KEHANGATAN KELUARGA WILIAM

2213 Words
    Shafa serta  Adrian telah sampai di tujuan. Yaitu di kediaman keluarga Wiliam. Kedatangan Shafa dan Adrian di sambut oleh seluruh anggota keluarga Wiliam dengan ramah. Shafa merasa seperti pulang ke panti. Keramahan seluruh keluarga Wiliam mengingatkan Shafa dengan keluarganya di panti. Seorang wanita paruh baya tersenyum dengan lebar kala melihat kedatangan Shafa. “Selamat datang di kediaman kami nak,” Wanita tersebut mendekat ke arah Shafa kemudian memeluk Shafa dengan penuh kasih sayang. Seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Shafa terdiam mematung di perlakukan seperti itu. Hatinya tersentuh akan kelembutan wanita paruh baya itu. “ Ayo kita masuk sekarang,, tidak baik terlalu lama di luar.” Wanita tersebut menggiring Shafa masuk ke dalam rumah megah keluarga Wiliam tanpa menghiraukan Adrian yang sedari tadi berada di samping Shafa. Semua anggota keluarga Wiliam sudah mengira akan seperti ini. “Mami,, masak yang di ajak masuk hanya Shafa saja? Lihat suami Shafa, dia juga tamu di sini.”Ucap Willy sambil memandang ke arah Adrian. “ah,, mami lupa. Saking senengnya mami bertemu dengan gadis secantik nak Shafa.” Ucap mami Willy sedikit malu. “Maafkan kelakuan mami Willy tuan Adrian. maklumlah ini karena kami terlalu merindukan putri bungsu kami.” Jelas tuan Wiliam “Tak apa tuan, saya bisa mengerti.” Adrian memaklumi kelakuan nyonya Wiliam. “Mari kita masuk ke dalam.” Ajak Willy kepada Adrian sambil menepuk bahu Adrian.     Mereka memasuki rumah megah bernuansa putih milik Keluarga Wiliam. Sebelum mereka memulai makan malam, tuanWiliam terlebih dulu memperkenalkan seluruh anggota keluarganya. Karena saat pesta ulang tahun perusahaan, tuan Wiliam belum memperkenalkan seluruh keluarganya kepada Adrian. karena saat itu Adrian serta Shafa sudah lebih dulu meninggalkan pesta. “Tuan Adrian perkenalkan dia putra putra keduaku, Namanya Wildan.” Tuan wiliam memperkanalkan putra keduanya. “Adrian “ adrian mengulurkan tangannya untuk berkenalan. “Wildan” Wildan menyambut uluran tangan Adrian. kemudian beralih pada Shafa . “Shafa” Shafa membalas uluran tangan Wildan. Kali ini berjabat tangan hanya sekilas saja. Tidak seperti berjabat tangan dengan Willy saat di pesta. “Dan wanita cantik ini adalah Rina istriku, ibu dari anak anakku.” Tuan Wiliam memperkanalkan nyonya wiliam dengan bangga serta dengan tatapan memuja. “Adrian” “Maafkan kelakuan saya yang barusan tuan Adrian” “Tidak masalah nyonya. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih banyak karena beberapa waktu lalu tuan Willy bersedia menolong istri saya.” Adrian menimpali serta menyampaikan maksud kedatangannya. “Sama sama tuan Adrian. saya senang bisa membantu anda.”Willy menyahut perkataan Adrian. “Shafa nyonya.” Shafa memperkenalkan diri. nyonya Wiliam geleng kepala tanda tidak suka di panggil nyonya oleh Shafa. “Mami, panggil saya mami sayang,” nyonya Wiliam langsung menyahut. Shafa menoleh ke semua orang, seakan bertanya ‘apakah boleh’. Semua orang mengangguk pelan. Sebagai isyarat Shafa harus memanggil nyonya Wilian dengan ‘Mami’. “Mami” Shafa mencoba memanggil nyonya Wiliam. Nyonya Wiliam seketika memeluk Shafa erat. Shafa merasa terharu di perlakukan seperti seorang anak. “Mulai sekarang, kamu adalah anak mami. Mengerti?” Kata nyonya Wiliam tidak ingin di bantah. Adrian membulatkan bola mata mendengar pernyataan Nyonya Wiliam tersebut. “Tidak nyonya. Shafa istri saya. Ia tidak boleh menjadi mennatu keluarga ini.” Adrian berucap begitu saja. Tanpa sadar apa yang telah di ucapkan. Kalimat tersebut keluar dari mulutnya secara spontan. “ha ha ha” ucapan Adrian yang spontan itu mengundang gelak tawa semua orang termasuk Shafa. “Apakah perkataanku salah? kenapa semua tertawa?” Adrian bingung melihat semua orang tertawa. Apa yang sebenarnya telah aku katakan sehingga membuat mereka tertawa.Adrian bertanya dalam hati. “Menjadi anak kami, bukan berarti harus menjadi menantu kami nak.” Tuan Wiliam menjelaskan kepada Adrian. Adrian merasa malu, ia menggaruk tengkuk kepala yang tidak gatal. Dasar mulut ember, bisa bisanya aku mengatakan kalau Shafa akan menjadi menantu keluarga ini. Adrian memaki dirinya sendiri.  “Sudahlah nak, saya sangat mengerti dengan perasaanmu. Tidak perlu khawatir, kami tidak bermaksud menjadikan Shafa sebagai menantu.” Ucap tuan Wiliam menenangkan Adrian. Kini hilang sudah pamor kejam yang selama ini Adrian sandang gara gara ucapannya sendiri. Bahkan sekarang Adrian malah terkesan menjadi bucin. “Baiklah sekarang mari kita makan malam, sebelum makanannya menjadi dingin. Nanti kita lanjutkan kembali berbincangnya.” Nyonya Wiliam mengajak semuanya untuk makan malam terlebih dulu.       Mereka langsung masuk keruang makan. Nyonya Wiliam mempersilahkan Shafa serta Adrian untuk duduk di salah satu kursi. Banyak sekali jenis makanan yang tersaji di meja. Padahal yang ikut serta makan malam hanya enam orang saja.     Tuan Wiliam duduk di kursi paling ujung, nyonya Wilian duduk di sebelah kanan tuan Wiliam. Di sebelah kiri tuan Wiliam ada Willy serta wildan. Shafa mengambil kursi yang bersebelahan dengan nyonya Wiliam dan berhadapan dengan Wildan. Sedangkan Adrian mengikuti Shafa di sebelahnya.     Nyonya Wiliam mengambilkan piring dan nasi beserta lauk untuk tuan Wiliam. Begitupun dengan Shafa, ia mengambilkan makan untuk Adrian.kemudian Shafa mengambil untuk dirinya sendiri, namun di tahan oleh nyonya Wiliam. “Biar mami ambilkan ya?” Shafa hanya mengangguk, tidak bisa menolak tawaran nyonya Wiliam. Jujur, Shafa sangat senang dengan perlakuan nyonya Wiliam. Shafa benar benar seperti memiliki keluarga yang utuh. Shafa merasa kalau dirinya bukan anak yatim piatu. Tanpa sadar air mata Shafa menetes. “Sayang kenapa kamu menangis?” pertanyaan nyonya Wiliam membuat semua orang memusatkan perhatian kepada Shafa. “Tidak apa mi. Shafa hanya merasa sangat bahagia.” Shafa berkata jujur meski sedikit canggung dan kaku memanggil nyonya Wiliam dengan kata mami, karena masih belum terbiasa. Nyonya Wiliam mendekap Shafa, seakan tahu apa di rasakan oleh Shafa. “Sudah jangan nangis lagi ya,,,! Sekarang mami akan menjadi ibu kamu. Kita sekarang adalah keluarga.” Shafa mengangguk di dalam pelukan nyonya Wiliam.Nyonya Wiliam mencoba membuat Shafa lebih tenang. Rina atau nyonya Wiliam sudah mengetahui asal usul Shafa yang merupakan gadis yatim piatu. Selain itu, Shafa seperti bayangan Rhea. Rhea adalah putri bungsu keluarga Wiliam yang sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Sebab itulah Rina sangat menyayangi Shafa. Adrian merasa tersindir dengan perlakuan Rina kepada Shafa. pasalnya selama ini Adrian tidak memperlakukan Shafa dengan baik. “Sayang udahan ya pelukannya. Sekarang kita makan dulu. Aku sudah sangat lapar.” Tuan Wiliam menyudahi acara pelukan Shafa dengan istrinya agar tidak terlarut dengan kesedihan. Kini semua mulai makan makanan yang ada di meja makan. Sambil berbincang ringan untk mengalihkan perhatian Shafa. “Shafa saya dengar cafe kamu selalu ramai pengunjung. Pasti makanannya enak!” ucap tuan Wilian sekedar basabasi. “Alhamdulillah tuan. Saya sendiri juga tidak menyangka akan seramai ini,” Shafa menjawab dengan sopan “jangan panggil tuan, panggil saja papi.” Kata Rina dan wiliam bersamaan, membuat semua tersenyum dengan kekompakan sepasang suami istri tersebut. “Kompak banget sih romi dan yuli senior ini,,!” Willy menggoda kedua orang tuanya. “Apaan sih kamu wil,,, udah jangan goda mamimu terus. Lihat wajah mamimu sudah merah karena malu.” Ucap tuan wiliam. Shafa tersenyum melihat kedekatan orang tua dan anak di depannya ini. Adrian dan Shafa merasa iri dengan kehangatan keluarga Wiliam. Shafa berharap, kelak ia akan membangun rumah tangga yang harmonis dan hangat seperti ini. untuk sekarang Shafa akan terus berjuang menaklukan Adrian.     Makan malam berjalan dengan begitu hangat dengan obrolan ringan untuk mencairkan suasana. Kini Shafa sedang berbincang dengan wilian dan juga Rina. “Mi kenapa mami memperlakukan Shafa seperti anak mami sendiri? Padahal Shafa ini seorang yatim piatu. Dan Shafa juga tidak mempunyai apa apa.” Shafa bertanya, karena selama ini ,ia tidak pernah di perlakukan dengan baik oleh orang lain. Kebanyakan orang akan merendahkan Shafa karena status sosialnya.      Rina tersenyum mendengar pertanyaan Shafa.kemudian Rina mengambil sebuah foto dan di tunjukkan kepada Shafa. foto seorang gadis mungil yang mengerucutkan bibinya, sungguh menggemaskan. “Dia namanya Rhea, putri bungsu kami. Rhea meninggal 4 tahun yang lalu karena sakit jantung bawaan. Rhea kami sangat imut dan selalu ceria. Ia tidak pernah mengeluh akan sakitnya. Saat pertama kali mami melihatmu di pesta, mami merasa anak mami telah kembali ke sini. Mami tahu, mami egois telah menyamakan kamu dengan Rhea. Mami minta maaf, tapi maukah kamu menjadi anak mami?” Rina menceritakan dengan air mata yang mengalir. Shafa mengangguk setuju dengan permintaan mami. Wiliam pun juga merasa senang dan tidak keberatan dengan permintaan mami.     Beda halnya dengan Adrian yang berbincang dengan Willy di tepi kolam belakang rumah sambil menikmati secangkir kopi. “Mulai sekarang, kamu akan selalu dalam pengawasanku.” Tegas Willy “Lakukan sesukamu,,”Adrian tersenyum meremehkan. “Baiklah kalau begitu, jangan sampai kamu menyesal dengan perkataanmu barusan.” Willy memperingatkan. “Apa maksudmu?” Adrian tidak mengerti. “Jangan pura pura bodoh kamu. Aku harap kamu benar benar menjaga Shafa dengan baik. Kalau tidak, jangan salahkan aku jika Shafa benar benar menjadi menantu keluarga ini.” Willy tersenyum menang. Adrian mengepalkan kedua tangan menahan emosi. “Itu tidak akan pernah terjadi.” Jawab Adrian “Semua tergantung bagaimana kamu menjaganya.” Willy menegaskan kepada Adrian. Adrian berlalu meninggalkan Willy sendirian di tepi kolam. Adrian menghampiri Shafa yang masih berbincang dengan Rina serta wiliam. “Mari kita pulang sekarang!” ajak Adrian berada di depan Shafa. “Ada apa Ad? Ada sesuatu yang terjadi?” Shafa bertanya, karena Adrian mengajak pulang secara tiba tiba. Adrian tidak menghiraukan pertanyaan Shafa dan beralih pada tuan serta nyonya Wiliam di sana. “Tuan, nyonya, terima kasih atas undangan makam malam anda. Dan saya berterima kasihkarena anda menerima istri saya dengan sangat baik. Kami mohon diri untuk segera kembali. Karena ada sesuatu yang harus saya selesaikan.” Bohong Adrian. “Baiklah jika memang anda masih ada urusan. Saya sangat mengerti dengan kesibukan anda.” Ucap tuan Wiliam. “Mi, pi, Shafa mohom pamit.” “Baiklah nak, hati hati. Sering seringlah main kesini.” Ucap nyonya Wiliam sambil memeluk Shafa, seakan tidak rela Shafa kembali. “Sampai jumpa tuan, nyonya” pamit Adrian.     Dengan langkah lebar dan cepat Adrian meninggalkan kediaman keluarga Wiliam. Tanpa peduli Shafa yang masih tertinggal di belakang. Adrian segera memasuki mobil yang sudah siap di pelataran rumah. Shafa yang jatuh bangun karena tidak terbiasa menggunakan high heels, tidak menghiraukan pergelangan kakinya yang kesleo. Shafa tetap melangkah ke depan menyusul Adrian. “Kenapa kamu lambat sekali, apa kamu sengaja ingin berlama lama di sini?” ujar Adrian dengan sedikit ketus. Saat keduanya sudah masuk ke dalam mobil. “Apa maksudmu Ad?” Shafa tidak mengerti kenapa Adrian tiba tiba berubah emosi seperti ini.  apa yang memicu emosi Adrian. apakah karena Willy? Shafa mencoba mengingat apa saja yang telah dibicarakan oleh Adrian dan willy.namun Shafa tidak menemukan hal yang di maksud. “Kamu senang bukan berada di sana? Bahkan kamu merasa sangat nyaman saat berada di sana.” Adrian bertanya dengan sarkas. “Apakah kamu cemburu?” Shafa asal bicara saja, sebab marahnya Adrian seperti seorang yang sedang cemburu dan takut kekasihnya di ambil orang lain. “Cemburu? Siapa bilang aku cemburu? Aku sama sekali tidak cemburu. Bahkan aku sama sekali tidak mencintaimu. Untuk apa aku cemburu? Aku bersikap lembut padamu hanya untuk menjauhkan kakek dari bahaya. Agar para musuhku mengira kamu yang paling berarti untukku. Kamu terlalu naif, mengira bahwa aku sudah mencintaimu. Heh,, Mimpi saja sana,,,! Sampai kapan pun aku tidak akan mencintaimu.” Adrian meluapkan semua emosinya kepada Shafa.     Tak terasa pipi mulus Shafa sudah basah karena air mata. memang Shafa sudah mengetahui tujuan Adrian bersikap lembut padanya. Tapi rasanya sangat sakit saat Adrian sendiri dengan sengaja mengatakan dengan jujur. Shafa tidak mampu untuk berkata kata. Kenapa setiap kali aku merasakan kebahagiaan, akan selalu ada hal yang menyakitkan setelahnya. Shafa terdiam dan menunduk, enggan untuk melihat ke arah Adrian. “Tetaplah bersikap seperti biasanya. Aku akan tetap bersikap lembut kepadamu, tapi kamu harus memastikan tidak akan ada yang tahu kalau kita hanya pura pura saja. Aku tidak ingin kakek dalam bahaya.” Adrian mengatakan dengan santai serta tidak merasa bersalah kepada Shafa. “Baiklah, jika itu maumu.” Shafa menjawab dengan nada datar. Kini Shafa sudah mulai bisa menguasai perasaannya. Beruntunglah Rico yang menemani Adrian serta Shafa. sehingga tidak ada yang tahu akan sandiwara yang mereka mainkan. Mulai saat ini, Shafa akan belajar menjadi seorang aktris profesional. “Tuan, nona kita sudah sampai.” Ucap Rico yang memecahkan ketegangan di antara mereka berdua. “ayo cepat keluar!” titah Adrian. “Bukankah kamu ingin kita bersandiwara selayaknya pasangan? Maka, bukakan pintu mobil untukku!” Shafa benar benar memanfaatkan Adrian yang akan bersikap lembut di hadapan semua orang. Dengan mendengus kesal, Adrian terpaksa memutari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Shafa. Rico tertawa dalam diam. Rico sangat mengerti dengan cara balas dendam Shafa ini. Kena kamu Ad, rasakan pembalasanku dasar iblis kerak panci!! Ucap Shafa dalam hati. Kini Shafa memiliki jurus ampuh untuk membuat Adrian tak berkutik, serta keadaan pun berbalik pada Adrian. “Mari sayang, kita masuk ke dalam” ujar Adrian dengan sedikit jengkel.     Mereka berdua memasuki mansion dengan bergandengan tangan. Terlihat amat mesra seperti pasangan pengantin baru pada umumnya. “Jaga batasanmu Shafa!” ucap Adrian dengan berbisik pelan di telinga Shafa. “Memangnya apa batasanku sebagai seorang istri Ad?” Shafa balik bertanya dengan suara tak kalah pelan. Adrian tidak mampu menjawab pertanyaan Shafa. jika dulu ia akan langsung murka dengan pertanyaan tersebut, maka tidak untuk sekarang. Adrian harus berhati hati, karena masih banyak musuh Adrian di luar sana. Tidak menutup kemungkinan, salah satu pengawal di mansion merupakan seorang penyusup.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD