You're mine

1050 Words
Karena belum siap bertemu dengan siapapun, pagi-pagi sekali Chila sudah keluar rumah. Mengunjungi makan mamah dan menangis di sana. Perlakuan Lucas semalam membuat Chilia sedikit kecewa dan sedih. Tunggu, ada apa ini? Apa dia mulai jatuh cinta pada pria penolong itu? Entahlah, Chilia hanya berharap Lucas tidak setoxic Alex dan keluarganya. Tak lupa juga Chilia berdoa untuk ketenangan sang mama. Merasa cukup puas berada di sana barulah Chilia pergi ke Cafe Green. Tempat biasa ia berkumpul dengan Lulu dan Dion. Namun saat tiba, Chilia tidak melihat sahabatnya itu disana. "Mungkin belum sampai," batin Chilia menerka. Memilih duduk lebih dulu dan memesan sarapan. Di ujung penglihatan Chilia merasa melihat Lucas sedang berbincang. Dan seperti biasa, pria itu terlihat sangat tampan, gagah dan mempesona. Namun lama kelamaan penglihatan itu berubah menjadi orang lain, membuat gadis itu menunduk sendu. "Ayolah, Chilia! Sadar," katanya seraya menggelengkan kepala. Memilih memalingkan pandangan dan melahap makanannya. Tapi yang namanya sedang memikirkan memang susah, semakin Chilia menghindar, semakin jelas pula wajah Lucas ada di matanya. Dan ... "Woy bengong aja, Lu!" "Kodok loncat!" Chilia terkejut, memegangi dadanya. Lulu tertawa lebar, lucu dengan tingkah Chilia yang masih saja latah. "Sialan, lo!" umpat Chilia kesal. Sedang Lulu malah semakin tertawa lebar. "Hehe, abis lo bengong aja. Hayo mikirin apaan? Mikirin cowok ganteng itu, ya!" tebak Lulu dengan senyum jahilnya. "SEMBARANGAN!" sangkal Chilia menunjukkan wajah kesal. Tapi tetap saja, ujung bibir gadis itu tertarik, pembahasan perihal Lucas sedikit menarik bagi Chilia akhir-akhir ini. "Nah, kan. Kesengsem kan, lo!" Chilia mati kutu. Tidak menjawab ucapan Lulu lagi, dia tidak ingin kebohongannya semakin terbongkar. Sedang gadis dengan tinggi yang hanya sepundak Chilia itu ikut duduk di sampingnya. "Jadi gimana?" "Apaan?" "Ish Chilia, sok amnesia deh, lo. Jadi gimana cara dia nyium lo? Apa hot kayak di film-film yang sering kita tonton?" Chilia menatap Lulu tajam. Gila ya nih si oneng buka aib aja. "Berisik deh, lo. Lagian siapa yang dicium, sih!" Menghindari tatapan Lulu dan berbelok mengambil sisa makanan yang belum datang. "Lo, lah. Siapa lagi?" tutur Lulu seraya mengikuti langkah Chilia. Jujur, dia sangat kepo perihal cowok tampan itu. "Ngga ada. Gue kan lari ke kamar setelah dia dorong gue semalam." Kembali duduk dan makan. "Setelah itu?" "Setelah itu ngga ketemu lagi," jawab Chilia jujur. Lulu dan Chilia langsung sama-sama diam. Sebenarnya pembicaraan ini memang sudah Chilia ceritakan semalam, tapi entahlah kenapa Lulu setertarik itu, dia bahkan berharap Chilia menikah dengan pria yang mereka temukan di club waktu itu. Menatap Chilia sekitas kemudian ikut makan bersamanya. "Tapi, Lu. Gue rasa cowok yang pernah gue tabrak dan nolongin gue dari si sersan itu kayaknya cowo itu, deh!" "Itu emang saya!" suara bariton mengejutkan Chilia dan Lulu. "OM?" "Om, sedang apa disini?" tanya Chilia terbata. Wajahnya pias, sudah seperti melihat hantu. Bagaimana tidak? Berniat ingin menggosipkan pria itu, dia malah muncul di depannya. Sedang Lulu yang terpana sudah menyapa, "Hay, om tampan!" "Hm," jawab Lucas datar. Chilia menarik sahabatnya yang tidak bisa sok jual mahal ini untuk menjauh. "Chilia lo apaan, sih!" "Diem, lo malu-maluin tau ngga sih!" bisik Chilia api masih terdengar oleh Lucas. "Tidak apa-apa, saya mengerti," kata Lucas membuat Lulu semakin di menangkan. "Kan! tidak apa-apa katanya," ujar Lulu seraya nyengir kuda. Chilia hanya memutar bola mata malas. "Boleh saya duduk disini?" Lulu buru-buru berdiri, mempersilahkan pria itu duduk. Sedang Chilia sudah menatap tajam, pria ini tidak mengikutinya, kan? "Ada apa?" Merasa ada yang tidak sesuai, Lucas bertanya. Lulu yang juga sadar ikut menimpal, "Ya, lo ini kenapa sih? Begitu banget perasaan tatapannya." "Mungkin merindukan saya!" Chilia yang sedang menyeruput cappucinonya tersedak mendengar ucapan Lucas. Pria ini, sejak kapan pria datar ini sekonyol itu sekarang? Namun Chilia tidak ingin terpancing. Gengsilah, setelah didorong semalam dia mau simpatik? Enak saja! Apalagi bagi seorang primadona sepertinya. Kembali melanjutkan makan dan membuang wajah. "Kamu tidak ingin bertanya bagaimana saya melumpuhkan musuh ayahmu semalam?" "Tidak!" "Mau!" Chilia dan Lulu menjawab bersamaan, membuat kedua gadis itu saling tatap. Lucas sedikit menarik bibir, terhibur. Kemudian mengangkat kaki dan menepuk tangannya. Chilia dan Lulu kembali saling tatap, ada apa? Lucas tak menanggapi kebingungan dua gadis itu, membiarkan mereka menatapnya dengan aneh. Tak lama satu orang berbaju hitam datang dan menunduk di hadapan Lucas. "Ya, Tuan?" Wuaaaa! Lulu semakin kocar kacir saja melihat bawahan Lucas yang keren dan gagah. Pria ini, seperti mafia-mafia yang ada film yang sering ia tonton. "Berikan foto itu padanya!" Chilia dan Lulu menerima selembaran foto itu seram. "Kau mencambuknya?" Chilia memekik. Sedang Lulu sudah mengangkat jempol, "Keren, Om!" "Luluuuu!" "Hehe, kan biar kapok, Chil. Lagian emang lo mau bokap lo di hajar habis-habisan lagi?" Chilia terdiam. Benar juga kata Lulu, dia tidak mungkin tega melihat papah di hajar lagi. Tapi jika begini caranya sepertinya terlalu berlebihan. Chilia tidak bisa melihat jelas, hanya sebuah punggung dengan luka cambuk dan bebapa orang yang terkapar. Ngeri. "Jadi gimana, kapan om mau ciumin Chilia?" tanya Lulu keceplosan, sontak membuat Chilia langsung menatap tajam. Ingin sekali dia melahap hidup-hidup teman luaknatnya. "LULUUUUUU!" "Hehe, keceplosan, Chil!" Chilia menepuk dahi. Tak lama Lucas sudah berdiri, menarik tangan Chilia. "Eh, eh mau kemana?" "Mengambil hak saya." Chilia sudah menelan saliva kuat. Apa katanya tadi? Hak? Haha, lo pikir pengantin baru ya minta hak.. "Fred antar dia!" Lucas meminta Sekertarisnya mengantar Lulu. Dengan maksud agar selamat dan menyingkirkan manusia satu itu dari Chilia tentunya. Namun Frad yang merasa itu tidak penting hanya menatap Lulu tajam. "Fradddd!" Frad menghembuskan nafas kasar, kemudian mempersilahkan Lulu untuk masuk ke dalam mobil. "Yeay di kawal akhirnya. Bye Chilia kesayangan gue. Selamat bercium-ciuman!" "Dih!" Chilia melihat sahabatnya itu geli. Tak lama suara Lucas menyadarkan Chilia, terdengar begitu pekat dan menyeramkan. Berhembus menapak di lehernya. "Mau di sini atau di kamar hm?" Lucas membuat Chilia ketakutan saja. Gadis itu tertawa kikuk setelah menelan saliva kuat. Haha, di taman saja yuk, Om! Batin Chilia sudah dag dig dug. Rasanya dia ingin tertawa gila saja sekarang. Buru-buru mendorong d**a tegap Lucas, "Ah, Om! Lain kali, ya. Chilia ada tugas la-." "Tidak apa-apa. Tapi ingat, satu hari tundaan, sepuluh kali tambahan ronde," ucap Lucas yang diakhiri kecupan manis di bibir. Chilia sudah melotot tajam. Apa? Sepuluh? Gila kali ya sepuluh. Satu saja dia belum pernah. Tidak menjawab dan memilih pergi, tapi segera Lucas meraih tangan Chilia dan kembali berbisik. "You're mine, Chacilia Anatasya!" Melepaskan tangan Chilia dan membiarkan gadis itu lari. Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD