Chapter 14 - Mariah Hampstone

1040 Words
             Seorang wanita yang kurus sekali dengan rambut gimbal hitam dan gaun panjang hitam tanpa menyentuh lantai melayang di belakang tempat Steve berdiri tadi. Di sekeliling kedua matanya ada lingkaran hitam tebal. Ada ekspresi angkuh di wajahnya. Matanya terpejam rapat. Kulitnya pucat sekali seperti akan tembus cahaya dengan tulang pipi tinggi hingga memperlihatkan betapa kurusnya dia. Wanita itu melayang di tempat yang tidak terkena cahaya matahari.             Dengan gemetar, Mike dan Nic juga ikut-ikutan mundur dan berhenti sejajar dengan Steve. Wanita itu tiba-tiba membelalakkan matanya dengan cepat. Seluruh pupil matanya berwarna merah darah. nafas ketiganya langsung naik turun dengan cepat. Jantung mereka berlomba-lomba antara satu dengan yang lainnya. “Kalian... ingin mengambil milikku ???” katanya parau dan suaranya membekukan mereka. Nada yang mengerikan bergema di ruangan itu.             Nic yang masih menggenggam kertas-kertas tadi, telah meremasnya kuat hingga tak berbentuk lagi. Tanpa disadarinya, dengan refleks Nic melempar gumpalan kertas itu ke arah wanita itu yang tentunya langsung menembus tubuhnya. “NIC ! JANGAN !” teriak Mike seketika.           Wanita itu murka karena perbuatan Nic. Ia menjerit keras hingga menyakitkan telinga mereka. Ketiganya langsung menutup telinga dengan tangan mereka dan seluruh tengkuk mereka pun merinding luar biasa. Wanita itu berhenti menjerit saat Mike meneriakkan Nic. Ia menoleh pada Mike lalu ke Nic. “Nic ?” tanyanya menyeramkan. Nic hampir menangis ketakutan sekarang. “Siapa namamu ?” lanjutnya sambil memelototi Nic. “Ni...Nichole Hi...Higgs...” jawabnya terbata-bata             Ia lebih memilih menjawab hantu itu daripada menghiraukannya. Mungkin jika ia menghiraukannya, hal buruk bisa saja menimpanya.             Wanita itu tiba-tiba menjerit kembali hingga mereka harus menutup telinga lagi. Tidak ada yang menyadari saat Mike perlahan mundur sampai hampir ke tirai jendela.            “KAAAAUUUUU !!!” jeritnya murka dan ia menunjuk-nunjuk Nic.             Dalam sekejap, Mike langsung menarik tirai jendela hingga terlepas dan cahaya matahari semakin banyak masuk ke dalam kamar itu hingga menerangi seluruh bagian kamar itu. Wanita itu menjerit lebih kuat dan perlahan ia memudar dalam kepulan asap hitam. Ketiganya menyaksikan kejadian itu dengan menahan nafas.             Setelah tiba-tiba hening kembali, barulah mereka dapat bernafas lega. Nic langsung terduduk di lantai. Kakinya lemas tak bertenaga lagi. Steve menjatuhkan dirinya duduk di atas ranjang yang langsung menerbangkan debu kemana-mana. Mike bersandar lemas di jendela. “Ini benar-benar mengerikan... ada hantu lain lagi ???” keluh Steve. Mike mengangguk lemah. “Sepertinya hantu itu yang bernama Mariah Hampstone. Dia tadi bilang 'milikku' 'kan ? Berarti ini kamarnya.” kata Nic berpikir. Steve dan Mike mengeluarkan ekspresi ngeri. “Dia lebih menakutkan daripada wanita berbaju putih itu.” komentar Mike bergidik. Nic mengangguk setuju. “Tapi, wanita berbaju putih itu wajahnya mengerikan.” ucap Steve dan ia bangkit dari duduknya. “Ayo ! Kita lanjutkan saja pencariannya. Jangan sampai matahari tenggelam, nanti wanita itu datang lagi.” lanjutnya dan mulai memeriksa lemari kayu di dekatnya.              Nic berdiri dan mulai memeriksa laci-laci. Mike bergerak ke arah kertas-kertas tadi dan kembali membacanya. “Semua pakaiannya berwarna hitam... hiii...” gumam Steve merinding. “Aksesorisnya juga..” sambung Nic memegang beberapa kalung berbatu opal hitam. “Sepertinya Mariah Hampstone punya penyakit Leukimia. Dari grafik pemeriksaannya keadaannya terus memburuk.” ujar Mike membalik-balik beberapa halaman. “Wajar saja. Mukanya saja pucat begitu.” timpal Steve. Nic mendelik padanya. “Itu karena dia hantu, Steve ! Bukan karena penyakitnya.” ketus Nic. “Tidak ada yang istimewa di kamar ini, kecuali hantunya.” simpul Mike dan ia mengajak mereka keluar dari kamar itu. Ketiganya tidak mau berlama-lama di sana.             Kemudian, mereka bertiga naik ke lantai tiga. Nic dan Steve ternganga melihat ruangan itu. Pada siang hari, loteng lantai tiga tidak begitu seram karena cahaya yang masuk dari kedua sisi jendela. “Wow, ada grand piano di sini.” kata Nic dan ia menghampiri piano itu. Dikelilingnya dan diamatinya setiap bagian piano itu. “Maklum saja, dia pecinta berat piano.” gumam Steve menoleh pada Mike.             Nic menepuk-nepuk debu yang ada di kursi piano itu lalu duduk di sana. Dibukanya penutup piano itu. Mike tersentak seketika. “Tunggu, kalau tidak salah saat aku menemukan Midnight di atas sini, ada suara piano ! Dan aku ingat pada saat aku pindah kemari, aku mengecek dan menutup kembali penutup piano itu. Bagaimana mungkin seekor kucing bisa membuka penutup piano ???” desis Mike pada Steve yang ada di sampingnya. Ia tidak mau mengagetkan Nic yang telah bersiap-siap memainkannya. “Kau yakin ?” tanya Steve dan setetes keringat menetes dari keningnya.             Mike hanya mengangguk karena pada saat itu Nic telah memainkan piano itu. Nada-nada dari tuts piano bergema di lantai tiga dan mungkin ke lantai dua. Nic memainkan sebuah lagu pendek dan terlihat menikmatinya. Selama beberapa menit hanya terdengar lantunan piano yang lembut.            Tidak berapa lama, terdengar suara pelan seorang anak kecil yang bersenandung pelan mengikuti irama piano. Mike dan Steve terdiam mendengarkan. Nic juga mulai menyadari ada yang mengikuti alunan pianonya. Ia mengakhiri permainan piano dan mendengarkan dengan seksama. Senandung anak kecil itu perlahan menghilang juga seiring dengan nada piano. “Apa tadi kau mendengarnya ?” tanya Mike memandang Nic yang waspada.           Nic mengangguk singkat dan mengamati sekeliling ruangan. Ketiganya langsung bergerak mencari asal senandung tadi. “Aku yakin itu suara anak kecil.” bisik Steve.            Ia memeriksa ke sekitar jendela. Nic berjalan ke arah tumpukan peti di sudut ruangan sedangkan Mike ke arah berlawanan dari piano. Mereka tidak menemukan siapapun. “Nic, coba kau mainkan lagi piano itu. Aku dan Steve akan mencari anak kecil tadi.” perintah Mike. Nic langsung kembali ke piano dan memberi kode pada mereka bahwa ia sudah siap.             Dimainkannya baris pertama sebuah lagu yang berbeda dari yang dimainkannya sebelumnya. Mike dan Steve langsung mengedarkan pandangan ke sekeliling lantai tiga. Belum ada senandung dari anak kecil tadi. Mereka kembali memandang Nic yang melanjutkan permainannya. Tidak lama kemudian, terdengar kembali senandung pelan anak kecil tadi. Mike dan Steve langsung berbalik dan mereka terkesiap.            Seorang anak kecil duduk di sofa bocel di ujung ruangan dengan bersenandung. Dengan perlahan, Mike dan Steve menghampiri anak kecil itu sementara Nic tetap memainkan pianonya walau ia juga penasaran.             Mike memandang anak kecil yang mengenakan gaun berwarna merah muda yang telah memudar dan sedikit kotor. Rambutnya yang berwarna cokelat diikat separuh dengan pita berwarna senada. Anak itu menunduk dan tidak memandang mereka yang mendekat ke arahnya. Ia tetap bersenandung dengan menggoyangkan kakinya yang mengenakan kaus kaki putih dan sepatu berwarna hitam. Ia tetap tidak menoleh walau Mike dan Steve telah berada dekat dengannya, hanya berjarak sekitar satu meter saja darinya.             Mereka berdua yakin bahwa itu bukan manusia melainkan juga hantu karena tubuhnya yang berpendar kepudaran. Diakhirinya senandung pelan dari bibirnya mengikuti irama piano yang mulai berakhir juga. Hening seketika.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD