Sebuah Kecurigaan

1522 Words
Sekolah SMA pulau Paus saat ini sedang sibuk untuk menyiapkan ulangan tengah semester bahkan siswa siswi telah membicarakan semua hal yang akan terjadi setelah ulangan itu selesai, class meeting. Acara olahraga yang diadakan setelah selesai ulangan semester, bagi Lucy dan teman-temannya acara itu menjadi acara class meeting terakhir karena saat ini mereka telah menginjak kelas 3 SMA dan itu artinya tepat enam bulan dari sekarang mereka akan mengalami kelulusan sekolah, untuk itu sebelum mereka lulus beberapa siswa nampak menyiapkan sesuatu untuk perpisahan sekolah nanti. "Minggu depan udah ulangan, kamu mau belajar lagi sama, aku?" tanya Rio yang saat ini duduk di kursi sebelah Lucy di dalam kelas. "Ya ampun gak kerasa banget sih udah mau lulus aja ya bentar lagi, abis ujian tengah semester terus kita bakal nyiapin buat ujian akhir ya? ya ampun sedih banget tapi aku jadi gak sabar soalnya aku pengen kuliah di Jakarta, aw malu banget," ucap Lucy nampak memegangi pipinya dengan ekspresi wajah gembira. "Apa? kamu mau kuliah di Jakarta? bukannya orang tua kamu gak ijinin?" tanya Rio terkejut. Rio tahu jika ibunya Lucy melarang ia untuk kuliah di sana karena ibunya merasa khawatir akan pergaulan di kota besar, ibunya ingin Lucy kuliah di Jogja dengan perhitungan bahwa di sana ada pamannya yang bisa menjaga Lucy tetapi, Sultan tidak cukup peduli bahkan ia tak menginginkan Lucy berada di rumahnya lagi dan berharap Lucy cepat lulus dari sekolahnya dan pergi meninggalkan rumah. "Iya ibu melarang aku pergi ke sana karena ia khawatir aku kenapa-kenapa tapi, ayah tidak peduli bahkan ia mengatakan jika aku harus segera lulus agar dia bisa mengusirku dari rumah," ucap Lucy tersenyum namun dengan tatapan yang cukup tanda tanya. "Lucy? aku tau semua masalah yang dia tanggung, itulah kenapa aku selalu ingin disampingnya," gumam Rio menatap wajah Lucy. "Aku akan selalu mendukungmu, aku akan selalu ada di saat kamu butuh dan aku akan selalu membantumu saat kamu kesulitan," ucap Rio yang membuat Lucy malah menatapnya cukup aneh lalu tersenyum. "Kenapa? kamu kenapa jadi kayak berpuisi gitu? santai aja kali hahaha," ucap Lucy tertawaan mendengar Rio berkata cukup puitis dan terlalu formal. "Eh, apaan sih orang itu lirik lagu doang," ucap Rio mengelak karena dia cukup malu karena Lucy menimpalinya dengan perkataan seperti itu. "Hahaha ya ampun ngeles aja kayak bajaj," ucap Lucy tertawa. "Tapi kalo dipikir-pikir cepet juga kita jadi dewasa, ya? padahal dulu masih kayak ingusan, kalo main kadang gak pakai baju, mandi bareng juga waktu kecil," ucap Rio menggoda Lucy. "Idih m***m, kenapa jadi ngomongin itu Rio?" tanya Lucy tersenyum dan malu-malu. "Hahaha, iya loh waktu itu malah sering main rumah-rumahan, kan? kamu pasti minta jadi emaknya," ucap Rio mengingat kembali masa-masa itu. "Ih aku malu ah, ngapain ngomongin masa kecil. Udah-udah istirahat dulu aja jajan deh ke kantin," ucap Lucy mulai berdiri dan masih terlihat senyum. "Cie yang malu, mau kemana? santai aja dulu sini, aku titip kripik deh ni," ucap Rio yang mengetahui jika Lucy akan ke kantin sekolah. "Dasar males, yaudah sini aku satu, ya?" ucap Lucy. "Yaudah iya terserah," jawab Rio yang kemudian kembali ke kursinya dan melanjutkan kebiasaannya yaitu mendengar musik. "Dasar cowok males," ucap Lucy meninggalkan kelasnya. Diana yang sebelumnya membuat sebuah permainan bersama Cindy, melakukan sebuah permainan baru karena permainan pertama tidak ada yang menang karena seri. "Kenapa bisa seri? kalo kayak gitu nanti kita gak bisa dapetin Lucy," ucap Risty nampak gregetan dengan hasilnya. "Padahal dikit lagi harusnya aku menang," ucap Cindy nampak kesal. "Ayo Cindy kamu pasti bisa, ada permainan kedua tenang aja," ucap salah seorang perempuan yang juga masuk dalam kelompoknya. Sebenarnya mereka awalnya ingin latihan menari saja untuk persiapan class meeting nantinya tetapi dua club itu malah melakukan sebuah permainan karena mereka merasa jika diantara mereka ada yang lebih layak untuk mengisi acara dancer. "Gapapa masih ada game selanjutnya, ternyata si Cindy itu lincah juga, ya? Pantesan dia jadi leader," ucap Nisa yang melihat ke arah Cindy dengan tatapan penuh amarah. "Udah gapapa biarin aja, di game kedua aku pasti menang soalnya itu adalah game favorit ku," ucap Diana nampak percaya diri. Sebenarnya permainan itu bukan tanpa sebab dilakukan di sana tetapi satu waktu mereka menguntit Lucy saat ia berada di kantin bersama Rio. Kejadiannya seperti ini. "Aku paling seneng sama orang yang bijaksana, terus bisa bikin aku seneng, sama aktif," ucap Lucy sambil tersenyum pada Rio yang saat itu menikmati segelas es teh manis yang mereka pesan. Di antara mereka ada Diana dan juga Cindy yang ternyata diam diam ada di sana tanpa sepengetahuan mereka sehingga mereka mengira untuk menarik hati Lucy yaitu dengan menunjukkan sikap demikian, itulah sebabnya kelompok mereka selalu baik pada Lucy dan berusaha untuk menarik hatinya sehingga saat ini mereka merasa jika diantara mereka saling mengklaim jika dirinya yang paling layak sehingga membuat permainan seperti ini. "Lucy menyukai seorang yang aktif dan selalu bahagia, kita harus menang kali ini," ucap Cindy. Permainan selanjutnya di mulai. Cindy dan Diana nampak berada di sudut yang berbeda, mereka berjalan layaknya seorang gladiator yang akan membunuh lawannya di tengah colloseum. Cindy dengan tatapan tajamnya dan Diana dengan bibir pedasnya siap untuk saling bertarung satu sama lain. "Apa kau siap?" ucap Diana. "Tidak usah kau mengatakan hal itu, aku sangat siap," ucap Cindy yang nampak berapi-api. Keduanya benar-benar seperti dua orang petarung yang hendak melakukan sesi baku hantam walaupun sebenarnya permainan kedua adalah memakan cabai. "Oke karena keduanya udah saling berapi-api lebih baik kita mulai aja, ya? ayo mulai!" akhirnya mereka memulai permainannya. Dari atas tribun penonton seperti biasa Gery bersama teman-temannya telah berada di sana karena memang itu tempat mereka nongkrong. "Liat deh, kenapa cewek-cewek itu suka berantem, ya? Noh liat deh, ngapain sih mereka?" tanya Albert yang cukup heran karena kelompok mereka memang sering melakukan itu. "Mereka tuh lagi rebutin Lucy biar masuk ke club mereka makanya kayak gitu," ucap Natan yang nampaknya cukup mengetahui tentang mereka. "Widih tau dari mana lu? tau tauan lu, Tan hahaha," ucap Albert tertawa. Albert kemudian berteriak dan memanggil mereka. "Woy kalian ngapain? sini mending ikut sama kita sini nongkrong," ucap Albert yang berteriak ke arah mereka. Mereka yang berada di tengah lapangan kemudian melirik ke arah tribun dan hanya bisa memberikan ekspresi tak suka. "Idih apaan sih si Albert, gajelas banget," ucap Nisa dan lainnya. Tanpa memikirkan Albert akhirnya mereka melanjutkan kembali permainan yang memang belum selesai. Sementara itu nampaknya Lucy hari ini belum menerima pesan dari Arya sehingga ia berinisiatif untuk mengirimkan terlebih dahulu. "Chat Arya dulu ah, mau tau dia lagi ngapain kalo istirahat," ucap Lucy yang kemudian mengirimkan pesan singkat itu. Perlu diketahui saat ini Lucy bahkan belum bertukar nomor telepon sehingga ia hanya bisa mengirimkan pesan pada Arya melalui aplikasi banbanchat itu. [Arya? lagi apa?] Lucy belum tahu jika saat ini Arya sedang mengalami hal yang buruk sehingga Arya tidak membalas pesannya. Sampai jam istirahat masuk pun pesan itu masih belum dibaca dan ternyata hari ini sekolah bisa pulang lebih awal karena guru akan mengadakan rapat terkait ulangan tengah semester. "Oke jadi bapak hanya memberitahu jika kalian boleh pulang lebih awal karena guru akan mengadakan rapat hari ini," ucap wali kelas mereka yang memberikan informasi tersebut. Sontak semua murid histeris kegirangan karena hari ini mereka bisa pulang lebih cepat begitupun dengan Lucy. "Seperti biasa jika tiba waktunya ulangan pasti guru bakal rapat dan bisa pulang lebih awal," ucap Lucy. Rio mendekati Lucy dan menarik tangannya. "Ikut aku, ayo mumpung boleh pulang cepet," ucap Rio yang memaksa dan membuat Lucy kesal. "Ih apaan Rio lepas dulu aku belum beres-beres, lagian mau kemana, sih?" tanya Lucy memberikan ekspresi cemberut. "Hahaha jangan kayak gitu dong wajahnya, nanti aku cubit loh," ucap Rio tertawa. "Nyenyenye kebiasaan kamu, kalo ada apa-apa pinginnya buru buru terus, sabar dulu sabar," ucap Lucy kesal menatap Rio dengan tajam. "Iya iya," ucap Rio. Sebenarnya sudah beberapa hari ini Rio terus memperhatikan Lucy dan merasa ada yang aneh dengannya bahkan Lucy terlihat sibuk dengan handphonenya lalu tak jarang ia senyum-senyum sendiri. Rio curiga jika diam-diam Lucy dan Gery menjalin hubungan apalagi setelah saat itu ia memergoki Lucy berduaan dengan Gery walaupun pada akhirnya Lucy menjawab tidak. "Aku harus mengalihkan perhatiannya, aku tahu Lucy itu paling mudah jika dialihkan perhatian dan aku akan mengambil handphonenya saat ia lengah dan mengeceknya sendiri," gumam Rio yang cukup penasaran dengan apa yang ada di dalam handphone Lucy. "Kita mau kemana sih?" tanya Lucy penasaran karena saat ini Rio tak mau melepaskan tangannya. "Ikut aja, aku punya sesuatu buat kamu," ucap Rio. Mereka sampai di sebuah kedai bakso kesukaan Lucy dan terlihat Lucy cukup heran karena Rio mengajaknya ke sana. "Ta da, sampai sudah kita ditempat kesukaan kamu," ucap Rio tersenyum. "Ada apaan nih? kok tumben? biasanya juga kamu gak pernah mau aku ajak ke sini," tanya Lucy. "Ya karena aku mau sebelum lulus nanti, kita sempet ke sini dulu," jawab Rio namun ia sedikit ragu jika Lucy akan terkesan. "Hah? apaan sih? kan masih lama, Rio. Lagian kan kita masih bisa ketemu, ya ampun ini anak kenapa, sih?" ucap Lucy tersenyum lebar karena ia cukup dibuat keheranan oleh Rio. "Yaudah ayo masuk aja lah," ucap Rio menarik tangan Lucy dan bergegas masuk ke sana. "Eh? Ya ampun maksa amat ni anak," ucap Lucy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD