48. Sneaky Boy

2643 Words
“Come on, sweety, you don’t have to be afraid, I will not hurt you!” Selena mendesah dan sepintas ia mendelikkan matanya ke atas. Ada sesuatu dalam senyuman Aaron yang membuat Selena merasa terintimidasi. “Kita di sini untuk bicara, oke?” Tatapan dalam mata pria itu membuat Selena menganggukkan kepala. “Ya,” jawab Selena dalam nada mendesah. Ia mencoba menutupi sekelumit perasan takut yang terus mendera pikirannya dengan melakukan tarikan napas panjang. Selena memejamkan mata dan membiarkan desahan napas panjang itu menggema keluar di antara celah kecil di mulutnya. “Come on, have a sit,” ucap Aaron. Selena menelan saliva panas dan kembali mendesah samar sebelum membawa bokongnya duduk diam dalam posisi waswas. “Relax ....” Lelaki Travis itu menangkap ketakutan besar di wajah Selena. Sedikit terkejut karena ternyata wanita itu tak seberani yang dia pikirkan. “Hem ....” Aaron melempar tubuhnya di samping Selena dan membuat gadis itu tersentak. “hei, ayolah apakah aku terlihat seperti seorang lelaki c***l yang akan memperkosamu saat ini juga?” Pertanyaan dengan nada menanjak itu kontan membuat Selena memutar wajahnya. Sepasang manik cokelat itu membesar dan Selena menggelengkan kepalanya dengan cepat. Aaron mengentak napasnya dengan desahan berat. “Kalau begitu mengapa kau terlihat sangat ketakutan, hah?!” Ia kembali bertanya dengan nada menantang. Sekarang Selena seperti melihat diri Kim Soe Joon di dalam perkataan Aaron Travis. Selena menggelengkan wajahnya dengan cepat. “Ti-tidak,” ucapnya. “Of course you are,” ucap Aaron sambil memandang Selena dengan pandangan sinis. “look-“ lelaki itu mendekat. Menaruh kedua tangannya di atas paha sementara Selena menarik tubuhnya ke belakang. Dia kontan membuat Aaron kembali mendongak, memandangnya dengan tatapan sinis. “What the f**k are you doing?” Aaron bertanya dengan nada lembut, sekalipun kalimatnya terdengar sarkastik. Selena kembali menggelengkan kepala. “No,” jawabnya. Reaksi yang ditunjukkan oleh Selena membuat Aaron kembali menarik punggungnya dan duduk pada posisi semula. Terjadi keheningan yang panjang ketika Aaron terdiam dan Selena menundukkan kepalanya. Ia melihat gerakan dari kaki Aaron yang terangkat dan meletakannya pada kakinya yang lain. Lelaki itu mengubah posisi duduk dengan memangku kaki dan menaruh tangannya di atas sandaran kepala. “Firstly, I’m not the d**k-bag d**k-deep-s**t Darren,” Mendengar nama itu disebutkan membuat Selena lantas mendongak. Ia memandang Aaron dengan mata terbelalak. “the second thing,” Aaron mencondongkan tubuh, meraih sebelah sisi wajah Selena dan kontan membuat gadis itu menarik setengah bahunya hingga nyaris menyentuh rahang. “I’m not the f*****g p***y Kim Seo Joon.” Lanjut Aaron. Selena menelan saliva dan berupaya keras mendongakkan wajahnya. “So what are you?” tanya gadis itu dengan nada lirih dan dengan mata berselimut kabut ketakutan. Aaron tak langsung menjawab. Dia kembali menarik setengah sudut bibirnya ke atas. Seringai yang membuat jantung Selena berkedut penuh tekanan. Ia pun menyeret pandangannya, menjauh dari Aaron Travis. Wanita muda itu kembali menelan saliva untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering setiap mili detiknya. “I am who I am.” Jawaban Aaron Travis kembali membuat Selena mendesah lirih. “Kamu tidak menjawab pertanyaan yang sesungguhnya,” gumam Selena. Ia samar mendengar suara dari senyum dan tekanan napas yang baru saja menerpa napasnya. Namun, Selena masih tak bisa memutar pandangannya ke samping. “Oh! I wanna tell you something,” ucap Aaron. Sedikit ragu, tetapi Selena kemudian memutar pandangannya ke samping. Masih dengan menundukkan wajah, ia memantau pergerakan Aaron di sampingnya. Tampak lelaki itu mengambil sesuatu di atas meja. Aaron menggeram rendah di kerongkongan sambil menyandarkan punggungnya kembali ke sandaran dan kembali memangku kakinya. Selena semakin mengangkat pandangan. Ia mendapati Aaron tengah memainkan gawainya dan Selena tak ingin bertanya apa pun. Dia memilih untuk diam sambil melipat kedua tangan di atas paha. “Oke, ini dikirim oleh pengacaraku beberapa menit sebelum kau tiba.” DEG Ucapan Aaron kali ini sukses membuat Selena mendongakkan wajahnya. Matanya pun membulat, memandang Aaron dengan pandangan terkejut dan semua itu membuat Aaron tersenyum penuh kemenangan. Sekilas lelaki itu memandang Selena lalu ia memusatkan perhatiannya pada ponsel di tangannya. “Here!” kata Aaron sambil menyerahkan ponselnya kepada Selena. Untuk sekelebat, wanita muda itu terdiam selain kedua matanya yang mematri tatapan pada wajah Aaron dan memandangnya dengan pandangan tercengang. Entah apa yang membuat lelaki itu terus menyeringai dan semakin membuat Selena terintimidasi oleh sikap tenangnya itu. “Come on, go on read. Aku tahu kamu tidak akan percaya jika aku yang membacanya maka dari itu kau saja yang baca,” jelas Aaron. Selena masih memandang Aaron dalam posisi terdiam kaku dan wajah yang berubah tegang. Untuk sesaat ia tak bisa berbuat apa-apa selain merasakan tekanan jantungnya yang bertambah cepat di setiap detiknya. “Well, sweetheart, kau tahu pepatah yang mengatakan tak baik menyuruh orang menunggu.” Dan perkataan Aaron barusan akhirnya membuat Selena bergeming dengan cara menelan saliva. Tampak gadis itu menarik napas dan menahannya di d**a. Ia pun perlahan meraih ponsel di tangan Aaron dan entah Selena sadar atau tidak kalau saat ini kedua tangannya sedang bergetar ketakutan. “Oh come on ... you so much looks like pathetic girl. I told you, you just have to relax ....” Aaron melotot sambil menarik kedua bahunya ke atas. “You know what I mean?” tanya lelaki itu. “just relax. R-E-L-A-X,” ejanya dengan sangat jelas. “can you do it?!” Selena menarik napas sambil menutup mata. Ia pun menganggukkan kepalanya. “Yeah ...,” jawab gadis itu dalam desahan napas panjang. “Good!” Aaron melayangkan tangan kanannya ke udara lalu membanting punggungnya ke arm rest. “now read it!” Lanjutnya. Lelaki itu mendesah berat sambil menggoyangkan kepalanya. “God, you make me look like a criminal,” ujar Aaron dan ia kembali menggelengkan kepalanya. “Sorry,” gumam Selena. “Oh, jangan merasa bersalah, sweetheart, baca saja!” Selena kembali menganggukkan kepalanya. Kali ini ia benar-benar akan membaca apa pun yang disuruh oleh Aaron. Wanita muda itu menunduk dan dalam hati dia bergumam, menyuruh tubuhnya untuk bersikap normal. “Fyuh ....” Selena mengerjap sambil menggoyangkan kepala dan ia benar-benar siap. Tertera nama Clav Mc.Call Lawyer di sana dan Selena kembali menelan saliva saat jantungnya kembali berkedut penuh tekanan. Ada rasa gugup yang perlahan menyeruak dari dalam tubuh ke seluruh pembuluh darah lalu berhenti di otak. Selena kembali menelan saliva dan berupaya keras untuk menenangkan dirinya. “Oh God, there you go,” gumam Selena tanpa sadar. Sungguh, tidak ada yang mengerti bagaimana gugupnya Selena saat ini. Pandangannya sempat memburam dan Selena harus berkali-kali mengerjapkan mata. Dia berusaha untuk fokus dan membaca satu per satu tulisan yang tertera di sana. Mr. Travis, aku sudah mengurus berkasnya dan sidang akan dimulai dalam dua hari ke depan. Anda tidak perlu khawatir, dari berkas yang kupelajari, Anthony Mahendra bukanlah dalang dan otak dari penipuan masal tersebut. Dia lebih terlihat seperti korban dan mungkin pengacaranya sangat payah. Satu-satunya yang memberatkan di sini adalah denda yang diberikan. Itu cukup banyak, tetapi semua itu akan menjadi mudah jika denda dibayarkan. Aku bisa menjamin bahwa Anthony Mahendra bisa segera keluar dari penjara. Menggeser ke bawah, Selena mendapatkan jawaban dari Aaron Travis. Oke, aku mengandalkanmu. Kabari aku jika kasusnya telah selesai. Baik, Mr. Travis, Anda bisa menganggap bahwa kasus itu telah selesai. Sekali lagi Selena menelan saliva. Matanya terpejam dan ia tak bisa menahan diri untuk tidak mendesah lega. Demi apa pun, ini benar-benar kabar baik. Selena pun menoleh ke samping dan menyerahkan ponsel Aaron. “Kau sudah membacanya?” tanya Aaron sambil mencondongkan tubuh dan memanjangkan tangannya, meraih ponsel di tangan Selena. “Hem,” jawab Selena. Dia mengangguk dengan posisi kepala yang tertunduk. “Jadi bagaimana reaksimu?” Aaron kembali bertanya dan membuat Selena mendongakkan wajah. Untuk sesaat gadis itu terdiam. Tampak dadanya mengembang saat ia mengisi paru-parunya dengan udara. Gadis itu kemudian memberanikan diri untuk mengangkat pandangannya, memandang Aaron dengan wajah yang berubah sendu. “Entahlah,” jawab Selena dengan nada lirih dan sontak membuat Aaron mengerutkan dahinya. “Kenapa?” tanya lelaki itu. “kau tidak percaya bahwa ini dari pengacaraku? Apa aku perlu melakukan panggilan video dengannya?” “No!” jawab Selena. “f**k, I will do it!” Aaron tak memedulikan Selena. Dia langsung menekan ikon video pada menu chat. “Mr. Travis, aku tidak bermaksud seperti itu. Sungguh.” “Tapi dari caramu kau seperti sangat tidak percaya padaku!” jelas Aaron. Sekilas ia menoleh pada Selena lalu beralih menoleh ponselnya. “Tidak, aku tidak bilang begitu.” “Pipe down!” perintah Aaron lengkap dengan tatapan penuh peringatan yang langsung membuat Selena diam. Gadis itu mendelikkan matanya ke atas dan mendesah hingga kedua bahunya ikut merosot. “Yes, Mr. Travis.” Aaron mengangkat tangan, menunjukkan wajah pengacaranya kepada Selena. “Gadis ini tak percaya bahwa kau sedang bekerja keras untuk membebaskan ayahnya.” Mendengar ucapan Aaron kontan membuat Selena membulatkan matanya. “No!” tandas gadis itu menggelengkan kepala. “aku tidak bilang begitu,” protesnya dengan nada rendah. Lelaki di seberang sambungan video call itu malah tergelak. Selena melihatnya menundukkan kepala lalu mendongak dengan cepat. “Aku sedang berada di kantor sahabatku. Dia salah satu pengacara terkenal di Indonesia yang sudah banyak menangani kasus dan sejauh ini dia tidak pernah kalah,” ujar Mr. McCall, ia pun memutar kamera ke arah temannya. “hai, tolong sapa bosku juga klien kita.” Manik cokelat Selena semakin melebar ketika melihat wajah pengacara kondangan itu di layar ponsel Aaron. “Oh hai,” sapanya. “kau tak usah khawatir anak muda, ayahmu akan bebas dari segala tuntutan. Sebaiknya kamu banyak bersyukur ada orang sebaik ... siapa?” Lelaki itu memandang Mr. McCall dengan kedua alisnya yang terangkat. “Who’s your bosses name?” tanya lelaki itu. “Mr. Travis,” jawab McCall. “Ah ya, dia. Pokoknya berterima kasih saja pada dia. Lima belas ribu dolar bukan uang yang sedikit jadi kau banyak-banyaklah berterima kasih pada pria itu dan kalau bisa kau menikah saja dengannya,” kata si pengacara kondang dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dia menutup ucapannya dengan gelak tawa. Sekalipun Mr. McCall, tak mengerti apa yang dikatakan oleh rekannya, ia tetap terkekeh. “I told her to marry your boss,” ucapnya dan kali ini Mr. McCall benar-benar tergelak. “Oh, aku sedikit ragu dengan hal itu, tetapi aku juga ingin mengharapkannya,” sambung Mr. McCall. Dua lelaki itu terkekeh bersama lalu Mr. McCall kembali mengarahkan kamera ke wajahnya. Lelaki itu mendesah panjang dan Selena bisa melihat dengan jelas bagaimana raut wajah Mr. McCall yang tampak kacau pertanda bahwa pria itu mungkin tidak beristirahat dengan baik selama beberapa hari ini. “Oke, kalau begitu aku tutup dulu teleponnya. Jangan lupa untuk terus mengabari aku,” ucap Aaron. “Tentu, Mr. Travis,” kata Mr. McCall dan Aaron langsung memutuskan sambungan telepon. Lelaki itu memutar tubuh, menghadap Selena lalu ia pun mendesah panjang. “Bagaimana, apakah sekarang kau sudah percaya?” Pertanyaan Aaron membuat Selena menelengkan wajah sambil melepaskan desahan panjang. “Sudah kubilang aku tidak meragukan soal hal itu,” ucapnya. “Lalu mengapa wajahmu tampak dipenuhi keragu-raguan seperti itu?!” Sekali lagi Selena mendesah hingga dadanya mengentak dan kedua bahunya merosot. Wanita muda itu membawa tatapannya ke bawah dan ia pun mendesah berat untuk ke sekian kalinya. Selena menelan saliva, menyatukan jari-jarinya dan ia mulai mencubit tangannya untuk meluapkan rasa takut dan gugup yang kembali menguasai pikirannya. “Aku hanya ...,” Selena mendongak, memandang Aaron Travis dan ia kembali menelan saliva. “hanya ....” Mulut Selena mendadak kering dan sungguh ia tak bisa mengucapkan kalimatnya. Tampak kedua sisi alis Aaron berkedut lalu perlahan melengkung ke tengah. “Apa?” tanya Aaron. Sekali lagi Selena mendesah dan menundukkan kepala. Gadis itu menggelengkan kepala sambil menarik kedua sisi bahunya. “Entahlah, aku hanya merasa bahwa kau tidak mungkin melakukan semua ini dengan tulus,” ujar Selena. Ia menggigit bibir bawahnya sebelum kemudian mendongakkan wajah. Untuk sekelebat Aaron Travis terdiam dan mematri tatapan pada Selena. Sejurus kemudian lelaki itu menarik sudut bibirnya ke atas. “Tentu saja.” Jawaban Aaron kembali membuat Selena mendesah, tetapi kali ini tidak ada kelegaan sama sekali. Jantungnya kembali berkedut penuh tekanan. “Aku mengeluarkan puluhan ribu dolar untuk ayahmu dan kau pikir aku melakukannya dengan gratis?” Oh, ini dia. Selena akhirnya bertemu dengan karakter asli dari seorang Aaron Travis. Wanita muda itu melakukan tarikan napas dalam sambil mendongakkan wajah dan memandang lelaki di depannya. “Kalau begitu katakan apa yang harus aku lakukan,” ucap Selena. Aaron kembali terdiam. Sudut bibirnya semakin terangkat membentuk seringaian. Ia tak menjawab dan sibuk memandang wajah Selena. “Kalau begitu katakan padaku bagaimana aku harus melunasi puluhan ribu dolar yang kau keluarkan untuk membantu ayahku. Aku masih seorang staf magang dan aku tidak punya apa pun untuk sekarang,” ujar Selena. Lelaki di depannya masih terdiam selama beberapa detik sampai akhirnya ia terkekeh. Aaron menggoyangkan kepalanya lalu mendongak dan seketika raut wajahnya berubah. Seringai itu semakin terlihat licik dan menakutkan. “Aku juga tidak menginginkan uangmu, sweetheart,” kata Aaron. “Lalu apa yang kau inginkan dariku?” tanya Selena. Untuk ke sekian kalinya Aaron terdiam dan semakin menarik sudut bibirnya ke atas. Matanya bergulir ke bawah, memerhatikan penampilan Selena dan apa pun yang dilakukan Aaron saat ini benar-benar membuat Selena ketakutan. “Mr. Travis?” panggilnya dengan nada bergetar. Aaron kembali membawa pandangannya pada Selena, tetapi ia tak menjawab pertanyaan Selena. Pria itu bangkit dan berjalan menuju mini bar tepat di samping perapian. Ia mengambil sebuah botol minuman dan menuangkannya pada dua buah seloki di atas meja bar. Lelaki itu berjalan dan kembali menghampiri Selena sambil membawa dua buah gelas tersebut. Lelaki itu berjalan dengan sangat anggun dan sangat sopan saat ia mengulurkan tangan, memberikan salah satu seloki pada Selena dan dengan tangan yang gemetar, Selena mencoba untuk mengambilnya. Namun, wanita itu tak bisa memindahkan tatapan penuh kewaspadaan pada Aaron Travis. “Come on, just drink it,” perintah Aaron. Tanpa berpikir panjang, Selena langsung menenggak alkohol di tangannya. “Wow, wow!” Aaron pun menarik seloki itu dari depan wajah Selena. “slow down ...,” perintahnya dengan nada lembut. Selena mengernyit memandang seloki di tangannya. “Sorry, I just kinda little bit of nervous,” kata Selena. Ia membuka mulut dan mengipas-ngipas mulutnya yang seperti terbakar. ‘Sial! Minuman macam apa itu,’ batinnya. Aaron kembali menyeringai. “Aku suka caramu yang seperti itu,” ucap Aaron dengan nada rendah yang kontan membuat Selena memutar pandangannya. “Kau mau lagi?” tanya Aaron. Selena terdiam, menelan saliva. Sekalipun ragu, ia tetap menganggukkan kepala. Selena sudah berjanji bahwa dia akan menuruti semua permintaan Aaron dan jika hanya untuk menemaninya minum, maka Selena tak akan keberatan. “Oke.” Lelaki itu bangkit dan kembali menuju mini bar. Ia menyeringai saat kembali menuangkan minuman. Selena hanya bisa memandang punggung Aaron lalu ia membungkuk, mengelus dadanya yang seperti terbakar. Sementara Aaron menyeringai sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. Ia menoleh ke belakang dan semakin tersenyum licik saat melihat keadaan Selena. ‘Sekarang, kau akan melayani aku,’ gumam Aaron. Lelaki itu membuka serbuk yang ia keluarkan dari dalam celana kainnya dan mencampurkan serbuk tersebut ke dalam seloki. Dia berbalik dan kembali menghampiri Selena. “Kali ini minum dengan perlahan, jika tidak kau akan mabuk dan aku tidak mau hal itu terjadi,” ujar Aaron. Selena kembali menganggukkan kepala. Namun, kepalanya sudah terasa berat dan sesuatu seperti berdesir di dalam darahnya dan memicu detak jantungnya bertalu dengan kencang. Pipinya yang merah itu menjadi hiburan tersendiri yang kemudian membuat Aaron Travis tersenyum penuh kemenangan. “Here we go ...,” gumam lelaki itu. Aaron tersenyum puas karena berhasil melancarkan serangannya. ‘Ayo, minumlah, karena setelah kau menenggaknya, kau akan diterbangkan ke surga dan kamu sendiri dengan sukarela akan menyerahkan dirimu padaku,’ batin Aaron. Dia tak bisa berhenti tersenyum dan sejujurnya jantung Aaron mulai berdetak penuh tekanan. Ia semakin tak sabar menanti babak selanjutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD