SRIGALA BERBULU DOMBA

2060 Words
Adrian dan mami Rina masih setia berada di rumah sakit. Adrian merasa kalau dirinya harus siaga selama dua puluh empat jam non stop karena rasa bersalahnya kepada Shafa. Shafa sendiri masih sangat shock akan keadaan dirinya saat ini. entah siapa yang harus di salahkan, Shafa tidak mengerti. memang benar, dirinya lah yang mendorong tubuh Adrian waktu itu. itu semua ia lakukan karena merasa harus menyelamatkan Adrian dari bahaya. tapi setelah tahu keadaanya seperti ini, ada sedikit rasa sesal yang muncul di dalam hati. Shafa merasa bahwa dirinya tidak berguna, dan hanya bisa merepotkan orang lain saja. di saat hatinya di penuhi dengan amarah dan rasa benci, ia akan mengadu kepada sang pencipta. hanya itulah obat paling ampuh untuk dirinya. Shafa melihat mami Rina yang dengan setia menunggui Shafa sambil duduk di atas sofa. sedang di sofa paling ujung ada Adrian yang masih siaga di sana. “ Mami bisa bantu Shafa?” tanya Shafa kepada mami Rina yang asyik memainkan ponsel miliknya. “Iya sayang, kamu ingin apa?” ucap mami Rina lembut serta meletakkan ponselnya di atas meja. “Bawa aku ke kamar mandi mi.” Pinta Shafa. Adrian dengan cekatan mengangkat tubuh Shafa dan membantu Shafa duduk di kursi roda, serta cairan infus di gantung pada tiang yang ada di kursi roda. “Ad ,,, kamu tunggu saja di sini. Biarkan aku ke dalam bersama mami.” Ucap Shafa kepada Adrian. mungkin Shafa masih belum terbiasa dengan bantuan yang Adrian berikan. Mami Rina mambawa Shafa ke kamar mandi sedangkan Adrian menunggu di sofa yang berada di sana. ruangan yang di tempati Shafa merupakan ruang VIP. Dimana setiap satu kamar hanya berisikan satu orang pasien. Di kamar tersebut, memiliki fasilitas yang lengkap. Ada televisi, sofa dan kamar mandi yang berada di dalam ruangan. Shafa telah keluar dari kamar mandi, dan adrian berinisiatif untuk membantu Shafa kembali ke atas ranjang. Namun, ketika Adrian hendak menyentuh tubuh Shafa. Shafa menolak. “Jangan sentuh aku Ad ,,,!!” Shafa melarang Adrian yang akan menggendong Shafa. “Tapi kenapa? Aku hanya ingin membantumu kembali ke atas ranjang.” Ucap Adrian tidak terima Shafa menolak bantuannya. “Maaf Ad ,, aku sudah wudhu. Kita di larang untuk bersentuhan” Shafa menjawab dengan nada datar. Adrian mengernyit, dalam sekejap dia mulai faham dengan perkataan Shafa. kemudian Adrian bergegas mengambil mukenah untuk Shafa. “ini kain putihmu. Aku sudah menyiapkan keperluanmu. Tapi bagaimana kamu akan beribadah dengan kondisimu yang seperti itu?” Shafa diam tidak menjawab pertanyaan Adrian. kemudian mami Rina membantu Shafa mengenakan mukenah. “Bisakah kalian keluar sebentar?” Shafa mengusir keduanya secara terang terangan. Adrian yang mengerti Shafa membutuhkan privasi dengan tuhannya, mengajak mami Rina untuk menunggu di luar ruangan.Shafa kemudian beribadah setelah adrian serta mami Rina keluar ruangan. Di luar ruangan, terasa ponsel Adrian bergetar, tanda ada pesan masuk. Adrian segera pergi dari rumah sakit setalah membaca pesan tersebut. “Nyonya saya titip Shafa sebentar, ada hal yang harus saya kerjakan.” Mami Rina mengangguk . “Pergilah nak ,,, Shafa akan aman di bersamaku.” Ucap mami Rina. “Terima kasih nyonya.” Kemudian Adrian segera pergi meninggalkan rumah sakit. Adrian melajukan mobil dengan kecepatan penuh menuju kantor, karena Rico berada di kantor. Sesampai Adrian di basemen kantor, terlihat Rico sudah menunggu di depan pintu lift. Rico segera menghampiri mobil Adrian saat mengetahui Adrian sudah sampai. “Mari kita tinggalkan tempat ini dulu tuan.” Ucap Rico. Meski Adrian tidak begitu mengerti kenapa Rico mengajaknya untuk pergi dari gedung perusahaanya. Tanpa protes, Adrian melajukan mobil ke suatu tempat. Namun, di tengah perjalanan, Rico meminta agar dirinya yang mengendarai mobil tersebut. “Tuan biarkan saya yang menyetir mobil.”pinta Rico. “Baiklah, aku juga merasa capek.” Adrian menghentikan mobilnya sejenak di pinggir jalan. Adrian dan Rico kini sudah bertukar posisi. Rico melajukan mobil ke suatu tempat yang tidak di ketahui Adrian. “kemana kita akan pergi Rico?” tanya Adrian karena tidak tahu kemana Rico akan membawanya. Adrian semakin tidak mengerti dengan jalan pikiran Rico. “Kita akan ke markas tuan.”Jawab Rico. Tidak lama kemudian, Rico dan Adrian telah sampai di sebuah ruko kecil yang sederhana. Tapi siapa yang tahu kalau di bawah ruko tersebut ada sebuah bangunan yang cukup luas. Disinilah markas Rico yang sebenarnya. Mereka berdua memasuki markas melalui pintu rahasia di bawah tangga ruko.di dalam markas, Rico memberi info kepada Adrian tentang siapa itu Joni, dan kenapa Pria itu nekat ingin membunuh Adrian. Rico memberikan beberapa berkas yang ia ambil dari dalam brankas di sana. Adrian membaca semua berkas tersebut. “Kurang ajar ,,, berani beraninya dia membodohiku.” Rahang Adrian mmengeras setelah membaca berkas dari Rico. “Apa mereka mengetahui pergerakanmu?” tanya Adrian. “tidak tuan, itu sebabnya anda saya bawa kemari. Untung saja saya menemukan alat pelacak di dalam mobil saya. Sehingga mereka tidak tahu apa yang saya lakukan.” “dimana alat pelacak itu?” “masih tetap berada di dalam mobil tuan.” “lalu bagaimana caramu bergerak?” Adrian bingung, bagaimana Rico bergerak jika pergerakannya selalu di lacak. “Saya bertukar mobil dengan dia tuan” Rico menunjuk pada seseorang yang tengah duduk di pojok ruangan. “Dia yang menggunakan mobil saya untuk berangkat dan pulang dari kantor. Sebagai gantinya saya menggunakan mobil buntutnya untuk mencari bukti.” Ucap Rico melanjutkan kalimatnya. Dan kemudian munculah seorang pemuda yang Adrian tahu bernama Dino. Pemuda yang berada di dalam tahanan mansion. Karena pencahayaan yang minim, membuat jarak pandang di dalam markas terbatas. “Bukankah dia,,” Adrian terkejut saat melihat siapa orang yang bersedia menjadi orangnya. “Benar tuan, dia Dino orang yang dulu menguntit nona Shafa.” Rico memotong kalimat Adrian yang belum selesai. “Salam kenal tuan, senang bertemu dengan anda.” Ucap Dino sambil membungkukkan badan sebagai tanda hormat. “Bagaimana bisa kamu yakin dia dapat di percaya?” ucap Adrian yang meragukan Dino. “Saya sangat yakin tuan.” Ujar Rico dengan mantap dan tegas. “Saya memang sengaja menempatkan Dino di penjara bawah tanah untuk mengetahui semua rencana musuh yang sudah tertangkap.” Ucap Rico menjelaskan. “jadi semua informasi dia yang mengumpulkan?” Adrian kembali bertanya seolah tidak percaya. “benar tuan.” Rico membenarkan apa yang di ucapakan Adrian. “sejak kapan?” Adrian bertanya, pasalnya Adrian tidak tahu mengenai Dino. “Sejak tuan besar menjadi target mereka tuan.” Rico menjelaskan. “Pantas saja, aku merasa aneh dengan Willy waktu itu. Kenapa Willy dengan mudahnya menyelamatkan Shafa di waktu yang tepat. Ternyata ini semua sudah di rencanakan dengan matang. Mereka ingin memanfaatkan kepolosan Shafa untuk mendapatkan kepercayaan dariku serta Shafa. kemudian membalas dendam. Jadi semua kebaikan dan perhatian mereka hanya bohong belaka.” Adrian tersenyum sinis. Hampir saja dirinya termakan oleh kebaikan keluarga Wiliam. “Kenapa kamu menerima tawaran Rico? Bukankah ini terlalu berbahaya untukmu?” Adrian kembali bertanya apa alasan Dino menjadi salah satu orangnya. “ Karena saya ingin berterima kasih kepada nona Shafa tuan. selain itu, non Shafa sudah seperti saudari saya tuan,”Adrian tidak mengerti dengan apa yang di katakan oleh Dino. “Berterima kasih untuk apa?” pasalnya Adrian tidak mengetahui bahwa Shafa telah melakukan sesuatu. “Karena nona Shafa bersedia menjadi donatur tetap di panti tempat saya tumbuh tuan. Dan nona juga membiayai sekolah semua adik adik saya di panti.” Jujur Dino kepada Adrian. sontak Adrian melebarkan matanya, ia terkejut dengan pernyataan Dino. “Lantas bagaimana dengan Shafa? kenapa mereka menargetkan Shafa? tidak mungkin mereka menargetkan Shafa jika tidak ada yang mereka incar darinya.” Adrian nampak berpikir dan mengalihkan rasa terkejutnya di depan Rico dan Dino.. “Untuk yang satu itu saya masih belum tahu pasti tuan, tapi sepertinya ada satu dendam yang di tujukan kepada nona Shafa.” sahut Dino. Adrian seketika menoleh saat nama Shafa di sebut, “Dendam apa yang kamu maksud.?” Adrian tidak mengerti dengan ucapan Dino. ada hubungan apa sebenarnya keluarga Wiliam dengam Shafa. “Saya masih belum tahu pasti tuan. yang saya tahu, nona Shafa akan menjadi urusan nyonya Rina. Sedangkan untuk menghancurkan Hutama Group, itu menjadi urusan Willy dan ayahnya.” Dino menjelaskan. “Jadi ini alasan mereka ingin menghancurkanku?! Hanya karena aku mengambil alih anak cabang yang di pimpin Joni itu. Baiklah mari kita segera bereskan tikus pengerat itu.” Ucap Adrian dengan tangan yang sudah mengepal erat. “Tidak tuan, kita masih belum bisa melakukan itu. Ingatlah! nona Shafa masih mempercayai mereka tuan. Itu akan sanagat berbahaya bagi nyawa nona Shafa. yang harus kita lakukan sementara ini adalah mengikuti arus sandiwara mereka. Dan membuka kedok mereka di depan nona Shafa.” Rico memberikan saran. Benar apa yang Rico katakan, Adrian harus bertindak dengan perlahan dan transparan. Nyawa Shafa berada di tangan Adrian saat ini. Tapi yang menjadi pertanyaan Adrian adalah kenapa nyonya Rina masih bersikap peduli kepada Shafa? padahal secara tidak langsung dendam nyonya Rina kepada Shafa terbalas. Apakah hanya untuk melancarkan Sandiwara keluarga Wiliam semata? Ataukah masih ada hal lain yang di inginkan nyonya Rina? Semua pertanyaan ini, harus segera terjawab. “Rico kamu urus segala sesuatunya, untuk sementara aku akan mengawasi Shafa dari dekat. Dengan begitu, mereka tidak akan berani berbuat macam macam kepada Shafa.” “Baik tuan, serahkan semua kepada saya.” Ujar Rico. “Rico berikan padaku laporan transaksi kartu yang di bawa oleh Shafa” adrian penasaran berapa jumlah uang yang di sumbangkan untuk panti tersebut. “ini tuan ,,,” Rico memberikan berkas laporan transaksi melalui ponselnya. Adrian membaca laporan tersebut. ternyata hanya beberapa kali saja mentransfer uang ke rekening panti. Dan yang lainya, ada beberapa uang masuk rekening dari rekening atas nama Shafa sendiri. Adrian tidak percaya dengan yang dilihatnya. “ Apakah sampai sekarang Shafa masih mentranfer uang untuk panti?” Adrian bertanya, sebab tidak ada laporan keluar di bulan ini. “masih tuan, tapi yang nona tranferkan tidak sebesar bulan bulan sebelumnya. Nona bilang kalau itu hasil jeripayahnya sendiri.” Adrian kaget mendengar pernyataan Dino. Jadi setelah Shafa membuka usahanya sendiri, Shafa tidak pernah mengambil uang dari kartu yang Adrian berikan. Bahkan Shafa berusaha mengembalikan uang yang pernah ia gunakan. Adrian merasa bersalah dengan apa yang pernah ia tuduhkan kepada Shafa. Adrian malu, dengan apa yang pernah ia perbuat. Mengingat itu semua, membuat Adrian semakin mengagumi sosok Shafa. Kini tidak ada lagi alasan Adrian untuk membenci Shafa, tapi sebaliknya. Begitu banyak alasan untuk jatuh cinta kepada seorang seperti Shafa. kali ini Adrian akan memperlakukan Shafa lebih baik. Meski Adrian tahu, Shafa tidak akan mudah percaya dengan niat tulusnya. Mengingat beberapa hari lalu Adrian melukai Shafa begitu dalam. Adrian memang pantas untuk di benci Shafa. tapi Adrian akan berusaha agar Shafa mau memaafkannya, dan mau menerima Adrian dengan tulus. ini adalah tantangan untuk Adrian dalam misi meluluhkan hati seorang wanita. Hanya satu hal yang membuat Adrian bingung dan frustasi. Adrian sama sekali tidak tahu caranya untuk meluluhkan hati Shafa. mungkin Shafa tidak akan percaya lagi kepada dirinya. selama ini Adrian hanya menganggap Shafa sebagai hiburan semata. karena memang Adrian tidak pernah serius kepada wanita manapun. "Rico, carikan bagaimana cara untuk melul;uhkan hati seorang wanita. terutama yang pernah di sakiti," titah Adrian. Rico sedikit tidak mengerti dengan maksud tuannya itu. tapi satu yang pasti. ini asti berhubungan dengan nona Shafa. Rico hanya tersenyum mendengar tuannya sudah mulai berubah. Rico memberikan hasil pencarian pada ponselnya kepada Adrian. Adrian mengernyit, dengan apa yang tertulis pada artikel tersebut. di sana tertulis bahwa wanita akan terpesona kepada pria yang bisa memasak. selain itu, wanita juga paling suka di pperhatikan oleh pasangannya walau itu hal kecil. "Artikel macam apa ini, Rico? mana ada pria yang memasak. sungguh artikel yang tidak berguna!" gerutunya setelah membaca artikel di ponsel Rico. "Sebentar, tuan. akan saya carikan artikel yang lain." Rico kembali menggeser dan mengetik pada layar ponselnya. "Ini, Tuan." Rico mengulurkan ponselnya kepada Adrian lagi. "Bukankah artikel ini sama saja dengan tadi? sebenarnya kamu bisa cari artikel apa gak sih?" Adrian nampak kesal. "Tidak ada yang lain, Tuan. semua artikelnya sama. semua saya kembalikan kepada tuan sendiri. apakah tuan mau melakukannya atau tidak. karena memang saya sama sekali belum berpengalaman dengan yang namanya wanita." Rico mengedikkan bahu acuh. "Dasar tidak berguna! untuk apa aku menggajimu dengan nominal yang luar biasa jika mencari artikel sepeti ini saja tidak becus?" Adrian semakin jengkel. Adrian kemudian berlalu keluar dari markas untuk kembali ke rumah sakit. ia khawatir Shafa akan kenapa napa. mengingat Shafa saat ini hanya berdua bersama nyonya Wiliam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD