Ternyata Dia Lebih Hebat Dari Yang Ku Kira

1287 Words
Lucy yang saat ini nampak bahagia karena balasan pesan dari Arya cukup membuat ia tersenyum siang itu. Bagaimana tidak, foto yang baru saja ia kirimkan malah disebut foto orang lain padahal dengan jelas Lucy baru saja mengambil foto itu. "Apa dia gak suka foto aku, ya? baru kali ini ada yang ga suka foto aku, biasanya orang-orang malah minta foto yang malah males kalo di kasih. Arya beda ya orangnya," ucap Lucy yang nampak tersenyum kemudian ia membalas lagi pesan tersebut. [Hahaha, kenapa? kamu gak suka fotonya ya? apa aku terlihat gak menarik ya? atau mau foto lagi?] "Nah dia bales lagi ni. Eh? dia malah salah faham, kan maksudnya foto ini dapet ngambil di internet, kenapa dia malah bilang gak menarik? kayaknya dia mau ngerjain aku deh, yaudah aku juga nyari foto orang ganteng dulu di internet biar ngerjain balik hahaha," ucap Arya yang kemudian ia membuka internet dan mencari foto-foto artis Korea kesukaan wanita. Di sana terpampang banyak gambar artis Korea salah satunya Cha Eun Woo. Merasa cocok dengan karakternya kemudian Arya membalas Lucy dengan mengirimkan foto itu dan mengaku jika itu adalah dirinya. "Nah dapet. Kalo cewek cantik tadi itu Lucy, berarti orang ganteng ini adalah aku, hahaha. Dasar Lucy, dia pikir bisaa nipu aku apa, ya? ga mungkin lah cewek cantik kayak gitu main aplikasi chat online? jones amat apa ya? Jelas-jelas orang yang mainan chat kayak gini adalah orang-orang gabut yang kehidupannya penuh dengan dera derita ya paling banter nolep lah. Eh? kok kayak lagi ngomongin diri sendiri, ya? engga lah, aku harus kirim ini ke Lucy," ucap Arya yang kemudian ia kirimkan foto Cha Eun Woo pada Lucy yang membuat Lucy semakin tertawa karena Arya mencoba untuk melawak padanya. [Nih fotoku, ganteng, kan? kalo cewek cantik tadi itu fotomu berarti foto cowok ganteng ini adalah fotoku. Hahaha] Balas Arya dengan sangat percaya diri padahal Lucy sedikit pun tidak berbohong soal foto yang ia kirimkan barusan. "Apaan nih? hahaha ini kan Cha Eun Woo ya ampun Arya, kamu ngapain sih? mau ngelawak kali ya? aduh ada-ada aja deh orang ini," ucap Lucy tertawa sendiri yang malah diperhatikan oleh Diana dari tribun penonton. "Wah kayaknya si Nisa berhasil tuh. Liat deh ampe ketawa-ketawa gitu loh si Lucy, jago juga si Nisa bujuk Lucy. Kira-kira apa yang Nisa bilang ya ke Lucy ampe dia begitu? sukses sudah misi kita, kelompok kita bakal kedatangan tamu baru, welcome Lucy," ucap Diana nampak bahagia melihat Lucy yang sejak tadi tertawa setelah di dekati oleh Nisa dan mengira jika Lucy melakukan itu karena Nisa. Sementara itu, Rio yang sejak tadi nampak kebingungan mencari Lucy akhirnya menuju lapangan basket dan bertemu dengan Lucy di sana. "Ya ampun di mana, ya? padahal dia kan belum kumpulin tugas bahasa Inggris, apa dia sekarang jadi pemalas, ya?" ucap Rio yang akhirnya mereka bertemu di luar gedung bola basket itu dengan ekspresi Lucy yang tertawa-tawa sendiri. "Hahaha ya ampun kalo inget lagi bikin geli deh, sayangnya Arya ada urusan di sekolahnya, ya? jadi gak bisa chatan lagi deh," ucap Lucy yang baru saja keluar dari gedung itu. "Nah ini nih anaknya. Lucy! kamu belum ngumpulin tugas tuh ayo buruan nanti Bu Veli marah lagi," ucap Rio yang nampak perhatian pada Lucy. "Eh? iya aku lupa, ayo-ayo buruan bisa gawat kalo Bu Veli ampe ngamuk," ucap Lucy yang langsung pergi dari sana. Sementara di sekolah Arya ketika ia sedang asyik membahas foto Lucy tiba-tiba ia dipanggil oleh dewan guru dan diminta untuk berkumpul di kelas sebelas IPA satu. "Hei, kau dipanggil guru dan diminta untuk ke ruang kelas sebelas IPA satu," ucap salah seorang teman yang diminta untuk memanggil Arya. "Eh? aku, kah? ada apa, ya?" ucap Arya yang kemudian berpamitan pada Lucy karena dia ada keperluan dadakan. [Baiklah Lucy, sepertinya aku akan sibuk sebentar. Nanti aku chat kamu lagi kalau sudah lengang] Arya menuju kelas sebelas IPA satu dan di sana terdapat beberapa anak kelas sebelas dan anak kelas sepuluh. Arya cukup kebingungan karena dari anak kelas dua belas hanya dia seorang sehingga ia mencari tempat duduk yang paling sepi. "Ya ampun ngapain sih? aku duduk di pojok aja deh, biar gak dibilang nolep," ucap Arya yang membuat ia malah terlihat seperti anak introver. Beberapa anak membicarakan perihal olimpiade sekolah yang akan diadakan bulan depan, itu artinya olimpiade kali ini sebetulnya hanya melibatkan anak-anak kelas sepuluh dan sebelas tetapi, saat Arya mengetahui hal tersebut ia cukup kebingungan karena dia satu-satunya anak kelas dua belas. "Menurut kamu olimpiadenya susah gak, ya?" tanya seorang siswa laki-laki pada temannya. "Gatau juga, sih," balas temannya itu. "Eh? olimpiade? tunggu deh, bukannya olimpiade cuma diikutin sama anak kelas sepuluh ama sebelas? terus aku ngapain, ya? atau jangan-jangan? sial aku dikerjain kayaknya, ya ampun! bisa-bisanya aku dikerjain," ucap Arya yang nampaknya merasa malu karena dia ada diantara anak-anak itu yang sama sekali tidak ia kenal. Arya mencoba untuk keluar dari kelas itu tetapi, tiba-tiba beberapa anak kelas dua belas pun masuk ke ruang kelas itu dan membawa beberapa lembar kertas yang nampaknya contoh soal olimpiade untuk nanti. "Yaudah kamu aja yang pimpin, ya? aku kurang bisa bersosialisasi kalo sama anak baru," ucap seorang pria yang baru saja datang bersama dua orang perempuan serta dua orang laki-laki lainnya. "Yaelah gitu doang gak bisa," ucap perempuan itu yang kemudian meletakkan lembaran kertas soal itu di atas meja. Mendengar sebuah suara perempuan itu membuat Arya sedikit terkejut apalagi setelah ia melihat wanita yang ada di hadapannya itu adalah Sofia. "Eh? kamu? ngapain dibelakang? sini maju, kamu di suruh ke sini sama dewan guru, kan?" tanya Sofia yang melihat Arya duduk dibelakang. "Ya ampun orang itu ngapain di sini, sih?" gumam Arya yang kemudian maju ke depan dengan di perhatikan beberapa pasang mata adik-adik kelasnya. "Oh jadi ini Arya? berarti kamu yang mau mimpin rapat olimpiade, ya? soalnya kata dewan guru orang yang ikut olimpiade tahun kemarin bakal mimpin pertemuan kali ini, dan itu pasti kamu, kan?" tanya seorang laki-laki yang nampaknya cukup ramah. "Apa? jadi aku gak ditipu, ya? Jadi tujuan aku kemari buat bimbing anak-anak ini, ya? hahaha ya ampun ternyata aku terkenal juga, ya? oho, saatnya menyombongkan diri di depan wanita yang kemarin bikin aku malu karena dia punya pangkat game lebih tinggi dari aku. Dalam urusan game mungkin kamu lebih jago dari aku tetapi, urusan pelajaran kamu tidak akan bisa melampaui orang yang udah ikut olimpiade. Saatnya menunjukkan keahlian ku," gumam Arya nampak percaya diri. "Oh gitu, ya? iya aku juara lima olimpiade biologi tahun lalu, ya ampun aku jadi malu deh dibilang kayak gitu padahal biasa aja, sih hahaha," ucap Arya nampak percaya diri. "Wah hebat juga kamu, pantes ditunjuk kemari buat bimbing anak baru," ucap laki-laki itu. "Wah ternyata kita punya jenius di sini," ucap salah seorang wanita yang juga ada di depan. "Aku jadi malu, gausah begitu, lah," ucap Arya. "Yaudah bisa dimulai, kan?" tanya Sofia. Salah seorang anak kelas sebelas yang duduk di barisan paling depan kemudian berkata yang membuat Arya terkejut. "Ya ampun ini beneran kan? kak Sofia yang juara olimpiade fisika dua kali berturut-turut itu, kak? Peraih juara bertahan olimpiade Nasional," ucap orang itu yang membuat Arya terkejut. "Apaan? tunggu dulu? juara olimpiade Nasional? apa-apaan nih? maksudnya Sofia itu orang yang tahun lalu juarain olimpiade buat sekolah ini? ya ampun cobaan apalagi ini!" gumam Arya. "Tidak usah dilebih-lebihkan, di sini ada yang lebih jago dari aku, nih namanya Arya dia juara lima olimpiade biologi. Bener, kan?" tanya Sofia tersenyum jahat. "Bukan cuma jago game ternyata dia juga monster di dalam pelajaran, ya ampun gak ada yang bisa aku sombongkan sama sekali kalo di depan dia," gumam Arya nampak lesu. "Kamu kenapa?" tanya lelaki disebelah Arya. "Tidak apa-apa aku hanya sedikit sakit perut, ayo kita lanjutkan saja," ucap Arya yang kemudian acara pun dimulai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD