Riana menatap pesan yang terpampang di layar ponselnya. Ia tidak punya niat untuk membalas pesan ibu Zainal itu. Meski ada perasaan iba di dalam hati, tapi ia memilih bertahan untuk tidak lagi peduli. Ia sudah memulai, ia tak ingin mundur lagi, meski barang selangkah kaki. Ia tak menyimpan benci, tapi ia sudah lelah hatinya terlukai. Ia tak ingin, hidupnya terus dalam sakit hati Masih terngiang di telinga, pembelaan ibu mertuanya itu terhadap sikap Zainal selama ini. Bagi ibu mertuanya, Zainal tak pernah salah, Riana yang selalu salah. Riana sangat tahu, kalau Zainal sering berselingkuh, dan berganti kekasih di belakangnya. Tapi, ia sudah merasa terlalu lelah, untuk memikirkan hal yang terus berulang seperti itu. Bukannya ia tidak tahu juga, kalau ibu mertuanya sering menggunjingnya.