Kena mental

1257 Words
"Papaaaa!" Baru saja tiba Chilia memanggil papanya, dia tidak sabar memberitahu papanya jika dia sudah mendapatkan bantuan. Persis seperti apa yang papanya minta. "Berisik!" Riska yang saat itu sedang menonton tv, menyolot. "Bodo, emang gue pikirin. Wlee!" "Lo?" "Ada apa?" Untung Arga segera turun dari kamarnya, membuat perang kucing dan anjing itu segera usai. "Ada apa?" "Cilia udah dapet bantuan, Pah. Dia kaya, berkuasa. Chilia yakin bisa ngalahin musuh papah yang kemarin datang kesini." Arga yang turun hanya untuk mengambil berkas tidak terlalu mendengarkan. Itu tidak mungkin! Sepanjang waktu ini belum ada yang bisa menyaingi si king dark muda itu, apalagi menandinginnya. Ditambah oleh Chila. Memangnya dapet darimana gadis yang hanya tahu main dan shopping itu? Mall? "Papaaa!" "DIAM!" Arga kembali menyentak, membuat Chilia langsung bungkam. Padahal sudah susah payah dia membujuk Om tua itu agar mau membantunya. Tapi papa malah tidak menganggapnya. Chilia merasa percuma, Chilia berbalik. "Tunggu!" Arga memanggil Chilia, membuat gadis itu kembali menghadapnya. Di pikir-pikir, sepertinya dia terlalu keras pada putrinya, putri kecil yang padahal dulu sangat dia sayang dan banggakan. "Kemarilah!" tutur Agra lembut. Inilah yang Chilia pertahankan. Sejahat dan sekasar apapun papah, tidak pernah sampai membunuhnya. Papah memang keras dan sering membuatnya menangis, tapi kelembutan papah setelahnya membuat Chilia selalu merasa ada mamah di samping mereka. "Siapa pria itu?" Sebenarnya Arga tidak yakin, tapi tidak ada salahnya. Lagipula dia ingin tahu apa saja yang dilakukan gadis ini selama di skors. "Om Jono!" Ha? Arga memijit pelipis pening. Kan, gadis ini tidak benar. "Eh tidak-tidak pah. Hm namanya ... hmm siapa ya?" Bodoh! Cilia sampai lupa menanyakan namanya. Aha! Untung Cilia masih menyimpan dompet pria itu. Buru-buru beranjak dan pergi. "Papa tunggu disini." Arga tidak lagi menatapnya, kepalanya sudah merasa mutar. Di dalam kamar. Chilia membulak balik dompet Lucas, mencari sesuatu yang bisa ia hubungi atau temui. Seperti ktp, kartu nama atau yang lainnya. Namun sayang tidak ada, Chilia menghembuskan nafas lelah. Dia tidak bisa membantu papahnya, padahal dia berharap papah kembali percaya padanya dan mengabaikan dua penyihir yang selama ini numpang hidup di rumah mereka. Bodoh! Lagian kenapa ngga minta aja sih tadi! Chilia terus mengumpat. Kejadian kemarin sore cukup membuatnya kesal sekaligus mendebarkan hatinya. "Om mau apa?" "Memberikan adik saya padamu lah." Lucas sudah panas. Tidak ada waktu untuk bicara lagi. Namun melihat Chilia yang gemetar ketakutan pria itu tidak jadi membuka bajunya. Hanya diam mentap gadis itu. Apa aku terlalu memaksanya? Ya, Lucas tahu Chilia masih terlalu muda. Tapi ulah gadis ini sendiri yang memancingnya. Sial! Lagipula kenapa dia bisa terpancing hanya seorang gadis kecil! Mencoba mengalah, Lucas menutup kembali kemejanya dan duduk di samping Chilia. "Tenanglah, saya tidak akan memaksamu melakukannya." Chilia menatap Lucas sendu. Sebenarnya dia tidak takut, hanya sedikit ngeri saja. Sama saja takut bodoh! Arghhh itu intinya. Semua tahu Chilia hanya ingin bermain-main, dan jika bukan karena mau meminta pertolongan Lucas Chilia tidak ingin menemuinya lagi. Dengan gerakan lembut Lucas meraup wajah Chilia dan mencium bibirnya, mengabsen seluruh isi yang ada di dalamnya kemudian mengecupnya beberapa kali. Chilia ingin menolak, tapi rasa penasaran dan nikmat membuat gadis itu diam saja. Menerima sentuhan tiap sentuhan Lucas yang lembut. Hingga terjadilah ciuman panas di antara mereka. Meski hanya ciuman karena Lucas tidak ingin membuat Chilia syok, tetap saja gadis itu ketar-ketir. Tangan Lucas yang tidak bisa di kondisikan membuat Chilia mati kutu. Hingga dirasa puas Lucas membiarkan gadis itu pergi, di antar Frad dan kedua bodyguardnya. Bugh! Chilia menjatuhkan tubuhnya di kasur, dia merindukan pria tua itu, tapi dia tidak tahu harus menemuinya dimana. Tak lama ponselnya berbunyi. Chilia meraih ponsel itu lemas. Paling Lulu, atau group rempong yang membicarakan tentang fashion terbaru para model. Namun ternyata tidak, itu adalah sebuah panggilan. Dari nomor yang tidak dikenal. Chilia menekan tombol biru, "Hallo?" "Hai litle girl?" katanya dari sebrang. Kepala Chilia yang lemas langsung terangkat, bahkan uang dolar milik Lucas yang menimpa keningnya tadi langsung berterbaran kemana-mana. Bibirnya senyum merekah, akhirnya. Orang yang ingin dia hubungi itu menghubunginya. "Om Jono?" Uhuk! Max yang saat itu sedang minum bersama Lucas tersedak mendengar seorang gadis memanggil sahabatnya dengan nama Jono. "Kau?" Wajah Max sudah merah, menahan tawa. Jika saja mata dan wajah Si king dark itu tidak menyeramkan, sudah pasti dia ngakak se ngakak ngakaknya. Lucas yang gagah, tampan, berani, berkuasa dan dikenal kejam bisa-bisanya di panggil jono. Oleh seorang gadis pula. Haha, Max merasa puas sekali mengata-ngatai sahabatnya ini, meski di hati sih. "Ada apa hm? Apa kau menginginkan aku menyukur rambut semua pria yang bernama Jono?" Ha? Chilia melongo. Ini pria, kenapa lagi sih! Kok ngga nyambung, lagipula mana bisa dia nyukur rambut semua pria yang bernama Jono, Ngayal! "Ahm ngga-ngga, Om. Chilia mau om datang kesini." "Wuuuuuu!" Max yang masih mendengarkan sudah heboh. Lucas yang hebat, memang. Ketika banyak pria mencari wanita bahkan sampai ke pelosok tikus, dia malah tinggal duduk santai dan wanita yang menghampirinya. bahkan memohon dia untuk datang. Sedang Lucas yang merasa di tantang malah senang. Entah angin darimana, padahal sebelumnya dia tidak suka hal tidak penting seperti ini. "Sepertinya kau menginginkannya lagi, hm." Chilia melotot lagi. Menginginkan apa sih! Arghhhh ribet ngomong sama orang ganteng! "Om janji mau tolongin Chilia. Dan sekarng Chilia mau om dateng kesini, ke rumah Chilia. Bisa, kan?" jelas Chilia panjang lebar. Susah jika dia harus memotong tiap kalimat dari permintaannya. Ya, Chilia memang sempat meminta pertolongan pada pria itu sebelum anak buahnya mengantarnya. Namun ucapan Lucas membuat Chilia mundur. "Boleh, asal saya bisa mengobrak abrik seluruh tubuhmu," ucap Lucas saat itu. Chilia tentu mundur, menelan saliva dan nyengir kuda. Lalu sekarang? Ya. Chilia berniat melakukan apapun demi membuktikan dirinya mampu. Seperti anak itik yang nurut pada induknya. Max dan Lucas mangut-manggut, mengerti. Beranjak dan membenarkan jas. "Kenapa kau tidak mengatakannya sejak tadi?" Chilia menepak dahinya sendiri. "Kan dari tadi juga mau bilang, Om Jonoooo," ucap Cilia dengan nada panjangnya. Max kembali tertawa, tapi tidak dihiraukan oleh Lucas. Pria itu segera berdiri. "Baiklah Nona Chacilia yang terhormat. Dimana saya bisa menemui anda?" Chilia tersenyum bungah, ternyata tidak sia-sia dia berteman dengan sugar daddy. "Jl bla bla bla." Tanpa basa-basi Lucas langsung melesat ke tempat yang di maksud. Dengan mobil kesayangannya buggati Lucas menemui gadis itu, bukan ingin pamer atau sebaginya. Lucas memang sudah terbiasa pergi dengan sahabat mesinnya ini. Hanya beberapa menit Lucas sudah tiba, matanya sempat terdiam melihat rumah mewah di depannya. tapi kemudian senyum tipis tersungging di bibirnya. Baru mengerti dari kata bantuan yang gadis itu maksud. Baru beberapa langkah telinga Lucas bergerak, terfokus mendengar sayup-sayup kata hinaan dan ejek dari dalam. Pria itu terdiam sebentar, melihat keadaan dari kaca dengan mata jelinya. "Mana pria itu?" tanya Arga. "Sebentar lagi, Pah." Beberapa kali Chilia menatap ponselnya, takut Om itu nyasar atau apalah. Sedang Alexa dan Riska yang juga ikut menunggu mencibir. "Halahhh! Paling juga siapa sih!" Chilia tidak menanggapi, hanya buang waktu dan tenaga saja dia meladeninya. "Iya! Awas kamu, kalau sampe yang datang itu orang bodoh dan miskin." Lucas sudah mengepal. Ternyata ada cerita di balik keluarga ini. Tapi kenapa dia tidak bertemu dengan gadis itu kemarin? Entahlah. Lucas yang tadinya ingin datang biasa saja malah mengeluarkan sebagian powernya. Pria itu menghubungi Frad dan kaki tangan lainnya. Meminta mereka untuk datang menghadapnya. Dan tidak sampai lima menit jajaran mobil supercar milik pasukan king dark itu datang, menghadap tuan mereka yang saat ini sudah menunggu di depan pintu. "Selamat malam, Tuan muda," tutur Frad seraya menunduk. Kedua pria yang paling di takuti itu masuk, di ikuti oleh seluruh bodyguarnya yang datang. "Oommmm" Netra semua orang teralihkan, apalagi saat melihat Chilia lari memeluk pria itu. "Lucas?" "Kamu?" Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD