Kegap Dari Gereja

1013 Words
"Apa yang harus dia katakan saat bertemunya." *** Pada akhirnya Cris ikut orang tuanya ke gereja. Dia mengatakan kepada Hafidz bahwa tidak bisa hadir untuk menjadi MC karna urusan keluarganya yang mendadak. Untung saja Hafidz mengerti. Selesai Cris dan keluarganya beribadah. Cris bersama keluarganya ke luar dari gereja. "Nah, Cris kalau kamu mau ketemu temen kamu enggak papa, Papa bolehin. Kalau tadi Papa enggak akan kasih kamu izin karna ibadah itu yang pennting." "Enggak jadi ketemu, Pa. Aku udah bilang sama temenku kalau kita batal ketemu karna ada urusan," jawab Cris sambil melihat ke arah Papanya. "Lagian kenapa kamu bilangnya ada urusan kamu 'kan bisa bilang kalau lagi sembahyang. Pasti temen kamu juga ngerti kok," ucap Mamanya ikut mengatakan hal tersebut kepada Cris. Cris menghembuskan napasnya mana mungkin dia mengatakan kepada orang yang disukainya bahwa dia akan ke sembahyang ke gereja. "Iya cuma tadi urusannya pagi, tapi yaudahlah, Pa, Ma. Lagian bisa besok ketemu di kampus. Sekarang mending kita family time aja. Udah lama 'kan kita enggak family time?" tawar Criszya. Dari pada dia bingung harus ke mana lebih baik segera saja untuk pergi bersama keluarga. "Tumben banget. Papa sih mana seneng. Yaudah ayo kita mau ke mana?" tanya Papanya dengan senang. Waktu dengan keluarganya sudah jarang Maka inilah yang Papanya tunggu. "Emm makan atau ke mana ajalah," jawab Cris. Kemudian mereka pun berjalan menuju parkiran mobil. Namun, saat mereka berjalan ternyata mereka berpapasan dengan Hafidz dan Lina. "Cris?" panggil Hafidz. Cris dan keluarganya menengok ke arah Hafidz dan keluarganya. Cris membulatkan matanya kala melihat mereka berdua. "Kak Hafidz, Lina," jawab Cris dengan gugup. Orang Tua Cris melihat mereka berdua. "Kamu habis dari gereja?" tanya Lina langsung saja. Cris gelagapan mendengar ucapan Lina yang lantas. "Cris ini temen kamu?" tanya Mamanya lagi. Banyak hal yang membuat Cris panik karna dia tidak menggunakan kerudung selama ini kerudungnya memang hanya untuk menutupi kepala saja tapi saat ini dia tidak membawanya dan harus bertemu dengan Hafidz. "I ... iya, Pa." "Ini Papa sama Mama kamu?" tanya Hafidz lagi. "Iya," jawab Cris. Berbeda dengan Cris yang gugup dan juga panik. Hafidz malah terlihat santai namun tidak dengan Lina yang juga khawatir kalau Papanya mengatakan sesuatu. "Om .. Tante, saya temannya Zya di...." Belum sempat Hafidz melanjutkan ucapannya Cris langsung memotong. Tidak. Hafidz tidak boleh memberitahunya kalau mereka teman satu kajian. Papa dan Mamanya sudah pasti akan marah. "Pa, Ma. Kalian tunggu aja di mobil setelah ini aku bakal nyusul," jawab Cris lagi. Hafidz mengerutkan keningnya bingung kenapa Criszya terlihat seperti panik atau ada suatu hal. "Yaudah kamu juga jangan lama-lama ya. Papa sama Mama tunggu kamu di mobil." "Iya, Pa, Ma," jawab Cris dengan sedikit tenang. Kemudian Mamanya berucap lagi, "Yaudah siapa tadi nama temennya. Mama mau kenal juga," ucap Mamanya lagi. "Nama saya Hafidz sama ini teman saya Lina," ucal Hafidz memperkenalkan dirinya dan juga Lina. Lina pun yang tidak suka dengan Criszya tetap bersikap sopan. Dia tidak mau karna tidak suka dengan Criszya dia jadi lupa menghormati yang muda. "Lina Tante...." "Oh temannya Cris semua Muslim ya...." "Maksudnya, Tan?" tanya Hafidz lagi. Criszya langsung saja menarik kedua tangan orang tuanya dan mengatakan sebentar kepada mereka. "Ma, Pa ayo kita ke mobil. Mama sama Papa tunggu di mobil dulu baru nanti aku susul ya. Bentar ya, Fidz, Lin aku anter Mamaku dulu ke mobil. Kalau udah ngobrol Mama ku tu pasti betah," ucap Criszya lagi dengan mengelak kepada mereka berdua. Lina yang mendengar kata Muslim dari mulut orang tua Criszya jadi berfikir aneh. Sudah jelas dia memakai kerudung kenapa orang tuanya masih bertanya. Dan juga kenapa Criszya tidak membawa kerudung untuk menutupi kepalanya. Ya, walaupun dia memang tahu jika selama ini Criszya pun memang tidak memakai kerudung yang menutupi kepalanya dengan benar. "Aneh enggak sih, Fidz masa nanya kita Muslim atau enggak udah jelas kita pakai kerudung," ucap Lina kepada Hafidz saat mereka tinggal berdua. "Ya mungkin selama ini temannya, Criszya kebanyakan dari non Muslim makanya Mamanya waktu ngelihat kita aneh. Atau walaupun temannya Muslim pakaiannya tidak seperti kamu." "Emang pakaian aku kenapa orang emang perempuan kan harusnya pakaiannya kayak gini. Bukan kayak Criszya barusan yang buka-bukaan kayak gitu." "Kamu itu harus bisa menjaga lisan dengan baik, Lin. Kamu itu seharusnya jadi panutan karna bagaimana pun kita adalah pemberi motivasi jangan malah kayak gitu kalau ada yang denger dan tahu kamu gimana apa orang ga mikir negatif?" ucap Hafidz kepada Lika dengan serius. Lina pun menghela napas selalu saja Hafidz ini membela Criszya padahal selama ini dia sudah senang karna Criszya waktu itu tidak direspon baik oleh Hafidz. Seandainya saja Lina tidak jatuh sengaja. Ya, waktu itu dia sengaja menjatuhkan diri padahal senggolan Criszya tidak terlalu keras. Di sisi lain Criszya mengatakan kepada ke dua orang tuanya untuk menunggu di mobil saja sebentar. Dia akan kembali lagi ke Hafidz dan Lina sekadar pamit. "Kamu kenapa sih, Cris kenapa Mama kamu tarik-tarik." "Enggak papa, Ma. Udah Mama tu tunggu aja di sini. Lagian aku cuma mau pamit dulu." "Mama kan mau kenal sama temen kamu. Baru kali ini kamu temenan sama orang yang pakaiannya tertutup banget." "Udahlah, Ma. Gausah dibahas aku mau ke sana dulu takutnya mereka nunggu jadi aku mau ke mereka dulu." Criszya langsung menghampiri mereka lagi. "Hafidz, Lina maaf ya aku kayaknya lagi buru-buru sama keluarga aku jadi aku pamit duluan ya. Kalian mau ke mana emangnya?" tanya Cris saat sudah sampai di sana bersama Lina dan Hafidz. "Oh yaudah enggak papa, Lin. Aku yang minta maap karna jadi ganggu kamu tadi manggil." "Iya enggak papa kok. Yaudah gih kalau buru-buru nanti keluarga kamu nungguin." "Iya. Yaudah aku pamit duluan. Permisi...." "Iya." Criszya langsung saja berbalik arah. Lina memandangnya tidak suka, "Bukannya Salam kek malah permisi." "Lina...." "Hmm...." Lina pun langsung saja berbalik arah setelah berdehem karna tahu pasti Hafidz tetap akan membela Criszya. Atau Hafidz ini sebenernya suka dengan Criszya. "Lin kamu pulang sendiri enggak papa? Aku kayaknya mau jemput adekku dulu." "Emm yaudah." Lina pun berhenti lagi-lagi dia harus pulang sendiri. Tapi, tidak masalah sudah biasa. "Maaf ya, Lin." "Iya. Yaudah aku duluan. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." Lina lantas pergi meninggalkan Hafidz lebih dulu.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD