Adu mulut

1147 Words
Arga dan Lucas sudah berada di dalam ruangan, duduk di kursi dengan wajah dan tatapan yang tidak bisa di artikan. Masih sangat terasa hawa saingan di antara kedua pria berpower itu. Tapi mencoba menahan diri hanya demi semuanya tetap aman dan damai. "Apa maksud anda?" To the point. Ya, Arga yang juga tidak suka basa-basi langsung bertanya pada intinya. Tentang kenapa dan apa maksud pria itu datang kemari. Melibatkan putrinya juga. Karena Arga yakin, seorang Lucas tidak mungkin tidak mengetahui semua ini. Padahal jauh sebelum itu Lucas benar-benar tidak mengetahui jika Chilia merupakan anak dari Arga. Lucas tersenyum tipis, "Apa anda takut?" tanyanya dengan senyum mengejek. Sial! Arga semakin terlihat bodoh saja. Menatap Lucas tajam dan mengepal tangan kuat. Ingin sekali dia mengahajar pria di hadapannya ini. "Bukankah anda sendiri yang memintaku kesini?" Mengangkat kaki ke atas meja. "Mengemis bantuan agar nyawamu terselamatkan." Ck! Arga semakin tersudutkan. Ya, dia memang mengaku meminta Chilia mencarikan pria yang kaya dan berkuasa agar bisa dijadikan teman melawan Lucas. Dan mana dia tahu kalau pria yang Chilia bawa itu adalah dia sendiri. Tangan Lucas sedikit bergerak, mengambil sebuah foto dan menatapnya. "Jangan macam-macam!" Seperti tahu apa yang ada di dalam otak Lucas, Arga mengamcam dan langsung membuat Lucas tertawa lebar. "Hahahah ada apa, Calon mertua?" "Kenapa kau begitu tegang? Duduk dan bernafaslah. Aku bahkan belum memulai permainanku," kata Lucas santai. Sungguh, dia senang sekali. Kenal dengan gadis pecicilan itu, ternyata cukup membuatnya terhibur. Bisa mempermainkan salah satu musuhnya tanpa harus mengeluarkan sedikitpun tenaganya. Sedang Arga semakin mengepal kuat, darahnya mendidih mendengar kata Calon mertua yang tentu saja mengejek itu. Arga tahu, Lucas bukanlah pria normal. Pria itu bisa di sebut gila karena bisa tidur dengan sepuluh wanita sekaligus dalam semalam. Dan jika Lucas menginginkan Chilia, sungguh Arga tidak rela. Meski ia sering kasar dan terkesan tidak peduli, tetap saja Chilia adalah putrinya. Darah dagingnya. Lagipula Arga tidak yakin Lucas mengampuni nyawanya meski pria mengambil putrinya, mengingat pria itu sangat gila dan kejam. Sedang di ruang tamu. Setelah kepergian Arga dan Lucas, Alexa dan Riska langsung lari, menghampiri Chilia dan mengapit gadis itu. Mereka kepo tingkat tinggi. Bagaimana bisa Chilia kenal dengan pria menyeramkan itu, membawanya ke rumah mereka bahkan membuatnya tunduk. "Apa, sih!" kata Chilia risi. Chilia tidak ingin mendengar ocehan ataupun omelan apapun dulu sekarang. Hatinya sedang senang karena Lucas saat ini, jadi tolonglah jangan hancurkan mood nya. "Apa, sih. Apa, sih. Lo tu ngapain sih bawa tu cowok!" umpat Riska. Kepo sekaligus takut lebih tepatnya. "Iya! Ngapain bawa dia ke rumah?" timpal Alexa. Masalahnya, Kalau si menyeramkan itu murka dan menampar mereka lagi bagaimana? Chilia menatap keduanya bergantian, heran. "Kalian ini aneh, deh. Kan papah yang minta dan kalian pun tadi menunggunya," kata Chilia. Alexa dan Riska kesal sekaligus bingung. Ya, iya. Tapi bukan pria itu juga yang mereka inginkan. Alex dan Riska lebih senang jika Chilia membawa pria bodoh dan i***t saja, jadi mereka bisa mencaci dan menghina Chilia sepuasanya. Dan kalau begini, bagaimana? Mengatakan jika pria itu adalah pria kemarin yang datang dan membuat mereka tersiksa? Tidak mungkin. Bisa besar kepala si bodoh ini. batin Riska tidak terima. Apalagi mengingat Alex yang tidak setampan, segagah, dan seberkuasa pria itu. Ish, Riska menjadi ngiri dan kesal saja pada Chilia. "Bay the way jual diri ya, lo!" Chilia melotot, tidak terima "Eh jaga ya tu mulut! Sudah beruntung di tolong masih aja begitu, dasar batu!" Begini nih yang membuat Chilia tidak nyaman di rumah. Apapun dan darimanapun pembahasannya, Chilia dan Riska pasti saja bertengkar. "Terus? Apa kalau bukan jual diri? Ngelonte?" ucap Riska semakin membuat Chilia kesal. "Lagian lo ngga mungkin bisa dapetin cowok sekaya itu begitu aja. Apalagi kalau bukan modal daging?" Sial! Kalau saja tidak ada bawahan Lucas, sudah Chilia robek itu mulut. Namun tenang, bukankah dengan banyak bicara hanya akan menghilangkan kewibawaan? Oke, Chilia. Hadapi dengan tenang dan elegan. "Kalau iya kenapa?" Ck! Sebenarnya Chilia enggan sekali berbohong. Mengingat dia sudah mati-matian menjaga tubuhnya dari Lucas kemarin. Tapi mau bagaimana lagi, demi balas dendam! "Kan! Udah gue duga. Karena pria itu ngga mungkin mau nurut sama lo kalau ngga ada maunya!" Puas sekali Riska memaki Chilia. Sial! Hampir saja tangan Chilia bergerak menjambak rambut Riska karena kata-kata pedasnya. Namun Chilia tahan. "Terus apa masalahnya?" "Bukankah lebih baik seperti itu? Menjual diri pada pria tampan, gagah dan keren seperti pria itu." "Ngga kayak yang ono, sudah berjuang sampai lepas baju. Tapi cuman dapet bunga dan rayuan. Haha! Kasian, ya...." cibir Chilia. Hais jahat sekali. Sebenarnya Chilia tidak ingin mengatakan kata itu, tapi Riska sendirilah yang memancingnya. Wajah gadis itu sudah kemerahan, bahkan kepalanya sudah bertanduk akibat murka. "LO?" Ingin menyambar Chilia tapi segera di tahan oleh Alexa. "Eh, eh. Sayang, kamu mau ngapain?" "Mamaaa! Mama apa-apaansi. Mama ngga denger dia maki aku tadi? Dia harus dikasih pelajaran, Mah. Enak aja bilang Alex kere." Chilia malah tertawa, "Kamu sendiri yang bilang, ya. Saya ngga." Ingin menjambak lagi tapi di tahan lagi, "Sayang, sabar! Kalau pria itu lihat dan tahu bagaimana? Bisa habis kita!" "Arghhhhh!" Gerah dengan suasana yang panas ini, Riska memilih pergi. Meninggalkan Chilia dan mamanya yang saat ini hanya saling tatap acuh. Sebenarnya Chilia sedikit penasaran, bagaimana bisa mama Alexa yang sangar itu bisa sampai ketakutan melihat Lucas. Padahal Lucas bersikap normal saja, bahkan terkesan santai. Ya, meski pasukan pria itu menakutkan sih. "Masa bodo lah, bukankah itu bagus? Jadi aku punya dekengan, hehe!" batin Chilia cengar-cengir. Tak lama kemudian suara bariton Lucas membuat Alexa ketakutan. "Sayang?" Buru-buru melepaskan Chilia dan pura-pura tersenyum padanya. "Eh, Nak. Sudah kembali?" tanya Alexa basa-basi. Nak? Haha, Alexa mencoba memberanikan diri saja. Bukankah jika Lucas dengan dan menikah dengan Chilia itu artinya pria itu juga anaknya. Eh, dengan Riska maksudnya! Enak saja dengan Chilia. Lucas tak menjawab. Sejak awal dia memang tidak menyukai wanita-wanita model seperti itu, lebih memilih menatap Chilia yang sejak tadi mengguncang hati dan juniornya. "Akh kami hanya sedang berbincang saja tadi." "Kan, Sayang?" Mengedipkan mata pada Chilia. Takut dengan tatapan Lucas yang tenang tapi tagang, Alexa mencoba mencairkan suasana. Merangkul Chilia dan sedikit menehan pundak gadis itu. Namun siapa sangka, gerakan Alexa malah membuat Chilia meringis. Bukan karena gerakan itu, tapi karena tekanan tangan Alexa mengenai luka cambuknya yang belum kering. Tanpa sungkan dan peduli Lucas membanting tangan Alexa, mengganti rangkulan dan menatapnya. "Ada apa?" "Apa kau sakit?" Hais! Hati Lucas terguncang sekali. Padahal hanya mendengar ringisan. Bagaimana jika anda melihat aku di cambuk, Tuan? Perlakuan Lucas semakin membuat Chilia nyaman. Bisakah dia memperpanjang hubungan sugar daddy sugar daddyan ini? Eh tunggu, apa maksudnya itu? Apa chilia berniat meninggalkan Lucas dan berhenti? Hm entahlah. Chilia masih memikirkannya. Tak lama Arga datang, membuat semua orang kembali duduk di meja. Arga mempersilahkan Lucas dan yang lainnya makan malam lebih dulu, dengan dalih sebelum pergi menemui pria itu. Chilia mengangguk, membawa Lucas untuk makan. Di susul dengan Alexa dan Riska yang juga tidak dapat menghilang dari hadapan Lucas. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD