MIMPI

2286 Words
Lampu ruang operasi sudah di matikan, artinya operasi sudah selesai. Kini Shafa di bawa ke ruang ICU untuk pemantauan lebih lanjut pasca operasi besar. Berbagi alat menempel di tubuh Shafa. alat deteksi jantung, slang oksigen dan lain sebagainya. Meski operasinya berhasil, tapi kini kondisi Shafa masih kritis. Mami Rina menangis melihat Shafa berbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan bermacam macam alat bantu untuk menunjang hidupnya. Rina tidak tega melihat tubuh mungil itu kesakitan. “Mami,,,” Willy memanggil mami Rina saat Willy baru saja tiba di rumah sakit. Kemudian menghampiri mami dan memeluk sang mami berharap dapat memberi ketenangan. “Wil,, Shafa masih kritis ,,,” mami memeluk Willy dan memberi tahu keadaan Shafa.willy tidak tega melihat maminya seperti ini. ini mengingatkan Willy dengan Rhea sang adik kecil nan mungilnya. Sekalipun Willy tidak dapat memiliki Shafa sebagai pendamping, setidaknya Shafa mau di jadikan sebagai adiknya. Tapi ada satu penghalang yang membuat keinginannya begitu sulit, yaitu Adrian. Willy yang melihat Adrian dan Kakek Adam duduk di kursi tunggu, melepas pelukan maminya dan langsung memukul Adrian dengan tiba tiba. “Ba*****n,, sudah ku bilang, jaga Shafa baik baik. Lihatlah sekarang,, Shafa terbaring lemah di sana. Dan kamu telah membuat mami menangis.” ucap Willy dengan emosi sambil memukul Adrian tanpa henti. Adrian yang mendapat serangan tiba tiba, jatuh tersungkur dengan sudut bibir berdarah. Adrian hanya diam, membiarkan Willy meluapkan emosi kepadanya. Willy menonjok muka dan perut Adrian bertubi tubi. Hingga wajah Adrian penuh dengan lebam serta bengkak. Mami Rina hendak melerai willy dan Adrian, namun di cegah oleh kakek Adam. “Biarkanlah,,!! Sekali kali biar Adrian merasakan rasa bersalah.” Adam melarang mami Rina yang akan melerai keduanya. “Tuan ada sesuatu yang ingin saya sampaikan” suara Rico menghentikan gerakan tangan Willy yang sedang memukuli Adrian. Adrian beranjak bangun setelah Willy menghentikan pukulannya. “Apa itu?” willy bertanya karena ia yakin, Rico akan menyampaikan sesuatu mengenai kecelakaan yang di alami Shafa.Adrian serta Adam sedang menyelidiki tentang kecelakaan yang menimpa Shafa. mereka tahu, target sebenarnya bukanlah Shafa, melainkan Adrian. “Tapi tuan ...” Rico mencoba mengelak, karena ini termasuk masalah pribadi. Sebab, tidak ada satupun yang mengetahui adanya penjara bawah tanah di mansion Adrian. termasug Adam sang kakek. “Biarkan dia mengetahuinya.” Adrian memotong kalimat yang akan di ucapkan Rico tanpa tahu apa yang akan di laporkan pada Adrian. Rico menyerahkan tabletnya kepada Rico. Adrian dan Willy terbelalak dengan apa yang mereka lihat. Ada sebuah video CCTV yang di tunjukkan oleh Rico. Dalam video tersebut, nampak Shafa memasuki lift khusus di mansion. Kemudian Shafa keluar menuju ruang penjara bawah tanah. Adrian sungguh tidak menyangka kalau Shafa dapat menemukan apa yang selama ini Adrian sembunyikan dari semua orang. “ lihatlah ,,! Betapa baiknya Shafa, Shafa bukan hanya cantik secara fisik, tapi dia juga cantik dari hati.” Ucap Willy yang memuji Shafa saat melihat Shafa memberikan roti kepada para tahanan. Tanpa sadar, Adrian tersenyum menyetujui ucapan Willy. Disana terdengar dengar jelas suara percakapan Shafa dengan penghuni jeruji besi di sana. Adrian mengepalkan tangan, mulai emosi saat Shafa begitu perhatian dengan tahanan bernama Dino. Adrian mulai emosi, tapi di tahan olehnya. Ini bukanlah waktu yang tepat untuk Adrian meluapkan emosinya. Namun dalam sekejap saja, raut wajah Adrian berubah. Adrian tersenyum saat Shafa membela dirinya ketika berdebat dengan Joni. Joni adalah Orang yang berusaha menculik Shafa. Adrian sangat senang Shafa membela dirinya, meski Adrian sering kali menyakiti Shafa baik secara fisik maupun psikis. “Bukankah itu si Joni? Orang yang waktu itu menculik dan hampir memperkosa Shafa?” Ucap Willy. Adrian terbelalak mendengar kalimat yang di ucapkan Willy. “Apa katamu? Shafa hampir di perkosa olehnya?” Adrian bertanya untuk memastikan apa yang di dengar olehnya itu salah. “Ya,,, ba*****n itu hampir melepas baju yang di kenakan Shafa, Shafa waktu itu pingsan karena obat bius yang di berikan Joni. kalau saja aku terlambat sedikit saja. Entah bagaimana keadaan Shafa.” Willy menjelaskan kepada Adrian. Adrian sangat murka mendengar bahwa Shafa hampir di perkosa b******n Joni. “Apa Shafa tidak menceritakannya kepadamu?” Willy menyelidik. Adrian hanya menggeleng. Fakta yang baru saja Adrian ketahui. Adrian mulai mengerti dengan trauma yang di alami oleh Shafa.ternyata ini salah satu penyebab Shafa histeris di malam itu. Semua karena dirinya. Shafa mengalami trauma karena tindakannya. Shafa terbaring lemah sekarang ini juga karena dirinya. Dan jangan lupakan siksaan yang Adrian berikan selama ini. Kini rasa bersalah Adrian semakin besar. Dari awal Adrian sudah terpesona akan kecantikan gadis itu. Hanya saja hati Adrian masih tertutup oleh rasa benci. Waktu itu Adrian sangat membenci Ardi dan semua orang yang mencari perhatian kakeknya, menggunakan tubuh yang lemah termasuk Shafa. Adrian mengira bahwa Shafa sengaja merebut perhatian kakek sama seperti Ardi merebut semua perthatian dan cinta kedua orang tuanya. Tapi sekarang tidak lagi, Shafa telah membantu Adrian membuka pintu hatinya. Shafa dapat menghancurkan gembok rantai di hatinya. SHAFA POV. Aku berada di sebuah tempat yang sangat indah. Tedapat padang rumput yang sangat luas. Aku juga melihat ada sungai kecil yang mengalir jernih tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ada banyak ikan kecil berenang ke sana kemari di dalam sungai. Di sepanjang tepi sungai ada berbagai tanaman bunga mawar, sangat indah. Aku lihat ada sosok wanita paruh baya sedang memetik bunga mawar putih di tepi sungai. Aku seperti pernah melihat wanita itu, kenapa wajahnya sangat mirip dengan almarhum ibu? Apakah di ibu? “Ibu” aku panggil wanita tersebut. wanita itu menoleh dan tersenyum dengan lembut kepadaku. “Kemarilah Shafa,,,” kata wanita itu sambil melambai kepadaku. “Ibu ,, Apakah benar anda ibuku?” tanyaku dengan air mata yang telah menetes di pipi. “Bukan nak,, aku nenekmu. Ibumu telah bahagia di atas sana nak.” Nenek memelukku sambil mengusap rambutku. Sangat nyaman berada di dalam pelukan nenek. Ini kali pertama aku memeluk nenek. Ini juga pertama kali aku bertemu beliau. Aku hanya tahu wajah ibuku saja. Itupun aku melihatnya di selembar foto. Ibu sedang menggendong aku yang masih bayi. Wajah ibu sungguh mirip dengan wajah nenek. Aku seperti bertemu dengan ibu melalui nenek. “waktu nenek tidak banyak Shafa, dengar apa kata nenek baik baik.” Aku hanya mengangguk . kemudian nenek melepaskan pelukannya pada ku. Dan beralih menangkup kedua pipiku. “Ada beberapa hal yang harus kamu lakukan di dunia ini nak” pesan nenek kepadaku “Apa itu nek?” tanyaku bingung. “ Kamu harus menolong bayanganmu disini agar kamu bisa selamat. Kamu harus bisa merubah iblis menjadi malaikat. Maafkan nenek, nenek telah membuatmu menderita karena kesalahan yang nenek buat.” Shafa semakin bingung dengan apa yang di katakan nenek. “Apa maksud nenek? Siapa iblis yang nenek bicarakan? Beritahu aku nek!” pintaku dengan tangis sesenggukan. “Suatu hari nanti kamu akan tahu sayang. Waktu nenek sudah habis nak, cepatlah kembali. Ubahlah takdirmu sendiri.” Perlahan nenek berubah menjadi gelembung dan terbang ke udara. Baru saja aku bertemu dengan nenekku dalam sekejap kami harus berpisah lagi. Aku tidak mengerti dengan ucapan nenek, kenapa nenek begitu menyesal dan minta maaf kepadaku. Kenapa aku harus menolong bayanganku agar tetap hidup? Apakah nenek mengetahui bahwa aku sekarang berada di dunia cermin? Belum sempat ku bertanya kepada nenek, tapi nenek telah pergi dan meninggalkan aku sendiri. Tempat yang tadinya begitu indah dengan padang rumput yang luas, kini berubah menjadi gelap gulita. Aku tidak dapat melihat apapun. Seolah mataku tertutup sangat rapat. Tidak ada apapun, hanya ada udara kosong saat aku berusaha menggapai benda apapun. Aku mencoba untuk berjalan kedepan, berharap akan ada secercah cahaya yang dapat menerangi jalan yang akan aku lalui. Sekian lama aku berjalan, tidak ada apapun yang kutemukan. Kakiku mulai lelah, entah berapa lama aku berjalan. Aku masih terus melajukan kaki, ingin segera menemukan setitik cahaya. Samar samar aku mendengar suara sesorang memanggil namaku. “Shafa ,,, bangunlah,,, aku mohon.!” Suara itu seperti suara Adrian. iya itu suara Adrian. “Ad ,,, aku di sini ad!” aku berteriak, berharap Adrian akan mendengar suaraku. “Shafa ,, cepat bangun sayang ,,” terdengar suara Adrian menyuruhku untuk terbangun. Sebenarnya di mana aku sekarang? Berkali kali aku berteriak, Kenapa Adrian tidak dapat mendengarkan suaraku? aku tidak lagi mendengar suara Adrian. Aku sudah sangat lelah, aku juga sangat mengantuk. Aku pejamkan kedua mataku, berharap aku berada di kamar ketika aku membuka mata. Terdengar suara air menetes di telingaku. Aku merasa ada seseorang yang menggenggam tanganku. Kubuka kedua kelopak mataku. Hal pertama yang ku lihat adalah plafon berwarna putih. Serta dinding yang berwarna putih. Ini adalah kamar di rumah sakit. Lalu ku lihat siapa yang memegang tangaku. Adrian. pria itulah yang memegangi tangan kananku. Kulihat dia tertidur sambil duduk di samping ranjangku, sepertinya dia sudah terlalu lama menungguiku. Aku berusaha untuk duduk bersandar, aku merasa punggungku sudah lelah dan terasa panas karena terlalu lama berbaring. Sssst terasa kepalaku sakit, punggungku terasa remuk. Ku coba menahan rasa sakit itu, dan terus berusaha untuk duduk. “Kamu sudah sadar sayang,,?” ucap Adrian saat ia tahu aku sudah terbangun. Aku hanya mengangguk karena rasa sakit di punggungku. “Sini aku bantu ,,” Adrian bergegas menaikkan ranjang bagian atas dengan menekan tonbol remote agar aku bisa berbaring dengan nyaman. “Kamu mau minum?” kembali Adrian menawariku minum. Aku hanya mengangguk. Dan di mengambilkan minum yamg ada di atas nakas.tidak lupa di beri sedotan agar aku bisa meminumnya. Adrian mendekatkan ujung sedotan pada bibirku. Aku segera meminumnya dengan sedotan yang ada. Karena memang air minum tersebut di dalam botol. “Tunggu sebentar aku akan memanggil dokter.” Adrian berlalu keluar dari kamar. Untuk apa dia capek capek keluar untuk memnggil dokter. Bukankah di samping ranjang ini ada tombol untuk memanggil dokter? Tidak lama dokter dan perawat datang untuk melihat kondisi ku. “Nona apakah anda mengenalnya?” tanya dokter sambil menunjuk pada Adrian. aku mengangguk. “Iya dokter, dia Adrian Sandi Hutama suamiku.” Jawabku. “Nona apakah anda bisa menggerakkan jari kaki anda?” dokter itu benrtanya padaku. Dan aku coba untuk menggerakkan jari jari kakiku.awalnya aku hanya ingin menggerakkan sebelah kaki saja, Tapi kenapa sangat sulit sekali? Ku coba lagi untuk menggerakkan keduanya. Masih sama, tidak bergerak sedikitpun. “dokter,, ada apa dengan kakiku dokter? Kenapa sulit sekali menggerakkanya?” lalu ku cubit kulit kaki ku. Aku tidak merasakan apapun. “Dokter ini kenapa aku tidak merasakan apapun dok?”Adrian berusaha menenangkanku. Dengan memeluk tubuhku. “Dokter tolong jawab aku,,, aku juga berhak mengetahui bagaimana kondisi tubuhku!.katakan dokter,, ! apa mungkin aku lumpuh?” aku mencoba untuk menerima apapun yang di katakan dokter.aku berharap kalau firasatku salah. meski yang ku tahu, selama ini firasatku selalu benar. Untuk kali ini saja,aku ingin firasatku salah. kulihat dokter menatap ke arah Adrian seperti meminta izin untuk memberitahukan kondisiku yang sebenarnya. Kulihat dari ekor mataku, Adrian mengangguk menyetujui. “Maafkan kami nona. Ketika anda mengalami kecelakaan, kepala anda terbentur dengan keras. Sehingga menyebabkan darah membeku di bagian syaraf otak. Dan darah tersebut harus segera di keluarkan sebelum darah beku semakin membesar dan berakibat fatal nona. Anda harus segera menjalani operasi, tapi ada kemungkinan yang terjadi.”dokter menjeda kalimatnya untuk bernafas. “apa kemungkinan itu dokter?” tanyaku tidak sabar. “Anda akan mengalami kelumpuhan nona. Dan bahkan akan amnesia.” Dokter menjawab dengan hati hati. Air mata yang sedari tadi di pelupuk mata, kini tertumpah sudah. Aku tidak tahu harus bagaimana, lengkap sudah penderitaanku. Aku tidak memiliki sanak keluarga, Mempunyai suami yang kejam dan tidak mencintaiku, berada di dunia cermin seorang diri, dan kini aku tidak bisa berjalan. Apalagi yang akan aku perjuangkan untuk hidup? Entah sejak kapan aku berada di dalam pelukan Adrian. aku tidak tahu. Aku sudah terlarut pada pemikiranku sendiri tentang nasib serta takdirku. Kudengar suara pintu terbuka, kulihat Willy dan mami Rina datang. Adrian melepas pelukannya saat mereka masuk ke dalam ruangan. “Sayang,,” Mami seketika memelukku, memberi kekuatan kepadaku. Aku hanya diam tidak menjawab maupun membalas pelukan mami. “Sayang ,, dengarkan mami. Mami ada disini untukmu nak, kamu jangan berfikir yang tidak tidak. Ingatlah masih ada kami disini untukmu. Kami menyayangimu nak,,” ucap mami panjang lebar. Bukannya aku tidak percaya mereka, tapi aku tidak percaya pada diriku sendiri. Aku tidak lagi bisa membantu orang. Yang ada , aku akan merepotkan semua orang. Aku akan bergantung kepada mereka, dan aku benci itu. Aku benci di kasihani, aku benci terlihat tak berguna.Air mata yang telah mengering, kini kembali terjatuh tanpa ku minta. Ruang perawatan yang tadi sepi, kini menjadi ramai. Kakek sudah datang beberapa saat setelah aku siuman. Kini ada Siti dan juga Nita yang iku serta berada di sini. “Shafa ,,, kamu punya hutang sama aku!!” ucap Siti. Aku hanya menoleh sekilas tanpa ingin mengatakan apapun kepada Siti. Jika biasanya aku akan heboh jika sudah bersama siti, tapi kali ini aku tidak ingin bicara kepada Siapapun. Semua akan percuma jika aku mengatakan yang sebenarnya. Tidak akan ada yang percaya dengan semua perkataanku. Aku hanya ingin sendiri, aku butuh waktu untuk menerima ini. “Ad ,, bisakah aku sendirian? Aku mengantuk ingin tidur.” Alasanku pada Adrian, aku memang ingin sekali sendiri. Benar benar sendiri. Aku ingin mengadu pada penciptaku, kenapa takdir yang aku hadapi seperti ini. Astghfirullah hal’adzim,,,,. Aku beristighfar setelah sadar dari lamunanku. Secara tidak langsung aku telah menyalahkan tuhan atas semua yang terjadi kepadaku. “Bisakah kalian semua pergi dari sini? Istriku ingin istirahat.!” Adrian mengusir semua yang berada di sini.semua orang berlalu keluar meninggalkan ruangan ini. hanya satu yang bersikukuh ingin menjagaku di sini. Itu adalah mami Rina. “Nak Adrian, biarkan mami tetap disini, biarkan mami menjaga putri mami!” Mami Rina memohon kepada Adrian agar tetap di sini. Adrian menoleh ke arahku untuk minta persetujuan dariku. Aku mengangguk menyetujuinya. aku tidak tega melihat mami Rina sampai memohon untuk menjagaku. SHAFA POV END
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD