Sebuah Pertolongan

1025 Words
Arya yang telah sampai ke ruang guru ternyata saat itu sedang terkunci dan para staf guru sedang mengadakan rapat, pantas saja sejak tadi bahkan tidak terlihat ada guru setelah istirahat. Arya kebingungan apa yang harus dilakukan, di sisi lain ia tak ingin keributan ini semakin berujung panjang tetapi, sebenarnya ia juga telah mengambil resiko jika melaporkan pada guru ia bisa jadi korban selanjutnya. "Apa yang harus aku lakukan? ternyata lagi pada rapat? gimana, ya?" ucap Arya kebingungan uring-uringan di depan ruang guru. Merasa jika ia hanya membuang-buang waktu di sana kemudian Arya pergi dari ruang guru dan nampaknya ia sudah tak ingin terlibat, terlihat saat ini ia pergi ke kelasnya tetapi saat ia akan ke ruang kelas kemudian Daniel menyapanya. "Woy, dari mana? dari tadi dicariin, lapangan yok," ucap Daniel yang hanya mendapatkan ekspresi kebingungan dari Arya. Daniel belum menyadari jika wajah Arya saat ini diperban. "Si gendut, di saat kayak gini kenapa harus ada dia, aku gamau dia terlibat," ucap Arya yang melihat Daniel semakin mendekat. "Kamu kenapa? kok panik amat kayak orang yang lagi bingung? eh idung juga kenapa? abis berantem? atau abis dibully Angga?" tanya Daniel penasaran yang mencoba untuk memegang hidung Arya. "Berenti oy, jangan main pencet aja dikira tombol remot kali," ucap Arya menangkis tangan Daniel yang hendak memegang perban di hidungnya. "Ya lagian kamu kenapa? apa yang udah kamu lakuin sama Angga? ampe kayak gitu?" tanya Daniel semakin penasaran. Nampaknya Daniel cukup khawatir dengan kondisi Arya di tambah pakaian Arya nampak kotor karena ia terjatuh di gudang sebelumnya. "Aku lagi bingung, aku abis kena masalah ama Angga tapi ada masalah lebih berat. Sekarang Angga lagi mau mukulin anak baru, aku coba lapor guru tapi sekarang para guru lagi rapat. Aku bingung apa yang harus aku lakuin," ucap Arya memegangi kepalanya. "Hah? siapa yang mau dipukulin? ini udah parah sih, tapi kalo kita ikut campur nanti kita bakal kebawa-bawa masalah dan bakalan diincer terus sama kelompok mereka," ucap Daniel yang juga cukup ketakutan dengan apa yang nantinya akan terjadi. Tidak pernah ada yang berani pada kelompoknya Angga di sekolah ini, dia adalah yang paling berkuasa bahkan beberapa sekolah disekitarnya tidak ada yang berani mengganggu Angga saat mereka bertemu di jalan dan lebih memilih menghindar. "Kamu bener, sih. bahkan sekelas berandalan sekolah lain pun gak ada yang berani nyentuh Angga karena emang dia ditakuti banget di area ini tapi, aku gak mau masalah ini semakin panjang karena korban yang mau mereka pukulin bukan orang sembarangan," ucap Arya nampak berpikir ulang untuk menyelesaikan permasalah itu. "Kamu kenal? siapa, sih? Jadi penasaran," ucap Daniel. "Nanti kamu juga kenal sendiri, soalnya sebentar lagi pasti nama dia sering di omongin," ucap Arya pada Daniel. Tanpa di duga dari belakang seseorang menegur Arya yang ternyata adalah Sofia, ia menanyakan ada apa dengan dirinya sampai ia memilih untuk pergi bersama orang-orang itu. "Hei." Sebuah suara terdengar yang membuat mereka berdua menoleh. "Kamu ngapain ke belakang ikut mereka? kamu gak ngajarin mereka, kan? aku kenal mereka seperti apa dan aku perhatikan salah satu dari mereka mencengkeram leher kamu terlalu kuat, wajah kamu juga terlihat terluka dan sekarang seragam kamu nampak kusut dan kotor, sebenarnya apa yang udah terjadi?" tanya Sofia dengan ekspresi yang datar. Begitulah Sofia, ia selalu menampilkan ekspresi semacam itu saat berbicara dengan orang yang baru ia kenal. "Sofia? sebenarnya aku," ucap Arya menggaruk kepalanya dan memalingkan wajah ke samping. "Kenapa aku gugup? apa aku harus bilang yang sebenarnya ama dia? tapi apa untungnya? bahkan kalo dia tau pun gak akan ada yang berubah," gumam Arya. "Heh, kenapa? kenapa kamu malah bengong? ayo jawab, apa kamu abis berantem?" tanya Sofia mengangkat satu alisnya yang membuat Arya terlihat semakin gugup. "Apa yang harus aku katakan?" gumam Arya kebingungan. "Si nolep ini mengatakan, katanya ada anak baru yang mau dipukulin di gudang, terus dia nyari guru buat bubarin anak-anak itu terus itu idungnya abis ditonjok," ucap Daniel cukup santai yang membuat Arya malah terkejut. "Kenapa kamu ngomong ke dia, bodoh!" ucap Arya kesal menatap Daniel. "Apaan? kan dia tanya, lagian kamu juga diem aja, apa yang aku bilang salah? bukannya tadi kamu yang bilang sendiri," ucap Daniel merasa benar. "Ya gak gitu juga sadul!" ucap Arya nampak kesal. "Jadi bener ya dugaan aku kalo di gudang pasti ada sesuatu, jadi keputusan aku udah telat deh," ucap Sofia nampak santai. "Hah? maksudnya?" tanya Arya. "Tuh liat aja ke lapangan," ucap Sofia yang membuat kedua orang itu melihat ke arah lapangan upacara di mana lapangan itu tepat berada di depan kelas 12E yang tak lain adalah ruang kelas Sofia saat ini. "Hah? Ada apaan?" ucap Arya menoleh ke arah lapangan. Ia terkejut karena di sana pak Samuel bersama dengan Cungkring, Ryan, Angga dan juga Oboi terlihat sedang menghukum ke empatnya. "Kok bisa? sejak kapan pak Samuel ada di sana? apa kamu yang laporan?" tanya Arya kaget. "Weh iya loh itu pak Samuel lagi ngehukum gengnya Angga, mereka ketauan berarti," ucap Daniel yang masih melihat ke arah lapangan. "Aku curiga pas kamu dibawa sama mereka yaudah aku cuma bisa diem tapi aku gak yakin akhirnya aku lapor sama pak Samuel kalo lagi ada keributan di gudang, syukur deh kamu udah gak di sana jadi kamu lolos dari hukuman, ya itu karena aku," ucap Sofia lalu memberikan setumpuk kertas untuk dibagikan. "Apaan nih?" tanya Arya bingung. "Gausah sok lupa ingatan, itu kamu bagiin ke anak kelas sepuluh buat gambaran mereka soal olimpiadenya, lagian kamu juga berhutang sama aku kan soalnya aku udah nolong kamu panggilin pan Samuel, jadi buat bales budi ya kamu harus nurutin aku," ucap Sofia yang nampaknya cukup perhitungan soal permasalahan ini. "Kenapa malah jadi gini, tapi gapapa deh seenggaknya masalah ini udah di tangani sama pak Samuel," gumam Arya. "Pulang sekolah temuin aku, ini buat persiapan olimpiade," ucap Sofia lalu pergi meninggalkan mereka berdua. "Sofia itu sangat sempurna banget kalo dijadiin pacar tapi kok agak judes dan suka maksa, ya? jadi mikir-mikir lagi," ucap Daniel. "Kamu ngomong apaan? lagian emang dia mau sama kamu?" tanya Arya. "Tergantung zodiak dia apaan, bisa aja kan kita berjodoh? gak ada yang gak mungkin di tangan Allah SWT," ucap Daniel. "Jadi dia percaya zodiak atau Allah, sih?" gumam Arya menatap Daniel heran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD