Riana baru saja selesai mencuci beras, untuk ia masak. Lalu ia duduk di tepi ranjang, ditatap layar ponsel yang menunjukan adanya panggilan. Panggilan dari Zainal, panggilan terus berlangsung, diselingi pesan beruntun, yang berisi makian, dan umpatan, Riana membuka pesan, namun Riana tak ingin menjawab. Ia memang sengaja tidak mengganti nomer kontaknya. Sengaja tetap membuka pesan dari Zainal, dan sengaja tidak menjawab. Ia tahu, Zainal pasti sangat marah padanya. Ia biarkan Zainal menumpahkan rasa marah lewat pesan yang ia kirimkan. Semua pesan Zainal, Riana baca. Tapi, tak satupun yang dibalasnya. Baru kali ini, saat membayangkan Zainal sedang marah, Riana justru bisa tersenyum. Rasa takut sirna dari dalam dirinya. Sementara, di rumah Riana, Zainal sedang kalap, pakaian Riana yang