SAH!

1076 Words
"Serius om mau membantuku? Tanya Raisa sekali lagi memastikan kalau ia tidak salah dengan pendengarannya. "Iya, tapi ada syaratnya!" Ucap Bara santai "Syarat? syarat apa, Om?" Tanya Raisa penasaran. Sungguh ia akan melakukan apa saja demi kesembuhan ibu nya. Bara menatap Raisa dalam-dalam. "Syaratnya kamu harus mau memberi saya keturanan" Ucap Bara tanpa dosa. "Ma-maksud Om apa?" Tanya Raisa menatap Bara dengan wajah kebingungan. "Aku akan memberikan kamu uang dua ratus juta dengan syarat kau harus menikah denganku dan hamil anakku, setelah anak itu lahir kita berpisah dan tinggalkan anak itu bersamaku. Kau tenang saja, saat dinyatakan hamil kau langsung ku beri uang tiga ratus juta dan sesudah melahirkan akan aku beri lagi sebagai tanda terima kasihku kepadamu karena telah memberikan aku seorang anak". Bagaimana? "Kau gila ya, Om? Bagaimana mungkin aku menikah denganmu lalu hamil dan melahirkan, setelah itu aku meninggalkan anakku! Kau pikir aku setega itu? Astaga persyaratan apa ini ..." Raisa mengusap kasar wajahnya "Semua keputusan ada di tanganmu, aku tidak akan melakukan penawaran dua kali. Kalau kau setuju kita akan ke apartemenku sekarang untuk mengurus pernikahan, tetapi jika kau memilih tidak setuju aku akan pergi sekarang juga. Ucap Bara penuh penekanan. Bara mulai jengah melihat Raisa yang terdiam, "Aku rasa kau mempunyai cara lain untuk mendapatkan biaya pengobatan ibumu sehingga kau tidak tertarik dengan tawaranku! Kalau begitu aku pergi dulu" Ucap Bara yang mulai melangkahkan kakinya meninggalkan brangkar Raisa. Raisa masih berpikir keras tentang langkah apa yang akan di ambilnya. Ia takut akan pernikah yang tanpa di landasi rasa cinta, serta harus siap menjadi janda di usianya yang masih mudah, belum lagi kehilangan anak yang selama sembilan bulan ia jaga di dalam perut. Namun disisi lain ia juga harus memikirkan kesehatan ibunya, jika masih mengulur waktu Raisa takut ibunya tidak akan bertahan. Membayangkan itu saja membuat hati Raisa merasakan sakit yang luar biasa. Raisa mengangkat kepalanya dan melihat Bara hampir keluar dari ruang IGD tersebut. "Tunggu! aku setuju" Ucap Raisa sambil menggigit bibir bawahnya. Bara yang mendengar teriakan Raisa langsung menghentikan langkah kakinya. Seulas senyuman terbit dibibirnya. Lalu ia membalikan badannya kemudian memasang ekspresi datar. "Kau berubah pikiran?" Tanya Bara, ia sungguh penasaran dengan gadis di depanya ini. Bagaimana tidak, diluaran sana sungguh banyak para wanita yang secara gratis melemparkan badan kepadanya, hanya saja ia tidak tertaril. Sungguh berbeda dengan gadis yang di depannya ini, yang harus berpikir panjang untuk menerima tawarannya yang begitu menarik. Uang yang di tawari Bara juamlahnya tidaklah sedikit, total jumlah yang ia tawarkan adalah satu milyar dari awal pernikahan hingga melahirkan. "Iya, Aku setuju dengan penawarannya, Om!" Ucap Raisa dengan berat hati. Sungguh yang terpenting saat ini adalah kesembuhan ibunya. Ia akan merelakan masa depannya untuk pria di depannya ini. "Baiklah, asisten saya yang akan mengurus semua biaya operasi ibumu, saya juga akan membantu mencarikan donor yang cocok untuk ibu kamu!" Ucap Bara. Bola mata raisa melebar mendengar perkataan Bara, sungguh ia masih tidak percaya kalau pria di depannya ini akan menanggung semuanya. "Oke, kalau gitu kita pulang sekarang, infusmu juga sudah habis" Ucap Bara. Di saat bersamaan Suster datang untuk membuka jarum infus di tangan Raisa. Setelah di izinkan pulang oleh dokter, Bara terlebih dahulu mengubungi asistennya untuk mempersiapkan pernikahannya dengan calon istri kecilnya. Kemudian ia membawa Raisa ke apertemen mewahnya. ***** Setelah semuanya diatur oleh asistennya Bara, dari penghulu, saksi, bahkan maharnya. Ia menyuruh Raisa mengganti bajunya dengan kebaya terlebih dahulu. Meskipun pernikahan ini di landasakan oleh perjanjian kontrak, Tapi Bara tidak hanya mementingkan kehendaknya sendiri, ia tetap akan memberikan persiapan seperti pernikahan sesungguhnya. Walau bagaimanapun pernikahan ini tetaplah pernikahan yang pertama bagi Raisa, jadi Bara ingin meninggalkan kesan yang baik. Setelah memakai kebaya dan berias, Raisa berjalan ke arah Bara yang sudah menunggunya. Bara begitu tertegun melihat wajah cantik Raisa yang di balut kebaya warna putih, dengan hijab senada dan ada mahkota kecil di atas kepalanya. Sungguh ia terlihat seperti seorang bidadari saat ini. Setelah Raisa duduk, barulah pelaksanaan akad dimulai dengan pembacaan Basmallah. "SAH!" SAH" Ucap Saksi-saksi yang hadir. "Alhamdulillah" Semua Orang bersamaan. Seketika air mata Raisa luruh begitu saja, ia tidak menyangka sudah berganti tatus saat ini menjadi istri dari pria di depannya, meski pernikahannya dilakukan secara siri, Namun tetap sah di mata Agama. "Raisa kamu sudah boleh bersalaman kepada Bara suami mu!" Ucap Ustad yang menikahkan mereka. Degh, Raisa menoleh kearah pria yang berstatus suaminya saat ini. Mengerti akan pikiran sang istri Bara langsung mengulurkan tangannya, yang disambut oleh tangan Raisa lalu diciumnya secara takdzim. Darah Bara berdesir hebat kala tangannya bersentuhan dengan tangan Raisa. Ada rasa yang aneh di dalam dirinya dan sesuatu yang tidak ia mengerti. Setelah tangannya terlepas Bara langsung mencium kening Raisa. Lagi-lagi ia merasa sesuatu yang aneh dalam dirinya, namun dengan cepat bara menepis nya. Raisa memejamkan mata ketika Bara mencium keningnya. Untuk pertama kalinya Ia dapat merasakan hembusan napas dari pria tersebut. Jantung Raisa berdetak lebih cepat dari biasannya. "Jantungku, astaga kenapa jantungku" Kata Raisa dalam hati" Sungguh jantungnya seakan mau melompat keluar. Namun sebisa mungkin ia harus bersikap lebih tenang. Setelah selesai Raisa menjauhkan kepalanya, ia sungguh malu melakukan hal tersebut di depan banyak orang, bahkan wajahnya kini sudah bersemu merah seperti kepiting rebus. Bara tersenyum tipis, saat ia tidak sengaja melihat wajah merah istrinya, sunguh sanggat menggemaskan menurutnya. Setelah selesai, semua orang yang hadir disana sidah membubarkan diri, kini tinggalah mereka berdua dalam keadaan canggung, lebih tepatnya Raisa yang sangat canggung dengan keadaan ini. "Om, Aku mau ganti baju! kebaya ini sangat tidak nyaman" Ucap Raisa pelan. Ia masih terasa asing berada satu atap dengan lawan jenis. "Ikut aku! Kita juga harus membuat perjanjian hitam di atas putih, dan kamu juga harus tau apa-apa saja tugasmu selama menjadk istriku". Ucap Bara tegas. Raisa hanya mengangguk atas perkataan Bara, Entah kenapa ia merasakan perubahan sikap Bara yang mulai dingin kepadanya. "Mulai sekarang kamu tidur disini! dan kamar saya di sebelahnya. Kamu tidak perlu datang ke kamarku, karena aku yang akan mendatangi kamar mu!. Mengerti?" Ucap Bara dingin dengan sorot mata yang tajam. "I-iya Om! saya mengerti!" Jawab Raisa gugup, sungguh ia mulai takut melihat perubahan sikap Bara kepadanya. "Dan satu hal lagi, Jangan panggil saya Om! Karena saya bukan Om kamu! Saya adalah suami kamu sekarang!" Ucap Bara kesal karena terus saja di panggil Om oleh istri kecilnya. "Ba-baik Om, Eh maksud saya Mas!" Jawab Raisa dengan malu-malu. "Nah, itu lebih baik! Tunggu disini sebentar! saya mengambil berkas dulu untuk kamu tanda tangani!" Bara segera keluar dari sana kemudian masuk kekamarnya mengambil berkas tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD