10 - Ada yang Galau

1034 Words
Selamat Membaca Malam ini di sebuah rumah mewah, yang merupakan rumah Fira yang dikontrak oleh Bagas. Tampak Bagas berguling-guling di atas tempat tidurnya. Matanya sulit terpejam,dia terus ingat Fira. "Ini bener-bener gila! Masa aku naksir Mbak Fira sih, yang jelas-jelas sudah menjadi istri orang!" gumamnya, dia tertawa menertawakan dirinya sendiri tentu saja. "Apa aku kurang waras ya?" menggeleng pelan, lalu bangkit karena tidak bisa tidur. Bagas memilih melaksanakan shalat malam untuk menenangkan hatinya,lalu setelahnya melakukan olah raga. Keringat sudah mengalir deras dari seluruh tubuhnya, dia duduk sambil nonton TV. "Masa aku jatuh cinta sama mbak-mbak sih! Tapi, dia itu masih muda, cantik dan tidak tau kenapa rasanya menarik aja orangnya," gumamnya pelan. Lalu dia menghubungi nomor seseorang, yaitu nomor Kakak sepupunya. "Halo, kamu ini Gas ganggu orang tidur aja! Ini kan sudah malam. Kebiasaan deh suka curhat malam-malam!" ketus Kakak sepupunya dari sebrang sana. "Hahaha,iya iya maaf. Tapi aku lagi galau sekarang," rajuknya. "Galau? Galau kenapa? Jangan bilang kamu lagi naksir cewek? Hahaha!" Sepupunya menjawab dengan nada mengejek. "Kok ngetawain! Aku kan normal, jadi nggak salah dong naksir cewek!"ketus jawaban Bagas. "Oke, oke nggak salah. Heran aja cewek mana yang bisa naklukin kamu?" terdengar tawa dari sebrang sana. Soalnya, Bagas tipe cowok jarang bicara. Hanya kepada orang terdekatnya sajalah dia bisa bermanja-manja. Selebihnya, dia itu dingin dan datar-datar aja. Itulah juga yang membuat Bagas juga heran, dia bisa bebas ngoceh tanpa jaim kepada Fira. Padahal baru pertemuan pertama. "Itulah masalahnya, wanita itu baru pertama aku temui hari ini. Dia pemilik rumah yang aku sewa. Ceweknya gak terlalu cantik ya biasa-biasa aja,tapi sangat manis dan menarik," jawab Bagas mendesah. "Gitu ya? Padahal cewek cakep secantik artis saja kamu tolak, hahahaha. Itu namanya hukum karma karena kamu selalu nolak cewek cantik, jadi dapetnya yang gak cantik!" tertawa renyah mengejek Bagas. "Eh jangan salah ya, dia itu sangat menarik! Kalau kamu ketemu, nanti bisa-bisa naksir dia!" bela Bagas menggebu-gebu. "Benarkah? Hahaha tak ada yang bisa membuatku jatuh cinta selain istriku," sahutnya sambil tertawa. "Benarkah? Lalu wanita cinta pertamamu bagaimana?" ejeknya. Dari sebrang sana sepupunya itu diam. "Kak, maaf ya aku pasti menyinggungmu," ucap Bagas tak enak hati. "Tak apa. Jujur saja aku mencintai istriku sepenuhnya. Tapi untuk dia, aku masih sayang. Hanya sebatas teman dan sahabat baik, aku jadi ingin reunian dengn dia. Sayangnya, aku gak tau rumahnya dimana sekarang," jawabnya. "Istrimu sedang tidur kan? Jangan sampai dia mendengarnya, kalau iya bisa-bisa dia marah," ujar Bagas sedikit berbisik. Dia tau sebesar apa istri sepupunya itu cemburuan. "Hahaha, udah aku ngantuk mau tidur dulu," terdengar suaranya yang menguap dari rumahnya. "Iya iya selamat malam, eh aku kan belum menceritakan apa kegalauanku," sahut Bagas cepat, takut kakak sepupunya keburu menutup panggilan. "Iya cepat katakan apa?" ujar kakak sepupunya penasaran juga sih sebenarnya. "Wanita itu istri orang," desahnya sedih. "Apa! Gila ini gila! Dasar gila kamu!Eh, tapi aku juga dulu pernah menyukai istri orang tapi, hehehe!" Kakak sepupunya diawal memekik, namun akhirnya terkekeh malu sendiri. "Aku harus bagaimana dong?" tanyanya, Bagas merebahkan tubuh di sopa matanya menatap TV, tapi tak fokus nonton. "Hem, lupakan dia. Aku pernah mengalaminya, rasanya sakit cinta bertepuk sebelah tangan. Lupakan, ingat lupakan jauhi dia!" jawabnya tegas. Bagas termenung, menghela nafas dalam dan menghembuskannya dengan pelan. "Akan aku coba, mumpung kami belum dekat," jawabnya. "Belum dekat? Maksudnya?" merasa bingung dengan perkataan sepupunya itu. "Iya, kami baru ketemu sekali, ya hari ini." Bagas garuk-garuk kepala sambil nyengir. "Sialan, kirain kalian sudah kenal lama! sudah akrab! Ck ck, kamu parah banget, belum tentu juga kalian bertemu lagi nantinya," sahut sepupunya sambil geleng-geleng kepala, heran saja sama sepupunya itu. Susah jatuh cinta, eh sekali suka sama istri orang pula. Bagas tersenyum kecut, lalu menyahuti perkataan sepupunya itu. "Jodoh kan siapa yang tau. Bisa saja, dia pisah sama suaminya. Lalu menikah denganku hahaha," tertawa dengan apa yang sedang dia khayalkan. "Dasar gila! Aku mau tidur saja!" sahut sepupunya. Tut tut Terdengar suara panggilan ditutup. Bagas menyimpan hpnya di atas meja, lalu memejamkan mata. Hingga, tanpa sadar ketiduran di sofa. Rumah orang tua Fira. Fira tak bisa memejamkan mata, suara Leo yang mentalaknya terngiang-ngiang terus di telinganya. Hik hik, dia terisak. "Baiklah habiskan air matamu karena menangisi Mas Leo malam ini saja Fira! Mulai Besok kamu harus mulai move on! Tak boleh lagi ada air mata yang menetes karena dia! Hi hik," gumamnya sambil menyeka air mata yang meleleh membasahi pipinya. Cukup lama, dia menangis. Hingga, akhirnya tanpa sadar terlelap sambil memeluk Rayyan putranya. Rayyan memang masih tidur dengannya, sedangkan Tiara tidur di kamar satunya. Rayyan belum bisa jauh-jauh dari mamanya. Terkadang, anak itu suka terbangun pada malam hari dan merajuk jika tak ada Fira di sampingnya. Paginya, Fira bangun cepat seperti biasa. Setelah mandi dan melaksanakan ibadah subuh, ia segera membantu ibunya menyiapkan sarapan. "Mata kamu sembab gitu Ra, kamu pasti menangis semalaman bukan?" tanya ibunya, sambil memerhatikan wajah Fira lekat-lekat. Fira tak bisa mengelak. Bagaimana bisa mengelak, toh mata sembab dan bengkaknya sudah cukup menjadi bukti dengan apa yang terjadi semalam. "Cukup Fir, jangan lagi kamu tangisi pria seperti Leo! Kamu majulah ke depan, bahagiakan hatimu dan kedua anakmu itu," ujar mamanya, mengelus lembut dan penuh kasih sayang punggung Fira. Fira berusaha menahan rasa sesak di dalam dadanya. Dia tersenyum getir, " Iya mam, semalam adalah tangisanku yang terakhir karena ulah Mas Leo," jawab Fira serak, karena menahan diri agar tak kembali terisak. "Bagus, berusahalah move on secepatnya, bahagiakan dirimu. Ada seseorang yang akan sangat bahagia, saat masa iddahmu habis nanti setelah resmi berpisah dengan Leo," lanjut mamanya lagi. "Mam ko udah ngomong kayak gitu aja," sahut Fira kesal. Masa selesai iddah langsung nikah lagi, apa kata para tetangganya nanti, janda gatel! Fira bergidik, membayangkan nyinyiran tetangga. "Ah kamu pasti mikirin nyinyiran orang kan? Yang penting udah selesai masa iddah, dan kamu menemukan lelaki yang terbaik," ujar mamanya. Fira diam tak menyahuti perkataan mamanya. Tak mau akhirnya berdebat dan membuat sedih mamanya. Hingga, ia memilih diam saja. "Yudha, mama tau kalau dia masih mengharapkan kamu sampai sekarang," lanjut mamanya. Menatap fira lekat. Mendengar nama Yudha, Fira terkejut. Balas menatap mamanya dengan perasaan tak percaya. "Kamu terkejut? Kenapa? Pikirkan baik-baik perkataan mama. Maaf, jika mama terlalu cepat mengatakan hal ini, mama gak mau kamu salah pilih lagi," ucap mamanya melanjutkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD