FIRASAT BURUK

2188 Words
Pagi ini Adrian meliburkan diri dari segala urusan kantor, Adrian akan menenangkan diri terlebih dulu. Adrian butuh waktu dan ingin sendiri. Adrian enggan beranjak dari bawah selimut yang menghangatkan. Shafa merasa heran, biasanya jam segini Adrian sudah siap untuk ke kantor. Tapi hari ini Adrian masih saja bergemul di bawah selimut tebal tanpa menghiraukan Shafa yang berusaha membangunkannya. “Ad bangun,,, ini sudah siang. Apa kamu tidak pergi ke kantor?” Shafa mengguncang tubuh Adrian. “Tunggu lima menit lagi, mataku masih belum bisa terbuka.” Adrian menjawab dengan gumaman. Shafa menghentikan guncangan pada tubuh Adrian. kemudian Shafa meninggalkan Adrian ke dapur. Biarlah Adrian menikmati waktu sendiri. Adrian masih butuh waktu untuk menata hatinya. Mungkin hari ini Adrian akan kembali ke villa atau lebih tepatnya rumah lamanya. Adrian terbangun dari tidur lelapnya. Baru kali ini Adrian tertidur lelap tanpa ada bayang bayang Ardi. Mungkin karena kesalah pahaman antara keduanya sudah berakhir. Hari ini Adrian akan mencari tahu, penyakit apa yang sebenarnya di derita oleh Ardi sang kakak. Adrian bergegas untuk mandi kemudian sarapan. Adrian akan berangkat pagi pagi sekali. Di meja makan, Adrian memberi tahu kepada Shafa bahwa dirinya akan pergi ke villa seorang diri. “Sayang,,, hari ini aku akan pergi ke villa. Kamu jangan mencariku, mungkin aku akan menginap di sana.” Ujar Adrian “apakah aku tidak perlu ikut?” tanya Shafa, yang lebih tepat di katakan menawarkan diri untuk ikut. “Tidak perlu sayang ,,, aku hanya ingin sendiri. Ada suatu hal yang harus ku ketahui.” Adrian menjelaskan. “Baiklah Ad,,, jaga dirimu baik baik.” Ujar Shafa mengingatkan. Usai sarapan Adrian bersiap untuk berangkat. Tidak lupa Shafa menyiapkan bekal untuk Adrian agar dapat ia makan saat makan siang nanti. Mengingat di sana tidak ada ART. “Ad ,,, ini aku siapkan bekal untuk makan siang.” Shafa memberikan kotak makan siang yang berada di dalam paperbag. “Sayang ,, tidak perlu. Ini terlalu berlebihan.” Adrian menolak dengan halus “Jangan menolak Ad. Di sana tidak ada pelayan sama sekali. Apa kamu lupa?” ucap Shafa tidak ingin di bantah. “Baikla, berikan padaku .” Adrian meminta paperbag yang ada di tangan Shafa. “ Aku pergi dulu, jika kamu butuh sesuatu telefon saja Rico.” Pesan Adrian kepada Shafa. “Iya Ad ,, aku mengerti. Kamu hati hati di jalan.” Shafa meraih telapak tangan Adrian, kemudian mencium punggung tangan Adrian. ada desirran aneh yang di rasakan Adrian saat Shafa mencium punggung tangannya. Adrian sangat senang dengan cara Shafa memperlakukannya. Adrian masuk ke dalam mobil seorang diri. Karena Adrian ingin sendirian untuk kali ini saja. Adrian merasa bersalah kepada Ardi. Tanpa tahu kebenarannya ,Adrian menghakimi Ardi sendiri. Kini Adrian ingin meluruskan semuanya, serta mengunjungi makam saudaranya itu. Di sisi lain, Shafa merasakan hatinya was was. Sepertinya akan ada hal buruk yang akan terjadi. entah itu akan terjadi padanya, atau kepada Adrian. Shafa berusaha mengenyahkan segala pemikiran buruknya dengan bermain game. Di sana Shafa mungkin bisa membuang rasa was was yang dirasakannya sejak pagi. Shafa membawa beberapa roti untuk di makannya saat terasa lapar nanti. Shafa terlalu malas untuk bolak balik hanya untuk makan siang. Karena letak time zone yang lumayan jauh dari dapur. Shafa melangkahkan kaki menuju ruang olah raga. di sana Shafa mencari tempat khusus yoga dan memasuki pintu yang ada di sana. Shafa tidak dapat menggunakan lift khusus, karena hanya Adrian dan Ricolah yang memiliki kuasa atas lift tersebut. pada saat Shafa melintas di depan pintu lift, tidak sengaja Shafa melihat pintu lift terbuka. Sepertinya lift tersebut baru saja dalam masa perawatan. Terlihat sensor kornea untuk membuka pintu lift tersebut tidak berfungsi. Selagi ada kesempatan, Shafa segera masuk lift untuk menggunakan lift tersebut. Di dalam lift terdapat empat tombol. Tiga tombol bertuliskan angka 1 sampai 3 dan satu lagi brtuliskan huruf B. Mansion Adrian ada tiga lantai. Tapi Shafa tidak mengerti dengan lantai B tersebut. sebab lantai B menunjukan basemen tempat parkir mobil. Sedangkan tepat parkir mobil di mansion itu terdapat di samping mansion. Artinya berada di lantai satu. Shafa memencet tombol B tersebut, karena ingin tahu kemana arah lift itu berhenti. Tidak lama lift tersebut berhenti, pintu lift pun terbuka. Shafa keluar dari lift menuju lorong yang hanya satu arah saja. Lorong tersebut sangat gelap. Hanya ada lampu petromax sebagai penerang jalan di dalam lorong. Perlahan Shafa melangkah, Shafa takut kalau ada seseorang yang mejaga lift tersebut. tapi ternyata tidak ada siapa pun di sana. Shafa telah sampai pada sebuah pintu, kemudian Shafa membuka pintu tersebut serta masuk ke dalamnya. Shafa melihat ruang penjara bawah tanah. Ruang tersebut seperti ruang penjara yang pernah Shafa temui di bawah lantai gudang. Benar saja apa yang ada di fikiran Shafa. terdengar suara seseorang memanggil nama Shafa. “Non Shafa” ternyata suara itu adalah suara Dino. “Dino” Shafa mendekati penjara Dino. “Apakah kamu sudah makan?” Shafa bertanya lagi keepada Dino. “Sudah non, tuan Rico selalu memberi kami makan tapat waktu. Walaupun kami berada di sini.” Jelas Dino “Ini ambillah!” Shafa memberikan dua bungkus roti kepada Dino. “Terima kasih non” ucap Dino. Shafa hanya mengangguk. Kemudian Shafa juga memberikan roti kepada dua tahanan yang lain. Shafa tidak tega melihat mereka menatap roti yang Shafa bawa. Sepertinya jatah makan kedua tahanan tesebut hanya sedikit. Shafa memberi masing masing satu bungkus roti. Karena Shafa hanya membawa empat bungkus roti saja. “Terakhir aku kesini, bukankah hanya ada dua orang saja?” Shafa bertanya kepada Dino “Benar nona, yang di ujung sana merupakan tahanan baru.” Ucap Dino. Shafa menatap Dino seolah ingin tahu “Orang tersebut adalah orang yang berusaha menculik nona.”Dino menjelaskan. Berarti di sinilah tempat Adrian menghukum semua orang yang berani menyentuh keluarganya. Ucap Shafa dalam hati. “Kalau begitu anda adalah orang yang berusaha untuk mencelakai kakek bukan?” tanya Shafa kepada penghuni penjara sebelah Dino. Orang tersebut hanya mengangguk sebagai jawaban. “Kenapa anda sangat ingin mencelakai kakek? Apa salah kakek Adam kepada anda?” Shafa terus memberondong pertanyaan kepada pria tersebut. “eng ,,, eng ,,, eng ,,,” teriak pria tersebut. “Maaf nona, orang itu tidak memiliki lidah.” Shafa membulatkan bola mata tak percaya dengan ucapan Dino. “Tuan Rico telah memotong lidahnya nona.” Dino melanjutkan. Shafa membekap mulutnya dengan kedua tangan, Shafa sungguh terkejut. Shafa tidak menyangka Rico akan sekejam ini. Kemudian Shafa melangkah pada orang yang berusaha menculik dan melecehkannya. Dengan tubuh bergetar karena takut, Shafa mencoba memberanikan diri. Walaupun Shafa tidak dapat melihat wajah orang yang menculiknya waktu itu, tapi rasa takutnya muncul seketika saat berada dekat dengan penculiknya. Belaian menjijikan itu masih teringat dengan jelas . “Maaf tuan, sebenarnya apa masalah anda hingga ingin menculik saya?” “Sebenarnya anda tidak salah nona, tapi suami andalah penyebabnya. Suami anda telah menghancurkan usaha saya nona.” Ujar pria penculik itu. “Apakah benar semua karena suami saya? Apakah anda pernah berpikir, kenapa suami saya bisa bertindak demikian?” ujar Shafa dengan sedikit mengintimidasi. “it ,,, itu ,,,” “Itu karena salah tuan sendiri kan?”Shafa memotong ucapa pri tersebut. “Iya nona, karena saya telah melanggar kontrak” ucapnya “Bukankah anda juga sudah tahu kalau suami saya itu sangat perfeksionis? Lantas kenapa anda menyalahi aturan? Kalau sudah seperti ini anda menyalahkan suami saya. Padahal asal masalahnya ada pada diri anda. Se kejam kejamnya suami saya, dia tidak akan menyentuh orang yang tidak melakukan kesahan.” Ujar Shafa panjang lebar “ Lantas kenapa pemuda itu berada di sini?” sambil menunjuk ke arah Dino. “Itu karena suami saya cemburu kepadanya. Anda mengerti bukan, suami saya tidak akan membiarkan saya dekat dengan pria manapun. Karena baginya saya adalah permata.” Shafa sedikit berbohong untuk membungkam mulut pria itu. “Benarkah? Bagaimana kalau si pemilik permata yang celaka?” Shafa melebarkan bola matanya mencerna setiap kata yang di ucapkan pria tersebut. apakah ini artinya Adrian dalam bahaya? “Apa maksud anda?” Shafa berharap kalau Adrian akan baik baik saja. “bukankah sudah sangat jelas saya mengatakannya nona” ucap pria itu dengan tersenyum menang. Shafa bergegas keluar dari penjara tersebut dan segera mengejar Adrian sebelum sesuatu terjadi padanya. Shafa keluar melalui tangga yang menghubungkan dengan gudang. Karena pintu lift sudah tertutup, dan Shafa tidak bisa membukanya. Dengan cepat Shafa menaiki tangga, namun pintunya tertutup. Yang Shafa tahu ada tombol untuk membuka pintu tapi berada di dalam gudang. Shafa kemudian meraba dinding sebelahnya. Berharap menemukan tombol untuk menggeser lemari agar pintu terbuka. Akhirnya Shafa menemukan tombol yang di maksud. Kemudian terbukalah pintu keluar dari penjara. Shafa terus berlari menuju kamar dan menghubungi Rico. Me : Rico di mana kamu? Rico : saya ada di kantor nona. Anda memerlukan sesuatu? Me : Adrian dalam bahaya Rico, cepat bantu dia. Shafa menelfon sambil berlari mencari Reza. Rico : anda tahu dari mana jika tuan dalam bahaya? Me : kamu tidak perlu tahu, cepat tidak ada waktu. Shafa menutup sambungan telfon sepihak, “ Reza cepat bawa mobil, kita pergi ke villa sekarang!” ‘’Baik nona” Reza segera membukakan pintu mobil untuk Shafa, dan segera berangkat ke tempat tujuan.Reza melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Berharap akan segera berjumpa dengan Adrian. Tak lama, Shafa akhirnya melihat Adrian di ATM. Shafa meminta Reza berhenti, dan segera keluar dari mobil. Shafa berlari dengan cepat saat Shafa melihat ada sebuah motor yang melaju sangat kencang ke arah Adrian. Shafa mendorong tubuh Adrian ke arah trotoar jalan dan menggantikan posisi Adrian sehingga Shafa yang di tabrak motor tesebut. Karena motor melaju sangat kencang, Shafa terpental sejauh lima meter ke tengah jalan raya. Tubuh Shafa yang terlempar ke tengah jalan, tertabrak lagi oleh sebuah mobil berlawanan arah yang saat itu melintas. Adrian tercengang dengan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Padahal Adrian mulai murka ketika seseorang mendorongnya. Tapi apa yang dia lihat sekarang?sungguh kejadian yang tidak pernah Adrian duga. Ini kali pertama ada orang yang mau mempertaruhkan nyawa demi dirinya. Adrian berlari menuju tubuh Shafa yang tergeletak dengan bersimbah darah saat mobil tersebut berhenti. Banyak orang berkumpul mengelilingi Shafa serta Adrian. “Shafa bangun Shafa!!” Adrian memangku tubuh Shafa yang penuh darah. “Ad kamu tidak apa kan?” ucap Shafa di tengah kesadaran yang mulai hilang. “Shafa cepat bangun!!” Adrian berusaha membuat Shafa tetap sadar. Adrian sangat takut terjadi sesuatu kepada Shafa. Adrian segera membopong tubuh lemas Shafa ke dalam mobil yang sudah ada Reza di dalamnya untuk membwawa Shafa ke rumah sakit terdekar. “Shafa ayo bangun Shafa!!! kamu jangan membuatku takut sayang..” Adrian berbicara sendiri, tetap berusaha membuat Shafa sadar. Lima menit perjalanan, kini mobil Adrian berhenti di sebuah rumah sakit.Adrian keluar dari dalam mobil dan membopong tubuh Shafa ke UGD. Para perawat langsung membawa brankar ke arah Adrian. kemudian segera membawa Shafa masuk untuk pemeriksaan. Lima belas menit berlalu. Dokter yang menangani Shafa keluar. “keluarga nona Shafa” “Saya suaminya dok.” “Silahkan anda ikut dengan saya.” Adrian mengikuti di belakang. Dokter tersebut membawa Adrian ke ruangannya. “begini tuan, ada benturan yang keras pada kepala nona. Dan itu menyebabkan gangguan pada syaraf otaknya. Pada bagian itu ada darah yang membeku di dalamnya. Darah beku inilah yang dapat mengganggu Syaraf otak nona Shafa. Kita harus mengeluarkan darah tersebut dengan operasi. Tapi,,” dokter sedikit ragu untuk melanjutkan kalimatnya. “Tapi apa dokter?” “Tapi kemungkinan nona Shafa akan mengalami kelumpuhan, dan bahkan amnesia. Kami perlu izin tuan untuk melakukan operasi.” Ucap dokter panjang lebar. “Baiklah dokter, asalkan istri saya selamat” ucap Adrian pasrah. “Tolong anda tanda tangan ini.” Dokter memberikan surat izin operasi Shafa kepada Adrian. Adrian segera menanda tangani surat izin tersebut, agar Shafa segera mendapat penanganan yang tepat. Para perawat segera menyiapkan meja operasi. Dokter segera membawa Shafa ke ruang operasi. Empat jam telah berlalu, tapi lampu di ruang operasi masih menyala. Tandanya bahwa operasi masih belum selesai. Adrian kini sudah berganti baju dengan baju yang di bawakan oleh Rico.Kakek sudah sampai rumah sakit sejak dua jam yang lalu. Mereka duduk dengan tenang di kursi tunggu. Adam mengetahui kecelakaan ini dari salah satu anak buahnya. Dari arah luar tedengar suara mami Rina yang mengkhawatirkan keadaan Shafa. “Bagaimana dengan keadaan Shafa tuan?” mami Rina bertanya kepada Adam yang sudah berada di sana. “Masih dalam operasi nyonya. Bagaimana nyonya bisa tahu mengenai musibah yang di alami oleh cucuku?” Adam bertanya. “Willy yang memberi tahu saya tuan. Beberapa hari ini Willy menempatkan salah satu orangnya untuk menjaga Shafa anakku.”ucap mami Rina. “maaf nyonya, sejak kapan cucu saya menjadi anak nyonya?” Adam bertanya, pasalnya Adam sama sekali tidak mendapat laporan mengenai hal ini. “Sejak dua hari yang lalu tuan, Shafa juga sudah menyetujuinya.” Terang mami Rina. Mami Rina terus saja mondar mandir di depan ruang operasi. Berharap Shafa akan baik baik saja. Lain halnya dengan Adrian. pria tampan itu duduk terdiam dengan pandangan kosong. Adrian belum sempat mengunjungi makam Ardi, malah sekarang di hadapkan dengan kecelakaan Shafa. bukan Shafa, harusnya kecelakaan tersebut terjadi padanya.Harusnya dirinyalah yang berada di ruang operasi saat ini, bukan Shafa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD