan mamanya. "Gak apa kok aku pindah sekolah, aku yakin nanti akan punya banyak teman baru disana," sahut Tiara dalam pelukkan ibunya. Air mata Fira meleleh mendengar perkataan yang keluar dari mulut anaknya itu. Merasa bersyukur, Tiara meski masih kecil akan tetapi sudah bisa berpikir dewasa. Beberapa hari kemudian. Yudha memberitahukan kepad Fira tentang persidangan. Dengan antusias, Fira bersiap-siap untuk pergi. Meski hatinya berdenyut nyeri, ya ternyata melupakan seseorang sangatlah sulit. Yudha mengatakan akan menunggunya di pengadilan, dia duluan datang. Padahal sebenarnya,dia memang sedang berusaha sedikit menjauhi Fira. Ini demi kebaikan hatinya yang selalu bertepuk sebelah tangan sejak dulu. Juga demi kebaikan Fira yang sepertinya merasa tidak nyaman, setiap dekat-dekat dengannya. Fira akan pergi diantar ayahnya, sedangkan ibunya akan menjaga Rayyan dan Tiara. Bremm bremm terdengar suara deru mesin motor dari luar. Fira yang baru saja membuka pintu utama terkejut melihat siapa yang datang. "Dia mau apa kemari? Sungguh bukan saat yang tepat, aku kan mau pergi," menatap pria yang datang itu dengan raut keheranan. Pria yang baru membuka helmnya itu menoleh ke arah pintu utama. Bibirnya menyunggingkan senyuman senang saat melihat Fira. "Dia semakin cantik saja," matanya berkilauan penuh keterpesonaan. Melihat itu, Fira mendengus. "Siapa Ra?" Ibunya menghampiri Fira yang berdiri di ambang pintu utama. "Oh, ada apa ya dia kemari ?" lanjut ibunya heran. "Nggak tau mam, aku mau langsung berangkat aja," jawab Fira. Sebenarnya, dia sedang menunggu ayahnya yang sedang ke kamar mandi dulu tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD