"Bagimana bisa dia harus melakukan sedangkan ini bukan sesuatu yang harus dia lakukan."
***
Hari ini setelah selesai kajian tepat sekali adzan magrib berkumandang. Hafidz, Lina, Gerry yang memang saat ini sudah sering bersama pun mengajak untuk solat magrib bersama. Cris sudah resmi menjadi bagian kelompok Hafidz walaupun Lina tidak setuju.
"Yuk udah adzan magrib solat dulu," ucap Gerry. Memang Gerry yang paling tua di sini. Sehingga, lebih sering mengawasi yang lainnya juga.
"Iya juga yuk kita solat," ucap Hafidz. Cris bingung harus berkata apa. Kalau sampai solat itu bukanlah hal yang Bagus. Dia tidak bisa melakukan itu. Sedangkan agamanya juga berbeda dengan mereka.
"Cris kenapa diem aja? Kamu enggak mau solat?" tanya Gerry lagi. Mereka semua melihat ke arah Cris.
"Ah ehmm ... anu...." Cris menggaruk kepalanya gatal. Apa yang harus dia katakan ini. Dia tidak mungkin membuka kartu ASnya kalau dia bukanlah seorang Muslim.
"Kenapa? Lagi enggak solat ya? Libur perempuan?" tanya Gerry lagi. Cris mengerutkan keningnya.
Tapi sedetik kemudian Cris langsung saja mengangguk. Dia tidak tahu apa itu libur perempuan. Dari pada curiga dengan agama Cris lebih baik Cris mengambil kesempatan ini.
"Oh gitu yaudah kita solat dulu ya."
"Emm aku sekalian pamit aja deh. Kebetulan aku udah malem takut orang tuaku juga nyari."
"Baru juga abis magrib. Kamu anak sd yang masih dipantau sama orang tua ya," sindir Lina.
"Lina jaga bicara kamu. Kamu enggak boleh menyakiti hati orang lain. Kamu tahu 'kan gimana hukumnya." Lina pun akhirnya terdiam karna Gerry yang sudah bicara. Dia lantas langsung masuk saja ke masjid meninggalkan dua laki-laki yang saat ini lebih sering bersama Criszya.
"Yaudah saya pamit duluan ya. Assalamualaikum." Criszya memilih pamit lebih dulu karna dia tahu Lina memang dari awal tidak menyukainya.
***
Sampai di rumah Criszya melihat Mamanya langsung bangkit dari duduknya. Dia melihat Mamanya membawa banyak kerudungnya.
"Mama...."
"Ini apa, Cris?" tanya Mamanya.
"Mama dapet dari mana?" tanya Cris ingin mengambil tapi ditahan oleh Mamanya.
"Mama nemuin ini lemari kamu banyak banget. Mama juga lagi lihat kamu Akhir-Akhir ini kamu aneh. Kamu lagi nyembunyiin sesuatu dari Mama?" tanya Mamanya lagi.
"Nyembunyiin apaan sih, Ma. Enggak kok udahlah ini tu punya temen Cris. Kemarin ketinggalan di tas Cris yaudah Cris bawa pulang terus Cris cuci."
"Kamu enggak ada yang disembuyiin kan, Cris. Mama lihat kamu akhir-akhir ini juga kayak sibuk. Sibuk ngapain aja?"
"Ya namanya orang kuliah wajar dong, Mah sibuk. Kalau enggak sibuk bukan orang kuliah namanya. Udah sini ah, ini punya temen Cris kalau ilang Mama mau ganti," ucap Cris berusaha tetap santai walaupun hatinya takut Mamanya curiga.
"Ini ada apa kok di depan gini kalian?" tanya Papanya yang baru datang. Mereka menengok ke arah Papanya yang baru datang. Mereka sama sekali tidak mendengar mobil Papanya yang masuk saking seriusnya berdebat.
"Loh, Cris kerudung sebanyak itu buat apa?" tanya Papanya melihat kerudung itu. Cris langsung mengambil kerudung tersebut dari tangan Mamanya.
"Punya temen Cris, Pa. Udah ah, Cris capek mau masuk." Cris harus segera menghindar dari pada Papa Dan Mamanya semakin mencecar Cris hingga membuat Cris bingung harus menjawab apa.
Papa Dan Mamanya saling melirik saat Cris masuk. Setelah masuknya Cris Mamanya langsung berkata kepada Papanya tingkah aneh anaknya itu.
"Pa lihat deh, tingkahnya Cris akhir-akhir ini kayak aneh enggak sih."
"Aneh gimana emangnya, Mah?"
"Ya masa kalau kerudung temennya ada diemarinya. Banyak juga lagi, Pa."
"Yaudah mungkin emang apa yang diomongin anak kita bener. Toh, selama ini anak kita juga enggak aneh-aneh. Wajar kok Mama khawatir mungkin anak kita semakin dewasa emang jarang di rumah beda sama dulu. Jadi, wajar aja, Mah." Mamanya pun me gangguk setelah itu mereka masuk ke dalam rumah.
***
Hari ini hari minggu. Cris sudah bersiap untuk datang ke kajian Hafidz tapi Papa Dan Mamanya sudah mencegah Cris untuk pergi. Karna minggu kemarin Cris sudah tidak ikut mereka untuk ke gereja.
"Mau ke mana kamu jam segini udah rapi?" tanya Papanya mencegah Cris untuk pergi dengan menghadang jalan anak semata wayangnya tersebut.
"Pa, Cris mau ketemu temen nih. Lagi buru-buru."
"Kamu lupa ini hari apa?"
"Inget, Pa. Ini hari minggu makanya aku ada janji sama temen buat ketemu. Misi, Pa," ucap Cris menyuruh Papanya untuk menyingkir tapi Papanya tetep menghalangi jalan anaknya.
"Papa ih...." Cris gregetan sendiri dengan Papanya yang tidak memberikan jalan lagian biasanya juga dia tetap pergi kenapa kali ini Papanya malah mencegah.
"Cris lagian kamu pagi-pagi gini mau ke mana sih?" tanya Mamanya dari belakang yang menyediakan sarapan untuk mereka.
"Mama ini Papa ngalingin jalan aku. Aku udah ditunggu temen, Ma."
"Minggu lalu juga kamu hari Minggu pergi. Minggu ini kamu mau pergi lagi! Kamu lupa sama Tuhan kamu?" tanya Mamanya lagi. Ya, Cris baru ingat. Hari ini dia harus ke gereja. Tapi, dia harus mengurus kajian dengan Hafidz dia sudah diamanatkan untuk menjadi MC lagi. Walaupun, dia tidak suka harus bersama dengan Lina yang sangat julid dengannya. Tapi, ini semua dia lakukan demi Hafidz.
"Ma Cris cuma pergi bentar deh. Ini Cris ada urusan penting banget."
"Gak, Cris kamu nanti dibiarin sekali terus terusan ini aja mau ngulangin yang sama kan."
"Enggak kok, Pa. Aku beneran bentar deh. Ayolah, Pa. Aku mau ke luar," ucap Cris lagi merengek agar boleh pergi.
"No. Kalau Papa bilang enggak ya enggak. Ayo ke meja makan terus buruan makan Dan kita pergi bersama."
"Pa, nanti Cris nyusul aja."
"Enggak kamu bohong." Papanya menarik tangan Cris untuk sarapan bersama. Dia mau anaknya itu taat dengan Tuhan. Bukan malah melalaikannya. Sekali dia masih maklum tapi kalau sudah dua kali dia tidak akan membiarkannya.
"Mama, lihat Papa masa aku enggak boleh ke luar."
"Apa kata Papa kamu bener. Papa kamu cuma enggak mau kamu lalai, Cris. Apalagi di umur kamu yang sekarang butuh banget diarahin. Kalau sekali kamu gak ke gereja pasti kamu ketagihan gitu mulu. Lagian kalau main kan bisa nanti ke gereja lamanya emang seberapa sih, Cris."
"Tapi, Ma...." Cris masih saja merengek. Apa yang harus dikatakan oleh Hafidz kalau dirinya tidak bisa berangkat.
"Cris buruan makan udah jangan debat. Kamu turutin kita karna kita masih orang tua kamu. Kita cuma mau yang terbaik buat kamu."
"Iya, Pa, Ma." Pada akhirnya Cris hanya bisa pasrah mengikuti mau kedua orang tuanya.