Larangan

1009 Words
Mengira akan ditinggalkan atau dilempar dari dalam mobil, Sekertaris Frad ternyata benar-benar mengantar Lulu. Sampai ke rumah bahkan sampai ke depan pintu kamar gadis itu kalau perlu. Ya, Sekertaris Frad memang sepatuh itu jika sudah melaksakan tugas dari Lucas. Tidak ada obrolan apalagi candaan seperti yang Lulu harapkan, pria berjas hitam itu bungkam seribu bahasa. Bahkan hanya satu kata atau satu deheman pun tidak ada. Dari awal perjalanan sampai sekarang. Hanya fokus menyetir dan menatap ke dapan. Namun siapa sangka, sikap dingin Sekertaris Frad malah membuat rasa penasaran dan takjub Lulu naik berkali-kali lipat. Baginya, cowo seperti ini yang wajib diperjuangkan. Kenapa? Karena langka dan unik. Tidak ada di mall apalagi pasar malam, hehe. Lulu yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan mencoba mendekatinya. "Ekhem!" Hening. Si pria tampan dengan rahang kokoh itu masih betah dengan kebungkamannya. Tidak menanggapi Lulu sama sekali. Tak putus asa, Lulu semakin mendekat dan kembali menyapa. "Om?" Tidak ada jawaban. Sekertaris Frad tetap diam. Menganggap Lulu tidak ada di sekitarnya, mungkin. Tak pantang menyerah, gadis pendek itu kembali mencoba mendekatinya. Siapa yang mengira akan dapat, kan? Sebelum janur kuning melengkung. "Om?" "Hallo, om?" Lulu menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah Sekertaris Frad. Takut sedang bengong atau tidak dengar. Ya, meski tidak etis, sih. Cowok tampan kurang pendengaran. "Haha! Budeg, dong!" gumam Lulu diiringi tawa. Mendengar gumaman Lulu Sekertaris Frad baru menoleh, "Kamu menghina saya?" tanyanya dengan suara berat. Lulu langsung menelan saliva. Buset, serem bener suaranya. Lagian kok denger, sih! Padahal kan kecil. "Saya dengar bahkan apa yang kamu ucapkan di dalam hati kamu, Anak kecil!" ujar Sekertaris Frad dengan mata tajam bak elang. Lulu semakin di buat ketakutan. Apalagi saat pria itu mendekatinya hanya untuk mengelus pipinya singkat. "Jadi diamlah atau saya akan membuatmu tidak bisa bergerak," ancam Sekertaris Frad langsung membuat Lulu kejang. Dia bukan bocil yang tidak mengerti arti tidak bisa bergerak. Haha tidak! Sepertinya dia salah orang. Bukan sugar daddy seperti ini yang ia inginkan, ini terlalu kaku dan dingin. Tidak seperti pria ono noh! Yang di dapetin Chilia. Tidak menanggapi lagi. Lulu langsung beringsut menjauh, takut tiba-tiba pria kaku itu menyerang atau bahkan memakannya. Sedang Sekertaris Frad hanya menautkan kedua alisnya heran, kemudian mengangkat bahu acuh. Sesampainya di halaman rumah, Lulu sudah seperti orang yang baru saja di sekap oleh genderuwo, tanpa mengatakan apa pun gadis itu buru-buru membuka pintu mobil dan lari dari sana. Namun siapa sangka, Sekertaris Frad ternyata sudah ada di hadapannya. Hendak membantunya menutup pintu. "Aaaaaaaaa!" Lulu yang mengira Sekertaris Frad akan menerkamnya menjerit histeris. Membuat para bapak-bapak yang kebetulan sedang berjaga di pos kamling berlarian menghampirinya. "Ada apa, Neng?" "Itu, mang! Dia mau nerkam saya," ujar Lulu masih ketakutan, menutup mata karena tidak berani menatap pria itu. Sedang Sekertaris Frad sudah melotot tajam. What? Menerkam? Gadis bodoh! Jelas-jelas dia ingin membantunya membuka pintu tadi, bukan menerkamnya. Namun tak sempat Frad menjelaskan apapun, para penjaga pos kamling itu lari menyerang Sekertaris Frad. Menghajar dan membuat wajah tampannya babak belur. Sedang Lulu sudah ngibrit, meninggalkan Sekertaris Frad dan para bapak-bapak di sana. Shit! umpat Sekertaris Frad menatap kepergian Lulu dengan penuh dendam. Sedang di kediaman Argatama. "Dari mana saja kamu?" Baru saja Chilia mendorong pintu, suara tinggi Arga menyambut kedatangannya, menatapnya dengan sangat tajam. Arga yakin, Chilia pasti baru saja bertemu dengan Lucas. Pria b******k yang telah membuat dia, istri dan anak tirinya babak belur itu harus di beri pelajaran. Meski Lucas sudah berbaik hati dengan membebaskan mereka, tapi tetap saja Arga membencinya dan bahkan ingin membunuhnya. Chilia tidak menjawab, malah melengos pergi. "Chilia tunggu! Papah sedang bicara denganmu!" teriak Arga lebih keras. Mendengar teriakan itu Chilia baru berbalik, menatap sang papah tanpa ekspresi. Ia merasa sedikit kecewa, Lucas mengatakan jika musuh papah sudah kalah semalam. Tapi apa ini? Papah masih saja kasar dan berteriak padanya? Tidak punya hati memang! "Bertemu Lulu," jawab Chilia singkat kemudian kembali berbalik menuju kamar. Rasanya percuma saja Chilia berharap suatu hal pada papahnya jika kahirnya hanya akan seperti ini saja. "Chilia tunggu!" Arga kembali berteriak tapi tidak dihiraukan, Chilia terus naik tangga menuju kamarnya. Saat suatu ancaman keluar dari mulut Arga barulah Chilia berhenti. "Sekali lagi kau bertemu dengannya, maka papah akan mengurungmu!" Chilia berbalik, menatap papahnya heran, "Maksud papah?" Sungguh Chilia tidak mengerti. Ya dia tahu arah pembiaraan papah pasti mengenai pria itu, tapi maksud dari jangan bertemu itu apa? Bukankah seharusnya papah membebaskan dan malah mengizinkan mereka bertemu. Mengingat pria itu sudah membantu keluarga mereka? "Jauhi dia!" tutur Arga singkat. Sebenarnya Arga ingin memberi pemahaman pada Chilia, tentang siapa Lucas dan hubungannya dengan larangan ini. Tapi itu tidak mungkin, Arga takut Chilia malah lebih membencinya nanti. Dan apalah daya sekarang Arga hanya bisa melarang, berharap Chilia patuh dan mendengarkan ucapannya. Ia tidak bisa membiarkan Chilia terus dekat dengan Lucas. Pria itu bisa menghancurkan semuanya. Menghancurkan hidupnya, masa lalu dan juga masa depannya. "Tapi, kenapa?" "Papah tidak mau tahu pokonya kamu harus jahui lelaki itu," jawab Arga dengan nada tinggi. Pergi dan tidak melihat Chilia lagi. Sedang Alexa dan Riska sudah tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya permasalahan keluarga ini telah selesai, terbukti saat Arga menantang pria menyeramkan itu. Huaahhh akhirnya Riska dan Alexa bisa bernafas lega sekarang. Tanpa takut pada Lucas maupaun Chilia lagi. Biarlah dia di cambuk semalam, akan ia balas cambukan itu pada Chilia nanti, dengan lebih menyakitkan dan keras, niat Alexa dan Riska penuh keyakinan. "Pah? Papah?" Chilia berusaha mengejar, tapi tidak bisa. Arga segera menutup pintu kamarnya. Chilia yang kesal menendang pintu kasar. "Papah jahat! Egois!" "Setelah dia berbaik hati mau bantuin papah, papah malah membuat kami terpisah?" "Ngga! Chilia ngga akan denger ucapan papah. Chilia akan pergi bersama pria itu!" teriak Chilia akhirnya. Lari ke dalam kamar untuk mengambil tasnya dan pergi dari sana. Arga yang sebenarnya masih mendengarkan dari dalam kamar terkejut, buru-buru membuka pintu dan menyusul. "Chilia tungguuuuu!" "Chilia berhenti, atau papah tidak akan menganggapmu anak lagi," ancam Arga di sela pelariannya. Namun sayang, Chilia sudah pergi, tidak mendengarkan. Mobil bugatti mewah yang sudah menunggu di bawah itu menjemputnya, membawa putrinya pergi. Hafal dengan plat mobil siapa itu Arga berteriak, mengerang frustasi. "Arrghhhhh! Lucas sialan!" Bersambung.…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD