SUARA ANEH

1368 Words
                Senja sudah  mulai nampak. Sinar mentari sudah mulai meredup. Waktu terasa begitu singkat bagi Shafa.Hari ini Shafa merasa senang dapat melupakan sejenak beban pikiran yang di pikulnya. Shafa bener benar merasa jadi dirinya sendiri meski singkat. Kini Shafa sudah bersiap kembali melayani seorang Adrian Sandi Hutama.                 Shafa tidak menemukan Adrian saat dirinya memasuki kamar. Entah kemana pria  tersebut. kini Shafa akan melakukan ritual mandi setalah ia menyiapkan makan malam. Adrian masuk kedalam kamar saat Shafa baru keluar walk in closet mengambil baju gantinya. Shafa sudah terbiasa ganti baju di dalam kamar mandi. “Sayang, Apa kamu suka dengan hadiah yang ku berikan?” Shafa terlonjak kaget karena suara Adrian yang tiba tiba. Dengan mengelus d**a, Shafa mencoba menormalkan detak jantungnya . Untung aja aku gak punya penyakit jantung. Bisa bisa aku cepet mati kalo tiap hari di kagetin terus.  Shafa berkata dalam hati. “ iya, aku suka. Tapi kenapa kamu tiba tiba memberiku hadiah?” Shafa sudah mengerti dengan hadiah yang di maksud Adrian. “ Memangnya aku tidak boleh memberi hadiah kepada istriku sendiri?” bukannya menjawab, Adrian malah balik bertanya kepada Shafa. “Bukan begitu ,,, aku hanya tidak terbiasa dengan itu.” Adrian mengernyitkan alis. “Kenapa begitu?” Adrian kembali bertanya “ Seumur hidup aku sama sekali belum pernah mendapatkan hadiah dari seseorang.” “Sama sekali belum pernah? Bahkan saat ulang tahun?” Adrian kembali melayangkan pertanyaan. Adrian heran dengan jawaban Shafa. Shafa hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban. “ Kalau begitu kamu akan sering mendapatkan hadiah dariku. Anggap saja itu hadiah pengganti di ulang tahunmu. Aku akan memeberikan 20 hadiah selama 20 hari berturut turut.” Adrian mengatakan dengan memegang kedua bahu Shafa. Shafa menyatukan kedua alisnya. Tidak yakin dengan yang di katakan oleh Adrian. “Percayalah,,,,aku tidak akan membohongimu.” Adrian meyakinkan Shafa. Shafa hanya mengangguk pasrah. Meski dalam hatinya masih belum yakin. Cukup sekali Shafa kecewa saat ia masih berada di panti. Perlahan Adrian memeluk Shafa. membenamkan wajah Shafa ke dadanya. Perasaan hangat yang di rasakan Shafa. jantung Shafa berdetak dengan amat cepat. Shafa merasa di lindungi oleh Adrian. Sisi Adrian yang seperti ini akan membuat Shafa merasa nyaman. Ya tuhan,,,bolehkah saya berharap kebahagiaan melalui  Adrian?   “ Sayang apa kamu mencium sesuatu?” tanya Adrian sambil mengendus endus mencari asal aroma yang masuk di indra penciumannya. Shafa yang baru saja ingat bahwa dirinya belum mandi seketika memundurkan diri. “Ma,af Ad. Itu aku belum mandi.” Shafa menunduk malu karena merasa dirinya masih beraroma bawang setelah masak makan malam. Pipinya benar benar merah seperti tomat karena saking malunya. Kemudian berlari secepat kilat menuju kamar mandi. “ha,,,ha,,,ha,,. Kamu lucu sekali saat malu seperti ini.” Adrian berteriak sambil tertawa ke arah Shafa seolah mengejek Shafa. Di dalam kamar mandi Shafa langsung mecuci mukanya yang memerah seperti buah tomat. “bego,,bego,,bego,,kenapa kamu nurut aja saat Adrian meluk kamu. Mana masih bau bawang lagi. Jadi malu kan,,!!” Shafa berbicara pada dirinya sendiri melalui pantulan cermin di wastafel. Tiga puluh menit Shafa menghabiskan waktu di dalam kamar mandi. Shafa berharap saat keluar dari sana sudah tidak mendapati Adrian di da;am kamar. Perlahan Shafa membuka pintu . di intipnya ke dalam kamar melalui pintu yang belum sepenuhnya terbuka. Tak nampak Adrian disana. Segera Shafa melangkah menuju meja riasnya. “ Ha,,,,” Adrian mengejutkan Shafa. Shafa yang terkejut tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya . Shafa terpleset karena sandal yang di gunakan belum sepenhnya kering. Adrian dengan sigap menahan tubuh Shafa yang hampir terjun bebas kelantai. Shafa secara reflek memeluk tubuh Adrian. Shafa  dapat mencium aroma tubuh Adrian yang khas. Pandangan mereka bertemu, Shafa merasakan detak jantungnya semakin cepat. Adrian merasa seprti terhipnotis, mata Shafa yang bulat serta jernih. Membuat Adrian enggan mengalihkan pandangannya. Shafa gugup dan segera melepas pelukannya pada Adrian. Adrian juga melepas pegangannya pada tubuh Shafa . namun Shafa masih belum siap memijakkakn kakinya hingga akhirnya Shafapun terjatuh juga kelantai. “Aduh,,,!!” Shafa mengaduh sambil mengelus pantatnya  yang berhasil mencium lantai. “ ehem,,sayang maafkan aku, mana yang sakit? Biar aku pijit.” Adrian berdehem dan itu sukses mengalihkan rasa sakit di p****t Shafa. “Ti,,,tidak perlu Ad. Tidak begitu sakit kok. Aku hanya terkajut saja.” Shafa menjawab dengan gugup. “Benarkah tidak ada yang terasa sakit?” “hm,,” Shafa menjaawab deheman sambil mengangguk. “Baiklah kalau begitu. Mari aku bantu berdiri.” Adrian memegang tangan Shafa, serta membantunya berdiri. “Sayang,,, Ayo kita turun, sudah waktunya makan malam.” Adrian menggandeng tangan Shafa, dan mengajaknya turun untuk makan malam. Setelah Shafa mengambilkan makanan untuk Adrian,  ia hendak pergi kedapur namun di hentikan oleh Adrian. “Sayang kamu mau kemana?” Adrian melihat Shafa hendak meninggalkan meja makan. “Aku akan ke belakang.” “Kamu tidak makan malam?” tanya Adrian, sebab Adrian tidak melihat Shafa mengambil makanan untuk dirinya sendiri. “Aku akan makan nanti,,”Shafa tidak akan makan bersama Adrian sebelum Adrian mengijinkan. Shafa akan makan di meja makan setelah Adrian selesai. “Duduklah,,,temani aku makan disini. sekarang ambil makananmu.” Perintah Adrian. shafa menuruti Adrian. Ini kali pertama Shafa makan bersama di meja makan layaknya sebuah keluarga. Shafa senang sekali atas perubahan Adrian. Shafa hanya bisa berdoa semoga Adrian akan tetap seperti ini. Malam ini menjadi malam yang membahagiakan bagi Shafa. Malam semakin larut, jam dinding sudah menunjukkan pukul 12.00 malam. Namun Shafa masih terjaga. Shafa tidak ingin memejamkan mata. Shafa takut ketika ia membuka mata, Adrian akan kembali lagi menjadi Adrian yang kejam. Ketakutan serta kegelisahan menguasai diri Shafa setelah kebahagiaan yang Shafa terima. Di tengah kegundahannya hanya satu yang dapat meredakan. Yakni mengadu pada sang pencipta. Shafa masih saja tidak dapat memejamkan mata seusai menengadahkan tangan kepada sang pencipta. Shafa berjalan jalan ke taman favoritnya. Angin malam yang membelai kulit membuat Shafa merasa segar meski sedikit dingin. Suara gemericik air kolam menjadi melodi pengiring dalam gelapnya malam. Sayup sayup Shafa mendengar suara aneh, serti suara orang sekarat minta air. Suara apa itu, apa mungkin suara hantu? Shafa menajamkan kembali indra pendengarnya. Kini terdengar sedikit lebih jelas. Ini bukan suara hantu, mana ada hantu di dunia ini. Shafa meyakinkan diri sendiri. Dengan sedikit takut,Shafa menyusuri dari mana arah suara tersebut. semakin lama semakin jelas. Suara tersebut sepertinya berasal dari gudang belakang dekat taman. Jantung Shafa berdetak dengan cepat. Meski takut Shafa memberanikan diri mendekat ke arah gudang. Di depan pintu, terlihat pintu gudang tidak tertutup sempurna. Shafa ingin masuk ke dalam gudang. Memastikan pendengarannya tidak salah. “Sayang,,,kenapa malam malam berada di sini?” Suara Adrian yang tiba tiba membuat Shafa terkejut. “A,,,aku sedang mencari angin segar. Dan,,,dan aku mendengar sesuatu dari dalam sana.” Shafa menjawab dengan gugup. “memangnya kamu mendengar apa?” Adrian kembali bertranya “Aku mendengar suara orang merintih kesakitan minta air dari dalam sana.” Shafa menunjuk gudang di sampingnya. Adrian menatap tajam Shafa seolah Shafa tidak boleh memasuki gudang tersebut. shafa merasa semakin gugup melihat sorot tajam itu kembali. “Apa kamu ingin melihatnya?” Adrian menormalkan kembali tatapannya menjadi tatapan lembut. “Apa boleh?” dengan harap harap cemas Shafa bertanya. “Tentu saja, ini adalah gudang tempat barang bekas yang kotor dan berdebu. Setelah ini kamu harus janji untuk tidak kesini lagi. Ini juga demi kebaikanmu. Di dalam ada banyak tikus, kecoa, laba laba dan berbagai macam binatang nenjijikan lainnya.” Adrian menjelaskan kepada Shafa. Shafa mengangguk menyetujui apa yang di katakan Adrian. “iya aku janji.” “Good girl!” Adrian membuka pintu gudang tersebut dan masuk ke dalam. Shafa mengikuti Adrian di belakang pria tersebut. Shafa mengamati setiap sudut gudang tanpa terlewat sedikitpun.  Memang tidak ada yang aneh, Shafa juga dapat melihat tikus yang berlarian serta beberapa kecoa yang berjalan jalan pada perabot yang sudah usang ketika Shafa memasuki gudang, “sudah lihatkan,,,tidak ada apa apa disini.” Shafa mengangguk membenarkan perkataan Adrian dengan pandangan yang masih menyusuri seluruh isi gudang. “sudah ayo kembali ke kamar, mungkin kamu berhalusinasi karena kamu kecapekan dan sudah mengantuk. Lihat kantung matamu sudah mulai menghitam.” Adrian membujuk Shafa agar segera kembali ke kamar. Karena memang waktu sudah menunjukkan jam 02.00 pagi. Shafa menyetujui apa yang di katakan Adrian, mungkin Shafa telah berhalusinasi karena beban pikiran yang dipikulnya. Shafa dan Adrian segera  kembali kekamar untuk beristirahat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD