" Na, bagaimana jika kamu refreshing sejenak. Tenangkan pikiranmu. Siapa tahu suasana hatimu akan menjadi lebih baik." celetuk Budhe Sri ditengah obrolannya bersama Raina. Berpikir sejenak dengan usul yang telah Budhe Sri lontarkan. Dan sepertinya memang tak ada salahnya jika Raina mengikuti saran dari Budhenya.
" Budhe benar. Mungkin sebaiknya aku butuh liburan dan menenangkan pikiran."
"Datanglah ke tempat Budhe. Bagaimana? Budhe jamin kamu akan terhibur dan merasa lebih baik lagi nanti." usulan Budhe Sri tentu membuat Raina mengernyit.
"Maksud Budhe, aku datang ke tempat Budhe di Malaysia?" tanya Raina memastikan.
" Ya, iyalah, Na. Datanglah kesini jika kau mau?"
Lagi-lagi Raina kembali berpikir. Sebenarnya ia ingin sekali pergi menjauh dari kerumitan hidupnya. Dan apa yang dikatakan Budhe nya memang salah satu solusi.
" Budhe.... Seandainya Raina kerja di tempat Budhe, apa boleh? "tanya Raina. Ya, saat ini memang Raina membutuhkan pekerjaan. Dari hasil berjalan kue secara online menurutnya juga kurang banyak menguntungkan. Dan tak ada salahnya jika dia bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita. Dengan harapan besar, dia bisa mengumpulkan uang serta mengambil kembali ketiga anaknya yang ada di tangan Ardi, mantan suaminya. Bukankah alasan Ardi mengambil hak asuh anaknya karena ia tidak bekerja. Dan sekarang jika ia nanti bekerja maka Raina bisa mengumpulkan uang sehingga tak ada alasan lagi nantinya jika tak bisa menanil hak asuh atas ketiga anaknya.
"Sebenarnya bisa saja. Tapi apa kamu yakin dengan permintaanmu tadi?"
"Raina yakin Budhe. Raina butuh pekerjaan."
"Ya sudah begini saja. Untuk sementara waktu kamu berlibur saja dulu sambil melihat - lihat situasi disini seperti apa. Dan jika nantinya kamu cocok, Budhe tidak akan keberatan jika kamu mau ikut bekerja disini."
"Terimakasih Budhe."
"Jangan lupa, bicarakan hal ini pada Bapak dan Ibumu. Nanti Budhe yang akan bantu mengenai semua dokumen yang dibutuhkan agar kamu bisa bekerja disini. Budhe ada kenalan seseorang yang biasa memberangkatkan para tenaga kerja Indonesia. "
"Iya, Budhe. Terimakasih banyak. "
"Baiklah. Nanti kabari Budhe jika kau sudah siap berangkat."
"Iya Budhe. Raina akan segera memberi kabar lagi nanti."
Setelah panggilan telponnya usai, Raina berpikir sejenak. Benarkah ia siap untuk pergi jauh. Tapi semua demi masa depannya dan ketiga anaknya. Tak ada salahnya Raina mencoba. Keluar dari zona nyaman demi sebuah harapan dan impian yang begitu besar.
Malam harinya Raina yang sedang bersantai bersama Bapak dan Ibunya, mencoba mengutarakan niatnya. Menceritakan tawaran Budhe nya melalui telpon tadi siang.
"Ibu setuju saja dengan apa yang Budhe katakan. Mungkin kamu butuh berlibur agar hatimu kembali tenang. Akan tetapi jika mengenai bekerja, itu semua tergantung kepadamu, Na. Apa nantinya kamu betah berada disana? Bekerja di luar negeri jangan kamu samakan dengan bekerja di negara sendiri. Jika kamu sudah memutuskan maka kamu tak akan bisa mundur lagi. "
" Aku sudah memikirkannya, Bu. Mungkin sementara aku akan tinggal di tempat Budhe sembari merasakan dan melihat-lihat bagaimana sistem bekerja disana. Jika aku rasa mampu, apa ibu dan Bapak akan mengizinkanku? "
Bapak dan Ibu Raina saling pandang lalu keduanya mengangguk berbarengan. Bibir Raina tersenyum.
" Terimakasih, Pak, Bu. Maafkan Raina selalu merepotkan. "
" Kamu ini anak kami, Na. Tak ada namanya merepotkan. "
Sungguh beruntung sekali Raina yang memiliki keluarga begitu menyayangi nya. Bapak dan Ibu yang selalu mendukung dan selalu berada di sisinya bahkan disaat Raina terpuruk sekalipun.
Satu bulan ini Raina jalani begitu berat. Dan hanya kepada Bapak dan Ibunya ia bersandar. Tak bisa bertemu dengan anak-anaknya adalah penyiksaan yang begitu besar dan sungguh sangat menyiksa baik fisik dan hatinya. Dan keputusan yang akan ia ambil kali ini telah Raina pikirkan dngan baik. Raina ingin menata kembali hidupnya. Siapa tahu suatu ketika ia bisa kembali bersama dengan ketiga Anaknya.
Dua hari setelahnya, Raina menemui teman Budhe nya untuk pengurusan semua dokumen - dokumen yang dibutuhkan. Semua rencana dan jalan Raina seolah memang dipermudah. Lancar tanpa hambatan.
Dan dalam kurun waktu satu minggu kemudian, Raina benar - benar meninggalkan rumah kedua orangtuanya. Wanita itu pergi ke negara Jiran Malaysia. Ibu Raina sangat berat melepas anaknya akan tetapi karena Raina mengatakan jika tujuan awalnya adalah hanya ingin berlibur dulu, Ibu Raina kembali tenang.
"Semoga kamu kerasan tinggal bersama Budhemu. Dan jika kamu ingin pulang, pintu Rumah ini masih terbuka lebar untukmu."
"Terimakasih, Pak, Bu. Raina pamit."
Raina pergi. Berusaha menghilangkan semua luka yang ia alami selama ini. Dengan sebuah harapan saat ia kembali nanti, semua akan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
****
Siapa sangka jika Raina telah meninggalkan negaranya dan sekarang kakinya menapaki negara tetangga yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. Menghirup dalam udara di sekitarnya, mengisi seluruh paru - paru nya. Taak terasa buliran air menetes di sudut matanya. Ia usap dengan punggung tangan nya. Menghela nafasnya dan kembali berjalan menyusuri bandara. Tadi Budhe Sri mengatakan bahwa akan menjemputnya.
Di tengah kerumunan orang, mata Raina mengawasi setiap sudut bandara berharap segera menemukan Budhe Sri. Dan begitu ekor matanya menangkap sesosok wanita paruh baya yang melambaikan tangan ke arah nya, senyum Raina mengembang. Menarik kembali koper besarnya, berjalan cepat menghampiri Budhe Sri.
"Raina.....!" Budhe Sri dengan semangat menyambut kedatangan keponakannya dan merentangkan kedua tangan nya.
Raina begitu saja berhambur ke pelukan Budhe Sri. Meluapkan segala rindu karena begitu lama mereka tak bertemu. Ada sekitar tiga tahun mereka tidak bertemu. Waktu itu, Budhe Sri pernah pulang ke Indonesia saat Raina baru saja melahirkan anak ketiganya.
"Budhe, apa kabar?" tanya Raina begitu pelukan mereka terlepas.
"Budhe baik, Na." mata tua nya meneliti Raina dari atas ke bawah. Dengan wajah sendu, Budhe Sri berkata, "Kenapa kau jadi kurus seperti ini, Na ."
Ya Tuhan, Raina tak mampu menjawab dan hanya menyunggingkan senyuman. Budhe Sri yang tak mau membahas mengenai masalah rumah tangga Raina, memilih menarik lengan Raina membawanya keluar dari Bandara.
Budhe Sri telah mengetahui semua cerita rumah tangga Raina dari adiknya yang tak lain adalah ibu Raina. Ikut prihatin dengan apa yang menimpa keponakannya. Dan dengan mengajak Raina datang kesini setidaknya agar Raina sedikit menghibur diri. Agar tak lagi larut akan kesedihan. Agar Raina bisa melupakan mantan suami yang kurang ajar. Raina adalah keponakan kesayangan Budhe Sri. Mengingat Budhe Sri yang hanya memiliki dua orang anak laki-laki. Jadi beliau telah menganggap Raina seperti anaknya sendiri. Melihat sendiri bagaimana Raina saat ini, sungguh membuat Budhe Sri merasa sangat sedih. Tak seharusnya Raina mengalami hal buruk seperti ini. Berdoa dalam hati semoga Raina segera menemukan kebahagiaannya kembali.