DUNIA CERMIN

2219 Words
    Pagi yang indah bagi Shafa, bagaimana tidak,  mulai hari ini Shafa akan bertindak layaknya seorang nyonya Hutama. Shafa tetap melakukan tugas sebagai istri. Tetap menyiapkan pakaian Adrian dan lain sebagainya. Shafa juga tetap memasak untuk sarapan di dapur. Ketika mereka berada di meja makan, Shafa segera mengambilkan sarapan untuk Adrian. tanpa sengaja Shafa juga melihat Rico yang sudah siap menunggu tuannya di depan. Shafa menghampiri Rico. “Rico ayo sini, kita sarapan bersama.” Perintah Shafa “Tidak perlu nona, saya akan Sarapan di kantor saja.” Rico menolak dengan halus. “Ayolah Rico,,, pagi ini aku masak terlalu banyak. Sayang jika tidak habis.” Shafa mencoba membujuk Rico. “Apa kamu takut dengan Adrian?” tanya Shafa lagi. “Tidak nona.” Jawaban Rico sontak membuat mata Adrian melotot. Rico yang tidak sengaja melihat ekspresi Adrian tersenyum menahan tawa dengan menunduk. Shafa tahu kalu Adrian mulai jemgkel dengan tingkah Shafa. “Ad ,,, jangan melotot gitu dong ,,,! Kan Rico jadi takut, dan tidak mau sarapan bersama kita!”  ucap Shafa dengan mata yang tak kalah lebar. Tatapan Shafa seakan berisi ancaman untuk Adrian. mau tidak mau, Adrian mengangguk terpaksa. Dalam hati Shafa bersorak bergembira, Shafa merasa menang di pagi yang cerah ini.     Rico sebenarnya sedikit takut dengan Adrian, tapi dia juga ingin menikmati masakan Shafa. karena Rico tahu, masakan Shafa sangat enak, dan tidak ada duanya. Apa salahnya jika Rico menerima tawaran Shafa untuk sarapan bersama.     Dalam sekejap, semua makanan buatan Shafa yang berada di atas meja tandas tidak bersisa. Shafa senang dan merasa lucu sekaligus. Selama mereka sarapan, Adrian dan Rico berusaha berebut makanan yang ada di atas meja seperti anak kecil. Hingga terlintas sebuah ide untuk membuatkan makan siang untuk Adrian serta Rico di kantor. “ad ,,, aku lihat kamu sangat suka dengan apa yang aku masak?” Adrian menaikkan sebelah alis, seakan ada sesuatu yang akan Shafa sampaikan. “Bagaimana kalau aku membawakanmu makan siang nanti?” Shafa mencoba menawarkan. “Tidak perlu sayang,,, nanti kamu bisa kecapekan.” Adrian menolak dengan halus. “Kenapa? Apa kamu tidak suka aku mengunjungi kantormu?”tanya Shafa dengan tatapan meminta penjelasan. Adrian memejamkan mata untuk meredam rasa kesalnya. Shafa dengan sengaja memancing agar Adrian kesal. “Bukan begitu sayang ,,, siang ini aku akan meeting dengan client di luar. Benar kan Rico?” Adrian menatap Rico dengan tatapan ‘cepat bilang benar’. Rico yang di tatap seperti itu sangat faham akan maksud bosnya. “Benar nona.” Rico menunduk, karena takut ketahuan berbohong.  “Sekarang sudah waktunya kita berangkat, ayo Rico. Kita akan meeting pagi ini.” ucap Adrian dan bergegas menju ke depan. “Baik tuan” Rico mengikuti langkah Adrian. Pada saat mereka masih di depan teras, Shafa memanggil Adrian “Ad,, tunggu!!” Adrian menghentikan langkah kakinya dan berbalik badan. Tanpa aba aba, Shafa kemudian mengambil telapak tangan kanan Adrian dan menciumnya. “Apa yang kamu lakukan?” Adrian tidak mengerti dengan yang di lakukan Shafa. tapi perilaku Shafa membuat hati Adrian menghangat. Adrian merasa di hargai sebagai seorang laki laki. “ Inilah cara yang benar mengantar kepergian suami. Semoga harimu lancar dan selalu baik baik saja.” Ucap Shafa panjang lebar.     Setelah Adrian menghilang dari pandangan Shafa, ia segera masuk ke dalam rumah. Shafa menelfon kakek Adam melalui ponsel pemberian Adrian. Me : Assalamualaikum kek. Adam : Walaikum salam nak Me : bagaimana keadaan kakek. Kakek baik baik saja bukan? Adam : kakek di sini sangat baik. Bagaimana denganmu juga dengan Adrian? Me : alhamdulillah baik kek. Anu kek begini ,,, Shafa ingin bertanya sesuatu kepada kakek mengenai Adrian. bolehkah? Adam : kamu tanya saja apa yang ingin kamu ketahui tentang Yayan. Me : Shafa ingin tahu bagaimana masa kecil Adrian kek, juga dengan seluruh keluarganya. Adam : dengarkan baik baik ...bla..bla ..bla...     Adam menceritakan semua yang di ketahuinya. Tentang saudara kembar Adrian. Tentang perlakuan orang tuanya yang membedakan keduanya. Dan juga tentang kejadian tragis yang menimpa orang tua Adrian. tidak satupun yang terlewat. Kini Shafa mengerti, kenapa Adrian menangis di kamar villa waktu itu. Sepertinya telah terjadi salah faham antara Adrian dengan keluarganya tersebut. setelahnya, Shafa membuka serta membaca tulisan yang ada pada kertas yang dia ambil di balik foto saat berada di villa. Perlahan air mata Shafa mengalir. Shafa dapat merasakan apa yang di rasakan Ardi maupun Adrian. Shafa merasa kasihan dengan perjalanan hidup Adrian. Shafa akan memberikan surat itu nanti sepulang Adrian dari kantor.      Shafa melangkah menuju perpustakaan setelah ia menelfon Adam sang kakek.. Masih banyak yang perlu di ketahui Shafa. hari ini Shafa sudah memberi tahu Siti untuk menghandle semua. Karena Shafa tidak datang ke cafe hari ini. Shafa akan menghabiskan waktu dengan belajar.     Shafa mengambil beberapa buku pelajaran umum yang dia tahu. Seperti pembelajaran tentang ilmu biologi, sains, fisika, bahasa. Tapi Shafa menemukan hal yang aneh. Buku bahasa yang di baca Shafa bukanlah BAHASA INDONESIA, melainkan BAHASA NISIA. Padahal untuk berbicara sehari hari, semua menggunakan bahasa INDONESIA. Ada apa ini sebenarnya, Shafa kembali membaca buku yang lain,  isinya sama dengan pengetahuan umum di sekolah.     Shafa mencari sebuah buku yang mungkin bisa untuk di jadikan petunjuk. Shafa menemukan buku Geografi. Biasanya geografi berisi pengetahuan tentang grafis bumi serta globe bumi. Pasti di dalam buku tersebut akan ada peta negara atau wilayah suatu tempat. Ternyata benar dugaan Shafa, dalam buku tersebut ada gambar peta. Kemudian Shafa membuka peta tersebut.     Kenapa gambar peta ini terbalik? Bukankah provinsi ini harusnya berada di sebelah kanan? Tapi di gambar ini di sebelah kiri. Juga nama serta letak kota seperti terbalik. Semua yang berada di sebelah kiri, di buku tersebut berada di sebelah kanan. Apakah ini dunia terbalik? Kayak nama sinetron dong! Lalu dunia apa ini sebenarnya?     Shafa masih saja mencari apa yang ingin di ketahuinya. Tanpa sengaja Shafa melihat sebuah buku berjudul PUTRI DAN CERMIN AJAIB. Shafa membaca buku tersebut, dan ia merasa bahwa dirinyalah yang berada di dalam buku itu. Seorang putri yang masuk ke dunia asing dan menikah dengan pangeran tampan namun sangat kejam. Secara garis besar cerita yang ada di dalam buku tersebut, sama persis dengan yang di alami Shafa. apakah ini dunia dongeng? Di dalam buku tersebut tertulis bahwa dunia tempat sang putri terdampar adalah dunia cermin. Shafa kemudian mencari sebuah cermin kecil untuk memastikan semua dugaannya.     Shafa bergegas menuju kamar dan mengambil bedak padat yang ada di meja riasnya. Kemudian segera kembali ke perpustakaan. Shafa membuka bedak tersebut, dan di arahkan cermin yang ada di tutup bedak. Ternyata benar dugaanya. Bahwa shafa sekarang berada di dunia cermin. Dunia yang serupa, namun berbeda. Seperti sbuah cermin yang memantulkan gambar sebuah benda. Nampak sama, tapi berbeda. Apa yang berada di sebelah kiri, akan berada di sebelah kanan saat berada di cermin. Tubuh Shafa terkulai lemas mendapati dirinya berada di dunia cermin.Kenyataan macam apa ini? takdir apa ini? entah, dosa apa yang telah Shafa perbuat di masa lalu, sehingga Shafa di hadapkan dengan takdir yang aneh ini?      Yang menjadi pertanyaan Shafa sekarang, Bagaimana Shafa bisa berada di dunia cermin? Lanta kenapa Shafa berada di sana? Kenapa harus Shafa yang terdampar di dunia itu? Bagaimana cara Shafa untuk kembali ke dunia nyata?  Pantas saja semua terasa aneh dan asing bagi Shafa. Bagaimana Shafa mencari penyebab dirinya disini?     Ingatan Shafa saat pertama kali berada di sana kembali berputar bak kaset rusak. Semua terjadi begitu saja, dan sekarang Shafa berada di dunia lain seorang diri. Bagaimana semua orang bisa tahu nama, tanggal ulang tahun, dan juga status Shafa yang yatim piatu waktu itu? Pasti ada Shafa yang lain (bayangan Shafa) di dunia itu. Tapi di mana bayangan Shafa berada?     Pertanyaan pertanyaan itu bermunculan di otak Shafa. Shafa kaget? Iya, Shafa bingung? Iya, Shafa sungguh tidak menduga bahwa dirinya akan berada di dunia lain. Sekarang apa yang harus di lakukan Shafa? Shafa sungguh tidak tahu harus berbuat apa. Shafa harus memcahkan misteri yang terjadi pada dirinya. Bagaimanapun Shafa bukanlah bagian dari dunia itu. Begitu banyak buku yang sudah Shafa baca hanya untuk mencari tahu cara kembali ke dunia nyata.     Shafa sudah mulai lelah, sudah terlalu banyak buku yang di bacanya. Namun Shafa belum menemukan titik terang. Bola mata Shafa seperti akan terlepas dari tengkoraknya. Shafa memutuskan akan istirahat terlebih dulu. Kepalanya sudah mulai pening melihat baerbagai huruf yang berjajar. Kini Shafa membaringkan tubuhnya di sofa yang berada di perpustakaan. Karena tubuh dan mata yang terasa amat  lelah begitu juga hatinya, tidak membutuhkan waktu lama untuk Shafa terlelap.     Shafa membuka mata ketika Shafa merasa ada yang mengguncang tempatnya terbaring.Shafa mengedarkan pandangan, dilihatnya sekarang Shafa berada di dalam kamar Adrian.     Siapa yang memindahkanku kemari? Bukannya tadi aku berada di perpustakaan? Shafa bermonolog sendiri. Dilihatnya ke luar balkon, ternyata hari sudah petang. Tidak terasa Shafa sudah tertidur cukup lama. Terdengar suara hendle pintu di putar dari luar. Terlihat Adrian memasuki kamar yang sudah mengganti pakaiannya. Adrian sudah mengenakan kaos oblong polos berwarna putih yang di padukan dengan celana jeans selutut. Membuat Adrian terlihat lebih muda dari umurnya. “Ad ,,, kamu sudah pulang?” Shafa bertanya sambil memandangi Adrian berjalan ke arahnya. “Seperti yang kamu lihat,” Adrian menjawab dengan santai dan duduk di pinggir ranjang. “Apakah kamu yang memindahkan aku ke sini?”  Shafa kembali bertanya. “Memangnya siapa lagi yang akan memindahkanmu ke kamar ini?” adrian balik bertanya “ Ya mungkin saja kamu menyuruh Rico untuk menggendongku.” Jawab Shafa asal “Aku akan mematahkan kaki pria itu jika berani menggendongmu.” Ucap Adrian penuh penekanan. Shafa tersenyum penuh kemenangan melihat Adrian mulai emosi. Shafa rasa Adrian sudah mulai menyukainya, meskipun Adrian tidak mau mengakui perasaannya. “udah, aku mau mandi terlebih dulu” Shafa melangkah menuju kamar mandi tanpa menghiraukan Adrian yang mulai emosi. “Lihat saja Shafa,,, beraninya kamu mempermainkan aku!!” teriak Adrian saat dirinya mulai menyadari ucapan Shafa telah memancing perasaanya. Shafa tertawa di dalam kamar mandi. “Katanya kamu tidak akan pernah mencintaiku Ad,,,tapi lihatlah, tanpa sadar kamu sudah menunjukkan perasaanmu padaku.” Ucap Shafa sendiri di dalam kamar mandi. Usai makan malam, Shafa serta Adrian ke dalam kamar mereka. Shafa sedikit takut jika dirinya jujur kepada Adrian. tapi ini harus di lakukan Shafa, agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. “Adrian ,,, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan kepadamu.” Adrian menautkan kedua alis. Shafa kemudian mengambil sesuatu yang berada di laci nakas. “ ini surat untukmu,,, maaf aku telah lancang mengambil surat ini.” ucap Shafa sambil menunduk dan memberikan sepucuk surat tersebut ke tangan Adrian. Adrian membulatkan bola matanya. Adrian terkejut dengan apa yang dilihatnya. Adrian tahu betul, ini adalah tulisan tangan Ardi kakaknya. “Dari mana kamu mendapatkan ini?” Adrian bertanya dengan sedikit membentak Shafa. “ Aku menemukannya di belakang foto yang ada di kamar sebelah di villa waktu.” Shafa berkata dengan jujur. “ kenapa baru memberikannya sekarang?” Adrian bertanya lagi dengan nada menuntut. “maaf,” hanya satu kata tersebut yang dapat di ucapkan Shafa. Adrian membuka lipatan kertas tersebut dan membacanya. Untuk adikku tersayang Ian,     Maaf, maafkan aku adikku. Hanya itu yang mampu aku ucapkan untukmu. Maaf, karena aku telah menyakitimu. Maaf, karena aku telah merebut semua perhatian dan kasih sayang mama dan ayah. Maaf, karena aku selalu membuatmu kesal dan merasa tersisihkan. Tahukah kamu? Aku juga merasa sakit melihat kamu tersakiti olehku sendiri. Kamu pasti sangat membenciku, maka bencilah aku sesukamu, bencilah aku hingga kamu tak akan pernah melupakanku.     Ian, maafkan aku. Disaat kamu membaca surat ini, mungkin aku sudah pergi jauh dan lama. Atau mungkin kamu tidak akan menemukan surat ini. jika waktu dapat terulang kembali, aku akan melakukan hal yang sama. Aku akan membuatmu membenciku. Aku hanya tidak ingin kamu bersedih terlalu lama.     Ian, hidupku tidak akan lama lagi. Dokter berkata kalau hidupku hanya satu tahun. Penyakit yang menggerogotiku dari dalam, membuat hidupku tidak lama lagi. Aku sengaja menyembunyikan semua ini darimu. Dan aku juga yang meminta ayah serta mama untuk lebih memperhatikanku dari pada dirimu. Aku juga melarang mereka memberi tahu kepada siapapun mengenai penyakitku.  Aku tidak ingin satu satunya adikku merasa bersedih dan menyalahkan diri sendiri atas kepergianku. Aku harap kamu akan menjaga ayah serta mama. aku titip mereka untuk kau jaga.     Terima kasih, karena sudah menjadi adikku. Terima kasih, telah menyayangiku sepenuh hati. Terima kasih sudah berbagi segala hal denganku sejak dalam kandungan mama. terima kasih Ian. Terima kasih atas semuanya. Aku akan selalu di hatimu Ian.  Salam sayang dari kakakmu Ardi.     Adrian seketika terduduk lemas setelah membaca surat dari Ardi tersebut. Adrian terdiam dengan tatapan kosong. Kenyataan ini membuat Adrian kaget dan juga shock. Shafa hanya mampu menangis melihat Adrian terdiam tidak bergerak sedikitpun. Shafa tahu kalau sebenarnya Adrian sangat terpukul. Di tambah lagi , Adrian tidak mampu melakukan permintaan Ardi untuk menjaga kedua orang tuanya. Shafa sangat tahu bagaimana perasaan Adrian saat ini.     Shafa tidak lagi menghiraukan rasa takutnya. Saat ini Shafa hanya ingin menguatkan Adrian yang sangat terpukul. Shafa mendekap kepala Adrian serta mengusapnya pelan seolah dapat menyalurkan kekuatan. “Menangislah jika ingin menangis. Menangislah sepuasmu agar beban di hatimu sedikit lebih lega. Janganlah menahan tangismu hanya karena kamu seorang pria. Ingatlah! Kita ini juga manusia, yang mempunyai hati dan perasaan. Hanya robot yang tidak bisa menangis, karena robot tidak memiliki perasaan. Wajar saja jika kamu menangis. Hanya saja jangan terlalu lama, karena masih ada hari esok untuk kita jalani.”     Akhirnya Adrian menumpahkan semua tangisnya sepanjang malam. Dengan sabar Shafa membiarkan Adrian menangis dengan bersandar di bahunya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD