46, Crushed

1064 Words
“Hah ....” Desahan napas itu meluncur keluar dari mulut Selena ketika ia berhasil melempar tubuhnya di atas ranjang. Wanita muda itu mengarahkan pandangannya ke langit-langit ruangan sementara kedua tangannya terlentang di atas kepala. Tenggorokannya mendadak terasa kering hingga Selena perlu menelan saliva dan dia melakukannya lalu kembali melepaskan desahan napas panjang. Pukul dua siang waktu New York dan dia sudah berada di apartemen. Setelah makan siangnya bersama bos The King Holding selesai, dia pun diperbolehkan Selena untuk pulang sementara dia sendiri dijemput oleh sopir pribadi. ‘Oh, sialan! Kim Seo Joon benar-benar mabuk dan sialan lagi karena aku sudah menyetujui keinginannya,’ batin Selena. Wanita muda itu mendesah untuk ke sekian kalinya. Dia berpaling, memandang ke luar jendela kamarnya yang terbuka. ‘Well, seperti ucapanku, aku akan mengeluarkan ayahmu dari penjara. Kenapa? Holy! Apa kau tidak tahu soal itu?’ Otak Selena bekerja dengan cepat dan mengirim perintah ke tubuhnya. Ia langsung melompat dari sana dan berlari menghampiri nakas kecil dekat lemari bajunya. Gadis itu bergegas mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sepasang manik cokelat itu kemudian terbelalak memandang amplop berwarna cokelat yang ia ambil diam-diam dari ruangan Kim Seo Joon. Ya Tuhan, sudah sepanjang hari dia menahan rasa penasaran dan kali ini Selena tak bisa menahan rasa itu lebih lama lagi. Sambil memegang amplop itu di tangannya, Selena pun mengambil langkah mundur hingga bokongnya mendarat kasar di tepi ranjang. Jantungnya mengubah tekanan berdetak meningkat, waswas dan penuh ketakutan. Wajahnya memucat seketika saat cairan bening memaksa keluar dari pori-pori. Wanita muda itu tengah mempersiapkan diri untuk melihat kenyataan yang tertera di dalam amplop ini. Ucapan Aaron Travis terlanjur memengaruhi pikiran Selena hingga membuatnya tak dapat memikirkan hal lain. Dia sukses memercik api yang membuat Selena menjadi sangat penasaran. “s**t!” maki gadis itu. Ibu jari dan telunjuknya bergerak cepat melonggarkan tali yang menggulung pada kenop amplop dan sambil menahan degup jantung yang kian bertambah cepat di setiap detiknya, Selena pun berhasil mengeluarkan sesuatu dari dalam amplop tersebut. Namun, ketika tangannya telah berhasil mengeluarkan setengah dari isi amplop, ia malah mendongak dan mendesah lirih hingga kedua bahunya merosot. Untuk sejenak gadis itu merasa bahwa ia tak siap melihat isi surat ini. Selena takut apabila yang dikatakan Aaron ternyata benar, lalu bagaimana Selena harus menanganinya? Dan bahkan jika dokumen ini palsu apakah Selena akan memilih untuk bertanya langsung pada bundanya? Lalu bagaimana, apa yang harus Selena katakan? Ketika semua perasaan itu semakin berkecamuk, tiba-tiba saja Selena mendengar bunyi notifikasi di ponselnya. Suara itu sukses menarik atensi Selena. Ia pun berpaling, merunduk untuk meraih layar ponselnya. Gadis itu mengerutkan dahinya, membaca pesan singkat dari nomor tak dikenal. Selena yang penasaran kemudian membuka pesan tersebut. Apakah kamu sudah membuat keputusan? T.T Aaron Leher Selena kembali melengkung. Ia mendongak dan melepaskan desahan napasnya dalam desahan panjang. Belum sempat Selena berpikir, tiba-tiba ponselnya kembali berbunyi dan memaksa Selena untuk kembali menoleh. Keningnya sontak melengkung ke tengah, tetapi kemudian matanya terbelalak saat melihat foto yang dikirimkan oleh Aaron Travis. Foto pertama adalah foto gedung Pengadilan Tinggi Jakarta Selatan. Kedua foto seorang pria yang tampak sibuk menghadap ke bagian administrasi dan yang terakhir, “Akta permintaan banding. Berkas perkara permintaan banding. Nama ....” Ucapan Selena terhenti. Jantungnya berhenti berdetak dan wajahnya pun berubah pucat dalam sedetik. “Anthony Mahendra.” Ia menyebutkan nama ayahnya dengan nada bergetar. Ia pun mendongak sekilas dan merasakan gempuran kuat di dadanya. “Ya Tuhan,” gumam Selena. Gadis itu tersentak saat ponselnya kembali berbunyi. Paru-parunya bekerja dengan keras untuk mengeluarkan udara yang tanpa sadar ditahan Selena sejak tadi. Kau masih tidak percaya jika aku bisa membebaskan ayahmu? Selena menelan saliva, tersekat kental dan merasakan sesuatu yang dahsyat menggedor dadanya. Efek samping dari rasa terkejut yang luar biasa itu membuat kepala Selena terasa pening. Ia pun memejamkan mata, meringis dan menahan rasa sakit yang tiba-tiba menyambar kepalanya. Namun, Aaron seperti tak ingin memberikan kelegaan walaupun hanya sedetik saja. Terbukti ketika ponsel Selena berdering dan tertera nomor telepon yang sedari tadi mengirimkan pesan padanya. Selena berusaha menenangkan diri dengan cara menelan saliva dan memperbaiki napasnya. Sungguh pun, semua ini benar-benar membuat Selena syok. Mulutnya sampai megap-megap dan napasnya berembus terputus-putus. Untuk sesaat Selena seperti terkena serangan panik. Semakin lama, jantungnya semakin berdetak tak karuan. Ya, Tuhan, Selena mulai kehilangan kendali atas pikiran dan tubuhnya. Gadis itu merunduk sambil menaruh kedua lengannya di depan d**a. Tangan kanan Selena berusaha memegangi dadanya yang terasa sangat nyeri dan membuatnya sesak napas. Ada apa ini? Seharusnya Selena merasa senang. Ada seseorang yang mau membantu keluarganya dan bahkan bersedia mengeluarkan ayahnya dari penjara. Namun, mengapa sulit sekali membuat hati dan pikirannya tenang? Mengapa alam bawah sadarnya menangkap sesuatu yang berbeda hingga membuat tubuh Selena merinding ketakutan? Ada apa ini? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? “Hah, hah, hah!” Cairan bening itu berlomba-lomba keluar dari pori-pori wajah. Membanjiri wajah Selena, ia pun menutup mata. Bibirnya yang gemetar itu terkatup dan Selena menyerah. “Aaarrghh!” Ia menggeram dengan wajahnya yang pucat dan gemetar. Tubuhnya dibiarkan terkulai hingga jatuh ke lantai. Ada sesuatu yang membuat hati Selena berkedut nyeri. Sesuatu yang aneh dan irasional. Semua perasaan itu perlahan-lahan muncul. Semakin lama semakin sakit hingga semuanya itu tercurah dalam satu kubangan air mata. Selena hancur di tepi ranjangnya. Ia menangis histeris. Bak seorang anak kecil yang dipatahkan satu lengannya. Tangisan Selena terdengar begitu nelangsa hingga Tuhannya pun bisa mendengarkan derita Selena. Demi apa. Dia hanya seorang gadis yang berusaha bertahan di negeri orang. Satu tujuan Selena kemari adalah mendapatkan ilmu sebanyak yang ia bisa agar kelak, ketika Selena kembali ke Indonesia dan bertemu kedua orang tuanya, ia bisa menunjukkan bahwa dia adalah anak yang dapat dibanggakan. Namun, mengapa takdir bagai ingin menghukum Selena dan keluarganya? Mengapa hanya dalam semalam seluruh kehidupan Selena berubah dan setiap hari, bukannya kehidupan Selena semakin membaik, dia malah mendapati takdir semakin menyudutkan dirinya. Seperti berusaha menerjunkan Selena ke jurang kebinasaan dan tak ada seorang pun yang bisa menolongnya. Selena benar-benar sendirian dan ini mengerikan. Dia memang tak mengenal Aaron Travis, tetapi Selena juga bukan gadis bodoh. Selena tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang gratis selain napasnya. Dan, apabila ada orang yang menawarkan bantuan sekecil apa pun, kadang kala mereka akan menuntut balik apalagi pada mereka yang memberikan bantuan sebesar yang dilakukan Aaron Travis. Untuk berpikir bahwa Selena seharusnya bersyukur rasanya tak akan bisa karena Selena yakin jika kehancuran kehidupannya akan benar-benar dimulai hari ini dan saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD