MERINDUMU

1312 Words
“Kamu, tidur di sini aja, malam ini ya,” kata Kim pada Kirana. Kirana hanya mengangguk lemah."Iya, Mami." Kirana merasa bahwa ia memang membutuhkan sedikit ketenangan dan juga dukungan malam ini. “Aku ke kamar dulu, Mami,” ujar Kirana. Ia ingin menuntaskan tangis di kamarnya. Dadanya terasa begitu sesak saat ini. Saat ia sampai di kamarnya, tanpa dapat ditahan lagi, Kirana menelungkup dan menangis. Sungguh ia merasakan sesak luar biasa. Dan kali ini jauh lebih sakit dibandingkan pertama kali ia tau bahwa Leon suaminya dinyatakan meninggal dunia. Kali ini ia merasa dua kali lipat jauh lebih sakit. Kirana tidak mendengar saat Lilian masuk ke kamarnya. Ia baru sadar saat Lilian mengelus rambut Kirana dengan lembut. “Menangislah, Ki. Aku tau bagaimana perasaanmu saat ini.” Kirana mengangkat wajahnya, dan bangkit memeluk adik iparnya itu. “Kenapa harus begini …," keluh Kirana. Jika ia boleh memilih, biarlah ia yang mati. Maka ia akan tenang melihat Leon tetap bahagia dan mungkin akan melanjutkan hidup tanpa dirinya. “Aku harus bagaimana sekarang?” tanya Kirana dalam isaknya. Lilian memeluk kakak iparnya itu. “Sabarlah, Kiran. Berdoalah, supaya kamu tenang," kata Lilian. “Kita akan cari tahu kebenarannya. Papi dan Mami juga tidak akan tinggal diam membiarkan semua ini.” “Menurutmu, apakah dia adalah benar Leon?” “Entahlah, Kiran, aku tidak berani menduga-duga, sebelum semuanya jelas. Papi sedang berusaha untuk mencari tahu. Kamu tau Om Pras kawan Papi,kan?” Kirana mengangguk, “Aku tau, beliau adalah salah seorang diplomat rekan kerja papi yang ada di Singapura. Kalau tidak salah saat aku dan Leon menikah beliau datang.” “Iya,Papi sudah mengontaknya tadi dan menceritakan semuanya. Om Pras akan mencari tahu tentang keluarga Sean di sana. Dan kita akan segera tahu.” Kirana menghapus air matanya, menghela napas berkali- kali untuk sedikit melegakan rongga dadanya yang masih terasa sesak. “Kamu harus kuat Kirana Larasati.” Lilian menyebutkan nama lengkap Kirana dengan lembut. Namun, Kirana tau, adik iparnya itu sedang membangun semangatnya. Kirana tersenyum dan menganggukkan kepala. “Terima kasih,Li. Kalian selalu memberikan aku semangat.” Sementara itu, ketegangan sedang terjadi di Apartemen milik Geisha,Sean masuk dengan wajah penuh pertanyaan saat melihat istrinya menangis dalam pelukan Katrin. “Kenapa dia?” tanya Sean cemas. “Ibu hamil hormonnya pasti sedikit … Ya, kau tau, kan?” “Kau dari mana? Mengapa malam sekali baru pulang?” tanya Geisha. “Tadi, aku bertemu dengan Kirana dan Ipah pembantunya, mereka tampak panik karena mertua Kirana sakit. Jadi, aku berinisiatif mengantarkan Kirana. Tapi, anehnya saat melihatku ibu mertua Kirana langsung memeluk aku dan memanggilku dengan nama Leon. Ternyata wajahku mirip dengan suami Kirana yang pilot itu.” Katrin dan Geisha saling pandang, Katrin yang tidak ingin ikut campur terlalu dalam langsung melangkah keluar kamar dan menutup pintunya dari luar. *** Seperti biasa,Kirana tetap bekerja. Ia tidak mau terus berlarut- larut. Hidup harus terus berjalan , pikir Kirana. Sudah beberapa hari ini Kirana tidak tinggal di Apartemennya. Ia memilih tinggal di rumah keluarga mertuanya. Rasanya ia belum sanggup untuk bertemu Geisha, terlebih sejak ia mendengar berita tentang kehamilannya. Ketika ia sedang memeriksa beberapa laporan keuangan restoran miliknya,Meira masuk ke ruangannya. “Bu, ada tamu.” Kirana mengerutkan dahinya. “Rasanya aku tidak ada janji dengan siapapun. Laki-laki atau perempuan?” tanya Kirana. “Namanya Katrin, katanya Ibu mengenalnya dengan baik.” Kirana bertambah bingung. Hmm … Bukankah Katrin adalah sepupu Sean dan Geisha,tapi,ada apa mencariku, batin KIrana. Namun, ia menganggukkan kepala sambil tersenyum pada Meira. “Tolong persilakan masuk saja,Mei. Biar bicara di ruanganku saja, aku sedang malas keluar ruangan,” kata Kirana. Meira mengangguk dan segera berlalu. Beberapa saat kemudian, pintu di ketuk dan Katrin muncul dengan senyuman di wajahnya. “Hai, siang Kirana, apa aku mengganggumu?” sapa Katrin. Kirana menggelengkan kepalanya, “Aku sedang memeriksa beberapa laporan keuangan, sejak kemarin aku sibuk syuting. Jadi, aku baru bisa memeriksanya sekarang. Ada apa? Oya, kau sudah makan?” “Aku baru saja makan siang, beberapa hari ini aku mencarimu ke apartemen. Tapi hanya ada asisten rumah tanggamu.Katanya kau menginap di rumah mertuamu.” “Iya, mami tidak enak badan, dan aku juga merasa rindu pada keponakanku Gisele, tapi, Ipah kembali ke apartemen karena dia tidak mau apartemen kotor. Ayo, duduklah.” “Aku ingin menyampaikan sesuatu, Ki. Tapi, aku bingung harus memulai dari mana.” “Mengenai apa? kelihatannya penting sekali.” Catherine menghela napas panjang. “Ini kartu nama Om Andrean ayahnya Sean, cobalah kamu telepon beliau. Aku hanya bisa menyampaikan, apa yang terlihat di depan matamu, belum tentu itu yang terjadi, Kirana.” Kirana mengerutkan dahinya menatap Katrin. “Apa maksudmu, ini mengenai Sean?” “Aku bukan orang yang suka dengan kebohongan. Tapi,aku juga bukan orang yang suka mengkhianati seseorang, apa lagi dia adalah saudara iparku sendiri.” Kirana menangkap makna tersirat dari ucapan Katrin. “Baiklah, aku akan menelpon Om Andrean nanti.” “Geisha wanita yang baik, tolong maafkan dia.” Kirana makin bertanya- tanya dalam hati. Apakah ini artinya Katrin sedang menyampaikan sesuatu kepadanya. "Sean … Apakah dia dekat denganmu?' tanya Kirana. “Dia sepupuku yang sangat dekat denganku. Begitu juga Geisha. Aku pulang dulu,ya." “Buru-buru sekali ….” “Iya, kasian Geisha sendiri di apartemen, Sean sedang sibuk syuting.” “Baiklah kalau begitu, terima kasih kunjunganmu,ya.” “Telepon Om Andrean,ya.” Katrin mengedipkan sebelah matanya dan melangkah keluar dari ruangan kerja Kirana. Sepeninggal Katrin,Kirana mengamati kartu nama yang diberikan oleh Katrin. Ia bingung, jika dia menelpon harus bertanya soal apa. Bukankah aneh, jika seseorang yang tidak dikenal menanyakan kabar. Akhirnya Kirana memutuskan untuk menelponnya nanti. Ia akan memeberikan kartu nama itu pada papa mertuanya saja. Dan lagi, ia merasa tidak kuat jika harus mendengar sesuatu yang jelek nantinya. *** Saat Kirana pulang, nampak Kim sedang mondar mandir di ruang tamu. Kirana tidak melihat Lilian, Lusia bahkan si kecil Gisele yang biasanya menempel pada Kim. “Mami, sedang apa?” tanya Kirana. Kim menolah dan langsung memeluk menantunya itu. “Kita ke ruang kerja Papi sekarang,” jawab Kim dan langsung menarik tangan Kirana untuk mengikuti langkahnya. Di ruang kerja Sanjaya sudah ada Lilian dan Lusia.Rupanya mereka memang menungguku sejak tadi, pikir Kirana. “Sore, Papi,” sapa Kirana. "Duduklah Kiran. Ada sesuatu yang harus papi sampaikan. Kirana pun mengambil tempat di samping Lilian. “Om Pras, kawan Papi menelpon siang tadi. Geisha benar memiliki suami yang bernama Sean. Tapi, Sean meninggal karena sakit setahun lalu di Indonesia. Geisha tidak kembali ke Singapura karena ia sedang mencari adiknya yang hilang di Indonesia.” “Jadi, maksud Papi ….” “Ya, kemungkinan besar,Sean yang kita kenal adalah Leon atau orang lain yang kebetulan memang mirip. Hanya saja untuk memastikannya, Papi sedang berpikir untuk melalukan tes DNA . Itu satu- satunya cara, karena ingatannya tidak bisa kita paksakan,bukan?” “Kita harus membuat Geiisha mengakui bahwa ia sudah memanipulasi Leon,Papi,” ujar Lilian. “Tidak bisa semudah itu juga, terlebih dia juga sedang hamil. Dan, kita harus benar-benar membuktikan bahwa Sean itu adalah Leon kita,” ucap Kirana mengejutkan. “Kamu masih memikirkan soal itu? Bagi Mami, cucu Mami adalah anak yang akan lahir dari rahimmu kelak. Bukan dari wanita seperti itu,” tukas Kim dengan tegas. Kirana menatap ibu mertuanya. “Tidak bisa begitu, Mami. Anak itu tidak melakukan kesalahan apapun,” jawab Kirana. “Yang di katakan Kirana benar,Mami. Sekarang langkah awal kita adalah tes DNA terlebih dahulu. Memastikan dia adalah betul anak kita,” sahut Sanjaya. "Apa yang harus aku lakukan, Papi?" tanya Kirana. “Cukup rambutnya saja, Kirana, itu sudah lebih dari cukup. Kalian masih terlibat syuting untuk film yang sama,kan?” kata Sanjaya. Kirana teringat kartu nama yang diberikan oleh Katrin tadi siang, ia segera mengeluarkannya dan memberikan kepada ayah mertuanya. “Papi, sepupu Sean memberikan itu kepadaku. Katanya itu adalah nomor ayah Sean di Singapura.” “Papi akan mencari tau.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD