Tegang

1036 Words
Arga sudah menelan saliva kuat. Begitu juga dengan Alexa dan Riska, mereka sudah kena mental melihat wajah Lucas yang menyeramkan. Ditambah dengan para pasukannya. Otak Alexa dan Riska langsung berputar mengingat pria itu menamparnya. Takut hal itu terulang lagi. Eh tunggu, pria ini tidak dengar kita mencaci Chilia tadi, kan? Jauh di hawa ke tegangan ketiga orang tadi, Lucas menciptakan suasana nyaman untuk Chilia. Menarik pinggang gadis itu agar lebih mendempet padanya kemudian mengecupnya lembut. "Hallo, sayang. Maafkan aku terlambat," ujar Lucas lembut. Pipi Chilia kemerahan, malu. Melirik wajah papa, mama dan Riska yang kini sudah membulatkan mata. Entah marah atau terkejut Chilia tidak tahu. Kemudian langsung bergerak mencoba menahan bibir Lucas yang ingin menciumnya lagi. "Haha, om ...." Gila! Chilia malu sekali. Apalagi di depan keluarga dan para bodyguardnya. Berharap Lucas bisa malu dan sadar dengan tingkahnya. Pia itu malah dengan sengaja mencium telapak tangan Chilia, membuat semua orang semakin melotot tak percaya. Gilaaaaa! Alexa dan Riska menggeleng beberapa kali. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Haha, ngga! Ini cuman mimpi, kan? Bagaimana bisa pria menyeramkan itu bisa begitu jinak di tangan si pecicilan itu? "Ah, Om!" Menarik tangan dan tersenyum kaku. Chilia bisa mati karena jantungan kalau seperti ini terus caranya. Merasa semuanya akan semakin membuatnya jantungan, Chilia segera memperkenalkan keluarganya. "Ah, iya, om. Perkenalkan, Ini papa Chillia," tutur Chilia seraya menunjuk Arga. Lucas menjalankan perannya, menoleh menatap Arga dan sedikit tersenyum tapi sukses mampu membuat Arga gugup. Ada apa ini sebenarnya? Putrinya yang bodoh dan pecicilan ini tidak mungkin mempunyai hubungan dengan Lucas, kan? Dia tahu betapa gila dan kejamnya pria ini, meski pada wanita sekalipun. Chilia yang tidak sadar dengan maksud ekspresi wajah ayahnya melanjutkan perkenalan. "Dan ini, Mama dan adik tiriku," kata Chilia sedikit malas. Lucas bisa melihat jelas ketidak sukaan Chilia pada mereka. Begitu juga dua wanita itu pada Chilia. "Ah jadi ini pria yang kau maksud ini, sayang?" Merasa dirinya ada dalam posisi tidak menguntungkan, Alexa kembali menjalankan perannya. Menghampiri Chilia dan menarik tangannya. "Ayo, masuk. Chilia, kenapa tidak diajak duduk?" tawar Alexa, sedang Chilia sudah memutar bola mata malas. Drama lagi! Dengan gerakan tenang tapi masih mengintimidasi Lucas dan Frad masuk ke dalam. Sedang semua bodyguardnya menunggu di luar, hanya beberapa saja yang masuk ke dalam. Pria itu duduk, tak lama Arga dan yang lainnya pun ikut duduk dan menatap pria itu. Suasana begitu terasa canggung dan kaku. Hanya Chilia saja yang tidak merasakannya, gadis itu malah dag dig dug karena tangan Lucas yang terus menggenggam tangannya. Haha, mau nyebrang jalan kali, ya! Sebenarnya Chilia sangat bahagia sekaligus bingung, kenapa pria ini bisa sebaik ini mau datang dan membantu keluarganya. Padahal mereka belum lama kenal, Chilia bahkan sempat menolak ajakan Lucas untuk tidur dengannya. Tapi pria ini tidak marah dan malah hanya menciuminya. Ya, meski awalnya murka sih. "But, Lulu lo emang the best!" kata Chilia dalam hati. Sedikit merindukan sahabatnya itu. "Hm, jadi bagaimana?" Melihat semua hanya bungkam dan tunduk di hadapannya, Lucas mencoba mengawali pembicaraan, pura-pura tidak tahu. Chilia dan yang lainnya langsung menatap Arga. "Papa?" Chilia menatap sang ayah. Dia tentu tidak tahu permasalahannya, bukankah dia memang tidak diberi tahu dan tidak di jelaskan apapun? Hanya diminta untuk mencari pria kaya dan berkuasa. Itu saja. "Ahmmm ...." Arga tidak bisa bicara. Keterkejutannya terhadap Lucas, di tambah dengan perlakuan pria itu pada putrinya cukup membuat pria itu membeku. Berdehem untuk menetralisir keterkejutannya. Sedang Lucas hanya diam dingin, tahu apa yang ada di dalam otak pria itu. "Begini, Tuan...." Arghhh sial! Mau ngomong apa dia? Sebenarnya dia meminta chilia untuk mencari pria kaya dan berkuasa untuk melawan si king dark eagle yang sebenarnya dia sendiri? Bodoh! Cari mati saja itu namanya. Merasa jika ayahnya sungkan, Chilia membuka suara. "Sebenarnya papah ingin meminta bantuan, om," ujar Chilia membuat Arga, Alexa dan Riska menelan saliva lagi. Serba salah dan bingung dengan keadaan tegang ini. "Bantuan?" Dahi tampan Lucas berkerut, masih pura-pura tidak tahu. Sedang Chilia gelagapan, dia memang tidak tahu apa inti permasalahannya. "Ish papah, kenapa diem aja, sih! Dua penyihir itu, juga. Ngga biasanya diem, biasanya juga nyerocos kek kereta. Apalagi sama cowok ganteng kayak gini," dengus Cilia kesal. "Papah?" Lagi, Chilia memohon ayahnya menjelaskan. Dia tidak ingin panggilannya pada Lucas sia-sia, karena Chilia tahu Lucas pasti meminta imbalan dengan kehadirannya setelah ini. Arga hanya menggerakkan leher, mata tajam Lucas dan Sekertaris Frad cukup mengintimidasinya. Seolah bicara 'Jika kau salah bicara, maka lehermu bayarnnya!' Huft! Kesal semuanya terus diam, Chilia kembali membuka suara. "Sebenarnya ada pria gila yang mengobrak abrik rumah kami kemarin," kata Chilia dengan nada kesal. "Orang gila?" pertanyaan Lucas semakin membuat ketiga anggota keluarganya ingin mati saja. Takut. "Hooh, dia datang tanpa puguh-puguh dan mengobrak-abrik seisi rumah," terang Chilia dengan nada ke kanak-kanakannya. "Lalu?" "Lalu maen pergi gitu aja," jawab Chilia lagi. Terdengar lucu di telinga Lucas. Namun sangat terdengar bodoh dan menakutkan bagi Arga, Alexa dan Riska. "Oh, iya?" Merasa belum puas mendengar keluhan sang gadis, Lucas memancing Chilia lagi. "Ya! Andai orang gila itu ngga keburu pergi, udah Chilia gantung pantatnya!" Glek! Alexa dan Riska saling tatap. Pria bodoh yang lo maksud itu dia, bodoh! "Udah gitu Chilia cekok mulutnya pake jamu, biar tau rasa!" "Hahahahahahaha!" Tawa Lucas akhirnya pecah, menggema mengisi seluruh ruangan. Sangat keras dan menyeramkan. Chilia tersenyum kaku, "Hehe." Sedang Aelxa dan Riska lagi lagi sudah ketakutan. Menggrutu dengan ucapan dan sikap Chilia yang bodoh. Lucas bergerak. Mendekati wajah Chilia dan menyampirkan rambut cantiknya, "Memangnya kau berani hm?" Chilia nyengir kuda, "Hehe ngga!" ucapnya membuat Lucas semakin di buat tersenyum lucu. "Makannya itu panggil om buat balesinnya," kata Chilia jujur. Cantik! Satu kata yang keluar dari hati Lucas. Pria itu memuji gadis kemarin sore? Entahlah, tapi yang pasti Lucas terhibur dan selalu bersemangat jika mengenai apapun perihal gadis ini. Berdiri dan menarik kekasihnya. "Baiklah, Sayang. Dimana aku bisa menemui pria gila itu?" Chilia menggeleng cepat, mana dia tahu! Tak lama semua pandangan kembali mengarah pada Arga, Alexa dan Riska juga tidak tahu apapun. "Ahm disini, di ruangan. Bisakah saya bicara dengan anda sebentar, Tuan?" Akhirnya, Arga baru bisa membuka suaranya setelah obrolan bodoh yang mengejutkan jantungnya itu. Lucas sedikit menautkan alisnya, kemudian mengiyakan dengan berkata, "Tak masalah." Mengecup dahi Cilia sedikit lebih lama kemudian akhirnya berjalan mengikuti langkah Arga. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD